Pendidikan
Beranda » Berita » Apa Kewajibanmu Kepada Tuhanmu dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Apa Kewajibanmu Kepada Tuhanmu dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Pendidikan Madrasah
seorang Muslimah muda Jawa yang belajar tentang akhlak

SURAU.CO — Di tengah derasnya arus informasi dan gempuran budaya digital, banyak orang lupa pada pertanyaan mendasar: “Apa kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya?” Kitab Akhlaq lil Banat karya Umar bin Ahmad Baraja mengajak kita kembali ke akar dengan menghidupkan hubungan hati, lisan, dan amal dengan Sang Pencipta.

Umar bin Ahmad Baraja, ulama abad ke-20, dikenal sebagai pendidik yang membimbing generasi muda muslimah. Ia menulis Akhlaq lil Banat untuk siswi madrasah dan santri putri. Tujuannya jelas, yaitu membentuk muslimah yang berilmu, berakhlak, dan penuh tanggung jawab. Kitab ini menempati posisi penting dalam khazanah pendidikan Islam karena menggabungkan tutunan moral dengan nilai syariat.

1. Menunaikan Hak-Hak Allah

Dalam salah satu bagiannya, Umar bin Ahmad Baraja menulis:

“أعظم ما يجب عليك نحو ربك تعالى الإيمان به، وعبادته، وطاعته، واجتناب معصيته”
“Kewajiban terbesar yang harus engkau tunaikan kepada Tuhanmu adalah beriman kepada-Nya, menyembah-Nya, menaati-Nya, dan menjauhi maksiat kepada-Nya.”

Pesan ini tidak hanya mengingatkan tentang iman, tetapi juga mendorong tindakan nyata. Iman berarti membenarkan dengan hati, mengakui dengan lisan, dan membuktikan dengan amal. Oleh karena itu, ketika kesibukan dunia mulai menggeser prioritas ibadah, kita perlu mengembalikan arah langkah menuju Allah.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

2. Syukur sebagai Wujud Ketaatan

Penulis mengingatkan kewajiban untuk bersyukur atas nikmat Allah:

” وَاشْكُرْهُ عَلَى نِعَمِهِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا”

Bersyukurlah kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya, yang tampak maupun yang bawah .”

Syukur sejati menuntut suatu tindakan, bukan sekadar ucapan. Kita menunjukkan rasa syukur dengan menggunakan nikmat sesuai ridha Allah. Misalnya, kita memanfaatkan ilmu untuk mengajar, menjaga kesehatan demi beramal, serta mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. Selain itu, di era teknologi, bersyukur berarti bijak menggunakan media digital bukan untuk memaksimalkan, tetapi untuk dakwah, belajar, dan memberi manfaat kepada sesama.

3. Istiqamah dalam Ibadah di Tengah Godaan

Umar bin Ahmad Baraja menekankan pentingnya istiqamah:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

“داوم على طاعته في السر والعلانية”
“Lazimkan ketaatan kepada-Nya, baik ketika sendiri maupun di hadapan orang.”

Istiqamah berarti kekonsistenan dalam beribadah, tidak hanya ketika dilihat orang lain. Terlebih lagi, ujian terbesar muncul saat kita sendirian. Oleh karena itu, menjaga shalat tepat waktu, membersihkan hati dari iri, serta menahan lisan dari ghibah menjadi wujud nyata istiqamah. Sementara itu, di era media sosial, kita perlu melatih diri agar niat ibadah tetap murni, bukan demi citra.

Hikmah untuk Zaman Kini

Kewajiban kepada Allah tetap sama sepanjang zaman, meski bentuk ujian berbeda. Dulu, ujian terbesar berasal dari kesibukan fisik, sedangkan kini banyak ujian hadir dalam bentuk distraksi digital.

Maka, mari kita bertanya pada diri sendiri , sudahkah kita menempatkan Allah di atas notifikasi, target kerja, dan ambisi pribadi? Umar bin Ahmad Baraja seolah berpesan, “Tidak ada ketaatan tanpa ketaatan, dan tidak ada ketaatan tanpa cinta kepada Allah.”

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang setia, penuh syukur, dan istiqamah.
Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan yang Dapat Dilakukan dan itu adalah hal yang baik. ya.

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement