Pendidikan
Beranda » Berita » Nikmat-Nikmat Allah Swt dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Nikmat-Nikmat Allah Swt dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Syukur nikmat
seorang Muslimah muda Jawa yang belajar tentang akhlak

SURAU.CO – Setiap hari, kita dikelilingi oleh nikmat Allah: mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, dan hati untuk merasa. Namun begitu, banyak yang lupa bersyukur. Padahal, dalam kitab Akhlaq lil Banat, Umar bin Ahmad Baraja menjelaskan bahwa rasa syukur adalah bagian dari akhlak mulia seorang perempuan. Syukur bukan sekadar ucapan, tetapi perilaku nyata yang perlu dibiasakan sejak kecil.

Kitab Akhlaq lil Banat disusun oleh Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama asal Hadhramaut. Ia berdakwah dan mendidik generasi muda di Indonesia pada abad ke-20. Buku ini dirancang sebagai pedoman akhlak bagi anak perempuan, terutama santri dan siswi madrasah, agar tumbuh menjadi pribadi yang mulia.

Dengan gaya bahasa lembut namun kuat, Baraja mengingatkan bahwa adab tidak hanya berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga dengan Allah. Salah satu poin penting dalam kitab ini adalah ajakan untuk mengenali dan mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan.

1. Nikmat yang Sering Dianggap Biasa

Umar Baraja menyadarkan bahwa banyak nikmat yang sering tidak disadari. Ia menulis:

“Bukankah kedua mata, kedua telinga, dan lisanmu adalah karunia yang sangat agung? Mengapa engkau tidak mensyukurinya dengan menjaganya dari perbuatan dosa?”

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Kalimat ini sangat menyentuh. Sering kali kita lupa bahwa bisa mendengar, berbicara, dan melihat adalah bentuk nikmat luar biasa. Oleh karena itu, anak perempuan perlu diajak untuk merenungkan nikmat tersebut sejak dini. Dengan begitu, ia tumbuh menjadi pribadi yang menghargai setiap pemberian Allah.

2. Syukur Itu Butuh Tindakan

Dalam kitab ini di jelaskan , syukur sejati ditunjukkan melalui tindakan, bukan hanya ucapan. Bila seseorang menyadari bahwa telinga adalah nikmat, maka ia seharusnya menjauhi gibah. Bila sadar bahwa waktu adalah nikmat, maka ia akan menggunakannya untuk belajar atau membantu orang tua.

“Syukur itu bukan hanya dengan lisan, tapi dengan amal. Orang yang bersyukur akan menjaga nikmat yang ada, bukan hanya memuji Allah secara verbal.”

Dengan pemahaman ini, anak perempuan akan belajar bahwa rasa syukur melahirkan tanggung jawab. Ia akan lebih bijak dalam menggunakan nikmat yang ia miliki.

3. Syukur Membuat Hati Lega, Bukan Gelisah

Syukur, jika tertanam dalam hati, akan menumbuhkan rasa cukup. Umar Baraja menyampaikan bahwa orang yang bersyukur tidak mudah iri dan tidak suka mengeluh. Ia lebih fokus pada apa yang ada, bukan yang belum dimiliki.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

“Barang siapa yang bersyukur, Allah akan menambah nikmatnya. Namun, siapa yang kufur, maka kesempitan hidup akan datang meskipun ia memiliki banyak.”

Patut di cermati bersyukur, anak perempuan tumbuh menjadi pribadi yang tenang, sabar, dan penuh rasa syukur. Ia tahu bahwa nikmat bukan untuk disombongkan, tapi untuk dijaga dan dimanfaatkan dengan baik.

Teladan Syukur untuk Generasi Perempuan

Namun Zaman saat ini sering menanamkan standar tinggi yang membuat anak-anak mudah merasa kurang. Maka, Akhlaq lil Banat hadir sebagai pengingat bahwa syukur adalah kunci bahagia. Kita perlu menanamkan nilai ini sejak dini, bukan dengan ceramah panjang, tetapi dengan teladan nyata.

Sudahkah kita bersyukur hari ini? Sudahkah kita mengajarkan rasa cukup pada anak-anak perempuan melalui sikap kita sehari-hari?

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement