SURAU.CO — Setiap orang tua tentu menginginkan anak perempuan yang bukan hanya pintar, tetapi juga shalihah. Dalam Akhlaq lil Banat Juz 1, Umar bin Ahmad Baraja menghadirkan sosok Khadijah sebagai teladan. Ia adalah putri yang dicintai ayah, ibu, guru, dan sahabat-sahabatnya. Bahkan, setiap perempuan berharap memiliki anak seperti Khadijah seorang gadis yang perilakunya memantulkan cahaya iman.
Umar bin Ahmad Baraja, ulama abad ke-20, menyusun Akhlaq lil Banat untuk membentuk karakter muslimah sejak dini. Kitab ini ditujukan kepada siswi madrasah dan santri putri, berisi panduan akhlak, adab, dan ibadah yang membentuk pribadi yang bermanfaat. Dalam khazanah pendidikan Islam, kitab ini menjadi rujukan penting karena menggabungkan kisah teladan, nasihat praktis, dan nilai-nilai spiritual yang dapat diterapkan sepanjang masa.
1. Malam Khadijah yang Penuh Syukur
Sebelum tidur, Khadijah mengucapkan doa penuh kesadaran:
“بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَحْيَا وَأَمُوتُ”
“Dengan menyebut nama-Mu, wahai Allah, aku hidup dan aku mati.”
Ia mengucapkannya sambil bersyukur atas perlindungan Allah sepanjang hari, berharap terjaga dari bala dan penderitaan. Doa ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan wujud keimanan bahwa hidup dan mati sepenuhnya dalam kuasa-Nya.
Ketika terbangun di pagi hari, ia kembali memuji Tuhannya:
“الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ”
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya kami dibangkitkan.”
Syukur itu menjadi bahan bakar semangatnya menjalani hari. Ia memandang tidur bukan hanya istirahat, tetapi nikmat yang memulihkan tenaga dan hati.
2. Adab Makan yang Menjaga Hati
Ketika hendak makan, Khadijah selalu membuka dengan doa:
“بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ”
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Setelah selesai, ia memuji Allah:
“الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ”
“Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan memberikan rezeki tanpa daya dan upaya dariku.”
Ia sadar, setiap suap adalah karunia. Adab ini mengajarkan bahwa makan bukan hanya memenuhi perut, tetapi juga kesempatan untuk mengingat Pemberi rezeki. Dalam kehidupan modern, sikap ini mengajarkan kita untuk menghargai makanan, menghindari mubazir, dan bersyukur bahkan untuk hal kecil.
3. Ibadah yang Konsisten dan Takwa yang Menjaga
Khadijah tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu secara berjamaah, berpuasa di bulan Ramadhan, dan rutin membaca Al-Qur’an. Ia juga berhati-hati dari perbuatan buruk, baik sendirian maupun di hadapan orang. Ia sadar bahwa Allah selalu melihat:
“إِنَّ اللَّهَ يَرَاكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ”
“Sesungguhnya Allah melihatmu di setiap tempat.”
Kesadaran inilah yang membuatnya menjaga diri. Takwa bukan hanya saat disorot orang, tetapi ketika tak ada mata manusia yang memandang. Inilah puncak keikhlasan: beribadah karena Allah, bukan demi penilaian manusia.
Hikmah dari Teladan Khadijah
Khadijah adalah gambaran nyata anak perempuan shalihah taat, penuh syukur, beradab, dan istiqamah. Tidak mengherankan jika Akhlaq lil Banat menegaskan bahwa Allah ridha kepadanya dan menyiapkan surga untuknya.
Pertanyaannya, sudahkah kita atau putri-putri kita meneladani Khadijah? Apakah doa, syukur, dan ibadah sudah menjadi bagian alami dari keseharian? Umar bin Ahmad Baraja seolah mengingatkan, “Perhiasan terbaik seorang perempuan bukanlah emas atau perak, tetapi iman yang menghiasi akhlaknya.”
اللَّهُمَّ اجعلنا من البنات الصالحات، ووفّقنا لطاعتك، واملأ قلوبنا بشكرك، واحفظنا من كل سوء، وامنحنا الجنة برحمتك. آمين.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
