SURAU.CO. Sunan Bonang dikenal sebagai salah satu Wali Songo. Perannya sangat besar dalam menyebarkan Islam di Jawa. Namun, ia bukan hanya seorang pendakwah. Sunan Bonang juga seorang pujangga dan intelektual ulung. Salah satu bukti keilmuannya adalah sebuah karya prosa monumental yaitu bernama Pitutur Seh Bari. Karya ini juga populer dengan nama dikenal Jebeng. Di dalannya bukan sekedar catatan ajaran tetapi bukti otentik dari kedalaman intelektual seorang Wali Songo. Melalui karya ini, Sunan Bonang mewariskan ajaran spiritual yang tak lekang oleh waktu
Hingga kini, para ahli hanya bisa mengidentifikasi satu karangan prosa Sunan Bonang. Kitab ini menjadi jendela penting untuk memahami pemikiran tasawuf sang wali yang menunjukkan kedalaman spiritual dan intelektualnya.
Jejak Naskah Kuno dan Penelitian Akademis
Keberadaan Pitutur Seh Bari terkonfirmasi melalui naskah kuno. Salah satu naskah utamanya tersimpan di Universitas Leiden, Belanda. Naskah itu memiliki kode MS Leiden Cod. atau. 1928 menjadi magnet para peneliti dan sarjana Eropa. Mereka telah lama menaruh perhatian pada naskah ini dan melakukan penelitian mendalam untuk mengungkap isinya.
Adalah BJO Schrieke yang menjadi salah satu peneliti awal. Ia mentransliterasi teks ke dalam aksara Latin. Selain itu Schrieke juga menerjemahkannya ke bahasa Belanda. Studinya terbit dalam disertasi doktoralnya,Het Boek van Bonang(1911). Karyanya ini membuka akses lebih luas terhadap ajaran Sunan Bonang.
Setelah Schrieke, Hoesein Djajadiningrat ikut mengulas naskah tersebut. Ia membahasnya dalam tulisan berjudulCritische Beschouwing van de Sedjarah Banten(1913). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya teks itu dalam studi sejarah. Kemudian penelitian paling komprehensif yang mungkin dilakukan oleh GWJ Drewes. Ia kembali melakukan transliterasi dan penyuntingan teks. Hasil kerjanya terbit dalam bukuNasihat Seh Bari(1969). Drewes melengkapinya dengan ulasan serta terjemahan bahasa Inggris. Berkat para peneliti ini, dunia modern dapat mempelajari Pitutur Seh Bari ini.
Dialog Guru dan Murid: Format Unik Penyampaian Ilmu
Sunan Bonang menyusun kitab ini dengan format yang menarik dan unik. Karya ini menggunakan bentuk dialog atau tanya jawab. Car inilah yang membuat struktur ini membuat ajaran tasawuf yang kompleks terasa lebih hidup. Di dalamnya berkisah tentang dialog terjadi guru dan muridnya yang tekun yaitu Syaiful Rijal dan gurunya adalah Syekh Bari.
Nama Syaiful Rijal memiliki arti “pedang yang tajam”. Nama ini oleh para ahli tasawuf sering untuk murid yang gigih menuntut ilmu suluk. Banyak peneliti menduga Syaiful Rijal adalah nama samaran. Nama itu mungkin merujuk pada Sunan Bonang sendiri saat masih muda.
Lalu siapa Syekh Bari? Para dugaan menduga ia adalah guru Sunan Bonang. Pertemuan mereka diperkirakan terjadi di Pasai. Syekh Bari diduga berasal dari Bar, sebuah wilayah di Khurasan. Lokasi ini berada di timur laut Persia (sekarang Iran). Hubungan guru-murid ini menjadi landasan lahirnya kitabPitutur Seh Bari.
Inti Ajaran: Menggali “Wirasaning Ilmu Suluk”
Fokus utama kitab ini adalah ajaran tasawuf atau suluk. Sunan Bonang menggunakan istilah khusus untuk menggambarkan esensi ajarannya. Ia menyebutnya sebagai“wirasaning ilmu suluk”. Frasa ini memiliki arti jiwa atau inti dari ajaran tasawuf. Konsep ini menunjukkan pemahaman yang sangat mendalam.
Gagasan ini mengingatkan pada pemikiran seorang sufi besar. Imam al-Ghazali pernah menyatakan hal serupa. Ia memandang tasawuf sebagai jiwa dari seluruh ilmu agama. Kesamaan ini menandakan adanya koneksi intelektual yang kuat.Pitutur Seh Barimenempatkan tasawuf sebagai puncak pencarian spiritual.
Ajaran dalam kitab ini berakar kuat pada tradisi tasawuf Persia. Dua tokoh sufi besar menjadi rujukan utama. Mereka adalah Imam al-Ghazali (w. 1111 M) dan Jalaluddin al-Rumi (1207-1273 M). Pemikiran kedua ulama ini sangat mewarnai setiap dialog dalam kitab.
Selain itu, Sunan Bonang juga menyebut beberapa nama sufi Persia lainnya. Terdapat nama Syekh Sufi, yang mungkin merujuk pada Harits al-Muhasibi. Ada pula Nuri, yang banyak dugaan adalah sosok Hasan al-Nuri seorang sufi masyhur. Terakhir, nama Jaddin disebut, kemungkinan besarnya adalah Junaid al-Baghdadi. Ajaran ketiga tokoh ini merupakan sumber utama pemikiran Imam al-Ghazali. Ini membuktikan bahwa Sunan Bonang mewarisi sanad keilmuan tasawuf yang jelas dan terhubung ke pusatnya di Persia.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
