Kesehatan Kisah
Beranda » Berita » Resep Abadi Ibnu Sina: Ketenangan adalah Separuh Obat

Resep Abadi Ibnu Sina: Ketenangan adalah Separuh Obat

Resep Abadi Ibnu Sina: Ketenangan adalah Separuh Obat
Ilustrasi Cendekiawan Muslim Ibnu Sina, Pengarang Buku Kedokteran Pertama. Foto: By Google.

SURAU.CO – Ibnu Sina, atau yang dikenal Avicenna (980–1037 M), adalah seorang filsuf, dokter, dan ilmuwan muslim yang karyanya menjadi rujukan dunia medis selama berabad-abad. Dalam salah satu ungkapan masyhurnya, ia menyatakan bahwa ketenangan adalah separuh obat, ketakutan adalah separuh penyakit. Kalimat ini terdengar sederhana, namun menyimpan filosofi mendalam tentang kesehatan fisik dan mental yang tetap relevan hingga kini.

Ungkapan ini bukan sekedar pepatah indah. Ibnu Sina merumuskannya dari klinis klinis saat merawat pasien, lalu memperkuatnya dengan penjelasan ilmiah dalam karya monumentalnya, “Al-Qanun fi al-Tibb” (Canon of Medicine). Dalam kitab tersebut, ia menulis:

“Kondisi jiwa yang stabil dan hati yang lapang merupakan bagian penting dari proses penyembuhan. Ketidaknyamanan dan kegelisahan yang berlebihan akan menambah beban tubuh.”
(Al-Qanun fi al-Tibb, Jilid 1, Bab Tentang Kesehatan Jiwa)

Ketenangan sebagai Bagian dari Penyembuhan

Ibnu Sina memaknai ketenangan bukan sekedar diam atau tidak bergerak, melainkan kestabilan batin . Ia melihat bahwa pasien yang tenang, optimis, dan penuh harapan menanggapi pengobatan dengan jauh lebih baik.

Ketenangan membantu tubuh berfungsi optimal: aliran darah menjadi lancar, sistem kekebalan tubuh bekerja lebih aktif, dan hormon stres seperti kortisol tetap terkendali. Secara ilmiah, konsep ini selaras dengan psikosomatis, di mana pikiran yang tenang mengirimkan sinyal positif ke otak sehingga hormon dan fungsi tubuh bekerja mendukung penyembuhan.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Misalnya, pasien yang yakin akan kesembuhannya cenderung memiliki tekanan darah stabil dan tidur nyenyak. Kedua hal ini sangat berperan dalam proses pemulihan.

Selain itu, ketenangan sering lahir dari keyakinan dan tawakal kepada Tuhan. Orang yang menyerahkan hasil kepada Yang Maha Kuasa lebih jarang mengalami kecemasan yang berlebihan. Tradisi Islam pun mengajarkan sikap ini untuk melapangkan hati dan menjernihkan pikiran.

Temuan modern menguatkan pandangan Ibnu Sina. American Psychological Association (2018) mencatat bahwa stres kronis dapat memperlambat penyembuhan luka hingga 40%. Sebaliknya, emosi positif mempercepat pemulihan dengan meningkatkan aktivitas sistem imun dan memperbaiki kualitas tidur.

Bahkan, dalam Canon of Medicine, Ibnu Sina menasihati para tabib agar menghibur pasien dan menjaga suasana hati mereka karena hal itu “membantu tubuh memanfaatkan kekuatan alami dalam melawan penyakit”.

Kepanikan: Musuh yang Memperparah Penyakit

Kepanikan adalah respon emosional yang muncul dari rasa takut atau cemas berlebihan. Gejalanya sering berupa detak jantung yang cepat, napas terengah-engah, dan otot yang tegang.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Ketika seseorang panik, tubuh memicu reaksi fight or flight dengan meningkatkan produksi adrenalin dan kortisol. Dalam jangka panjang, kondisi ini:

  • Melemahkan sistem imun (Cohen dkk., Ilmu Psikologi, 2012)
  • Mengganggu fungsi pencernaan dan metabolisme
  • Memicu peradangan yang memicu banyak penyakit

Ibnu Sina menegaskan:

“Ketakutan yang tidak terkendali dapat menyebabkan penyakit, dan dalam banyak kasus, memperparah apa yang telah ada.” (Al-Qanun fi al-Tibb, Bagian Penyakit Jiwa)

Pasien yang panik sering mengabaikan perintah dokter, menunda pengobatan yang diperlukan, atau bertindak tergesa-gesa sehingga hasil terapi menurun.

Keseimbangan Pikiran dan Tubuh: Prinsip Kedokteran Ibnu Sina

Bagi Ibnu Sina, kesehatan lahir dari keseimbangan unsur fisik, mental, dan lingkungan. Ia memandang tubuh seperti orkestra: setiap bagian harus bekerja selaras. Ketika pikiran terganggu karena kegelisahan, harmoni tubuh ikut rusak.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Prinsip ini kini sejalan dengan pendekatan pengobatan holistik dalam dunia medis modern, yang menggabungkan terapi fisik dan dukungan mental. Contohnya, dalam pengobatan kanker, National Cancer Institute (2020) merekomendasikan manajemen stres seperti meditasi, mindfulness, dan terapi konseling untuk meningkatkan efektivitas pengobatan medis.

Pelajaran untuk Kehidupan Modern

Di era informasi seperti sekarang, kita mudah terjebak dalam siklus kecemasan. Berita tentang penyakit, bencana, atau krisis ekonomi dapat memicu rasa takut dan panik sebelum kita benar-benar terdampak. Oleh karena itu, nasehat Ibnu Sina menjadi semakin relevan.

Langkah praktis untuk menjaga ketenangan:

  1. Latihan pernapasan – Tarik napas dalam dan hembuskan perlahan untuk menurunkan detak jantung serta tekanan darah.
  2. mengatur pola pikir – Fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan.
  3. Membatasi informasi negatif – Hindari doomscrolling dan pilih sumber terpercaya.
  4. Memperkuat spiritualitas – Lakukan doa, dzikir, atau meditasi untuk menumbuhkan rasa damai.
  5. Melakukan aktivitas fisik ringan – Berolahraga ringan untuk memicu pelepasan endorfin, hormon penenang alami.

Kisah Inspiratif: Pasien yang Tenang dan Pasien yang Panik

Dikisahkan, seorang murid Ibnu Sina merawat dua pasien yang mengidap penyakit serupa. Pasien pertama menerima kabar sakitnya dengan tenang, menjalani pengobatan secara tertib, dan selalu berbicara positif. Sebaliknya, pasien kedua merasa putus asa, panik, dan meragukan setiap langkah pengobatan.

Akibatnya, pasien pertama menunjukkan kemajuan pesat dalam waktu singkat. Sementara itu, pasien kedua terus mengalami kesamaan meskipun perawatannya sama. Ibnu Sina lalu menjelaskan bahwa ketenangan pasien pertama menjadi “separuh obat” yang mempercepat kesembuhannya, sedangkan kepanikan pasien kedua menjadi “separuh penyakit” yang menghambat pemulihan.

Ungkapan Ibnu Sina bahwa ketenangan adalah separuh obat, ketakutan adalah separuh penyakit mengajarkan bahwa kesehatan tidak hanya bergantung pada obat dan teknologi medis, tetapi juga pada kondisi batin.

Kita perlu merawat tubuh sekaligus menjaga pikiran dan hati. Dengan ketenangan, kita telah memegang setengah kunci kesembuhan—sebagaimana yang diajarkan oleh maestro kedokteran dunia Islam ini.

Referensi:

  1. Ibnu Sina. Al-Qanun fi al-Tibb . Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
  2. Cohen, S., dkk. (2012). Stres kronis, imunitas, dan penyakit . Ilmu Psikologi.
  3. Asosiasi Psikologi Amerika. (2018). Efek stres pada tubuh .
  4. Institut Kanker Nasional. (2020). Mengatasi kanker: Perawatan suportif .

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement