Khazanah
Beranda » Berita » Apa yang Dialami Si Mayit Setelah Wafat: Ini Penjelasannya Menurut Pandangan Islam

Apa yang Dialami Si Mayit Setelah Wafat: Ini Penjelasannya Menurut Pandangan Islam

Gambar Si Mayit sedang di Solatkan
Gambar Si Mayit sedang di Solatkan

SURAU.CO-Apa yang dialami si mayit setelah wafat sering menjadi pertanyaan banyak orang. Apa yang dialami si mayit setelah wafat dalam Islam mencakup beberapa tahap: sakaratul maut, pencabutan ruh, dan kehidupan di alam kubur. Oleh karena itu, memahami tahapan ini membantu kita mempersiapkan diri dengan amal dan iman.

Sakaratul Maut dan Pencabutan Ruh (ruh, sakaratul maut)

Tahap pertama adalah sakaratul maut. Orang beriman biasanya meninggal dengan tenang. Ruhnya keluar seperti air mengalir dari kendi. Kemudian, malaikat membungkus ruh itu dengan harum lalu membawanya ke langit.

Bagi yang jauh dari iman, proses ini berat dan menyakitkan. Ruh sulit keluar dari tubuh. Malaikat membungkusnya dengan bau tidak sedap lalu membawanya menuju jalan berbeda. Selain itu, pengalaman ini sering meninggalkan kesan mendalam bagi keluarga yang mendampingi.

Keluarga sering menyaksikan tanda fisik seperti napas tersengal, mata menatap kosong, atau tubuh mulai lemah. Dalam Islam, saat-saat ini menjadi waktu penting untuk membacakan doa, mengingatkan kalimat tauhid, dan menjaga suasana tetap tenang. Bahkan, di beberapa kasus, perubahan ekspresi wajah menjadi pelajaran bagi yang masih hidup.

Keluarga yang mendampingi orang sekarat sering melihat perbedaan ekspresi wajah di akhir hayat. Senyum tenang atau wajah cerah kerap menunjukkan iman yang kuat. Sebaliknya, ekspresi gelisah dapat menjadi peringatan nyata bagi yang masih hidup.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Alam Kubur: Pertanyaan Munkar-Nakir dan Keadaan Barzakh (kubur, barzakh)

Setelah pemakaman selesai, si mayit memasuki alam barzakh. Dua malaikat, Munkar dan Nakir, datang untuk menguji keimanan. Mereka bertanya: siapa Tuhanmu, apa agamamu, dan siapa nabimu. Kemudian, jawaban itulah yang akan menentukan nasib di alam kubur.

Orang yang menjawab benar akan menikmati kubur yang lapang, nyaman, dan bercahaya. Ruh itu menunggu hari kiamat dalam keadaan damai. Sebaliknya, orang yang gagal menjawab akan menghadapi kubur sempit, gelap, dan penuh siksaan.

Doa keluarga, amal jariyah, dan ilmu yang bermanfaat dipercaya dapat meringankan keadaan si mayit. Sehingga, umat Islam dianjurkan memperbanyak sedekah, berdoa, dan mengajarkan kebaikan selama hidup. Misalnya, sedekah yang terus mengalir pahalanya menjadi pelindung di alam barzakh.

Banyak keluarga menceritakan pengalaman pemakaman yang mudah dan penuh ketenangan bagi jenazah yang semasa hidup rajin beramal. Aroma harum atau proses penguburan yang lancar sering dianggap sebagai tanda kebaikan.

Pelajaran dan Persiapan

Pemahaman ini mendorong setiap muslim mempersiapkan bekal akhirat. Kita bisa mulai dari menjaga salat, memperbanyak sedekah, hingga memperbaiki hubungan dengan sesama. Selain itu, menjaga hati agar tetap ikhlas menjadi bekal utama.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Beberapa pesantren, komunitas dakwah, dan rumah sakit kini menggabungkan layanan medis dengan pendampingan spiritual. Dengan demikian, pasien dapat menghadapi sakaratul maut dengan hati yang tenang dan pikiran yang siap.

Setiap muslim juga sebaiknya menyiapkan wasiat, melunasi hutang, dan mengajarkan keluarga cara mengurus jenazah. Tindakan ini memudahkan proses setelah wafat dan menjadi bagian dari tanggung jawab hidup. Pada akhirnya, siapa yang mempersiapkan diri sejak hidup akan menghadapi kematian dengan lebih tenang dan penuh harapan.

Kematian adalah pintu menuju kehidupan baru yang penuh misteri. Islam memberikan gambaran jelas tentang apa yang dialami si mayit setelah wafat, mulai dari detik-detik sakaratul maut hingga kehidupan di alam kubur. Pengetahuan ini bukan sekadar teori, tetapi pengingat nyata agar kita mempersiapkan bekal terbaik sebelum waktunya tiba.

Setiap muslim memiliki kesempatan untuk menentukan nasib akhiratnya melalui amal saleh, doa, dan ketakwaan. Memahami proses setelah wafat membantu kita lebih menghargai waktu, memperbaiki ibadah, dan menjaga hubungan dengan sesama. Hidup menjadi lebih bermakna ketika kita siap menghadapi perjumpaan dengan Sang Pencipta. (Hendri Hasyim)

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement