ampuMendidik anak di zaman sekarang memiliki tantangan tersendiri. Arus informasi dari gawai dan lingkungan sering kali tidak terkendali. Orang tua cemas melihat anak-anak menyerap nilai-nilai asing. Banyak yang bertanya, bagaimana cara membentuk karakter anak yang saleh? Jawabannya ternyata sangat mendasar. Kuncinya terletak pada keteladanan orang tua.
Ini bukan sekadar teori. Keteladanan adalah metode pendidikan paling ampuh. Bahkan, ia menjadi sunah terbesar bagi setiap ayah dan ibu. Anak adalah peniru ulung. Mereka lebih mudah menyerap apa yang mereka lihat. Mereka mencontoh perilaku orang terdekatnya setiap hari. Perkataan bisa dilupakan, tetapi contoh nyata akan tertanam kuat.
Celah Antara Ucapan dan Tindakan
Banyak orang tua merasa nasihatnya tidak didengar. Mereka menyuruh anak rajin shalat. Mereka meminta anak gemar mengaji. Namun, anak tetap sulit melakukannya. Mengapa ini terjadi? Sering kali, ada jurang antara ucapan dan tindakan orang tua.
Dari sudut pandang anak yang memiliki logika jujur, tindakan orang tua yang asyik dengan gawai saat azan atau berbicara tidak jujur di telepon merupakan sebuah inkonsistensi yang nyata. Inkonsistensi inilah yang kemudian membuat nasihat mereka kehilangan kekuatan, sehingga anak pun menjadi bingung dan cenderung menganggap perintah tersebut tidak penting
Allah SWT telah mengingatkan tentang hal ini. Peringatan tersebut sangat tegas dan menohok. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3).
Ayat ini menjadi tamparan keras. Ia menegur siapa saja yang hanya pandai berbicara. Terutama bagi orang tua dalam mendidik anak. Perkataan tanpa aksi nyata hanya akan sia-sia.
Keteladanan sebagai Sunah Terbesar
Mengapa keteladanan disebut sunah terbesar? Karena menjadi teladan adalah inti dari ajaran Rasulullah SAW. Beliau tidak hanya menyuruh. mampu memberi contoh dalam setiap aspek kehidupan. adalah Al-Qur’an yang berjalan.
Orang tua yang berusaha menjadi teladan sejatinya sedang meniti sunah Nabi. Artinya, mereka secara aktif menghidupkan ajaran Islam di dalam rumah, sehingga menjadikan kediaman mereka sebagai madrasah pertama dan utama, sekaligus menempatkan diri mereka sebagai guru terbaik bagi anak-anaknya.
Meskipun menerapkan sunah ini tidak memerlukan biaya, nilai sebenarnya justru terletak pada kesadaran dan komitmen yang kuat. Karena dari sanalah, setiap tindakan baik orang tua dapat menjadi pelajaran berharga, sekaligus berfungsi sebagai investasi karakter yang fundamental bagi anak.
Praktik Nyata Keteladanan di Rumah
Keteladanan bukanlah konsep abstrak. Ia harus diterapkan dalam rutinitas harian. Berikut beberapa contoh praktisnya.
1. Membiasakan Ibadah
Ingin anak rajin shalat? Orang tua harus menjadi yang terdepan. Ayah segera ke masjid saat mendengar azan. Ibu bersegera menggelar sajadah di rumah. Anak yang melihat ini akan memahami pentingnya shalat. Mereka belajar tanpa perlu dipaksa berulang kali.
2. Membangun Kejujuran
Kejujuran adalah karakter mulia. Karakter ini harus dibangun lewat contoh. Jangan pernah berbohong di depan anak. Sekalipun untuk hal sepele. Selalu tepati janji yang Anda buat. Dengan begitu, anak belajar bahwa kejujuran adalah nilai utama.
3. Menanamkan Kedermawanan
Ajarkan anak untuk peduli pada sesama. Caranya adalah dengan memberi contoh. Libatkan anak saat Anda bersedekah. Ajak mereka berbagi makanan dengan tetangga. Tunjukkan wajah bahagia saat membantu orang lain. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang ringan tangan.
Peran Krusial Ayah sebagai Pemimpin
Dalam keluarga Islam, ayah adalah pemimpin (qawwam). Perannya sebagai teladan sangatlah besar. Tindakan seorang ayah memberikan dampak mendalam bagi anak. Terutama bagi anak laki-laki.
Seorang ayah yang menunjukkan tanggung jawab akan membentuk anak yang bertanggung jawab. Ayah yang santun dalam berbicara akan melahirkan anak yang sopan. Oleh karena itu, ayah harus menjadi contoh terbaik dalam iman, akhlak, dan kepemimpinan.
Kesimpulan: Mulailah dari Diri Sendiri
Pada akhirnya, mendidik anak adalah tentang mendidik diri sendiri. Pada hakikatnya, perjalanan mendidik anak adalah cerminan dari perjalanan memperbaiki diri. Keteladanan telah terbukti menjadi fondasi yang kokoh, yang dampaknya melampaui ribuan kata nasihat. Maka dari itu, langkah pertama adalah menjadi pribadi yang Anda harapkan akan tumbuh pada diri anak Anda, karena sesungguhnya itulah sunah terbesar dan warisan paling berharga yang bisa orang tua berikan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
