Kalam
Beranda » Berita » Transformasi Masjid: Mengadopsi Gaya Manajemen CEO untuk Kebangkitan Umat

Transformasi Masjid: Mengadopsi Gaya Manajemen CEO untuk Kebangkitan Umat

Citra Termal dan Cinta yang Terbaca oleh Suhu Tubuh: Sebuah Refleksi Spiritualitas dan Etika dalam Hubungan

Masjid seringkali menjadi simbol spiritualitas umat. Namun, potensinya jauh lebih besar dari itu. Zona Madina Dompet Dhuafa menawarkan sebuah gagasan baru. Mereka mendorong pengelolaan masjid yang lebih profesional. Gaya manajemennya terinspirasi dari seorang Chief Executive Officer (CEO).

Pendekatan ini lahir dari sebuah keprihatinan. Banyak masjid memiliki bangunan yang megah dan indah. Sayangnya, kemegahan fisik tersebut tidak sejalan dengan aktivitasnya. Kegiatan di dalamnya terkadang terasa minim. Fokus utama sering kali hanya pada pembangunan fisik. Sementara itu, pembangunan dan pemberdayaan jemaah terabaikan.

Kondisi inilah yang ingin diubah. Zona Madina memperkenalkan konsep manajemen masjid modern. Tujuannya adalah mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat peradaban. Bukan hanya tempat beribadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial, ekonomi, dan pendidikan bagi komunitas di sekitarnya.

Pola Pikir CEO untuk Kemakmuran Jemaah

Istilah “CEO Masjid” mungkin terdengar asing. Namun, ini bukan tentang jabatan formal. Ini adalah tentang mengadopsi pola pikir seorang pemimpin perusahaan. Seorang manajer masjid harus memiliki visi yang jelas. Ia perlu menetapkan target yang terukur. Ia juga wajib merancang program-program strategis untuk mencapai visi tersebut.

Yuli Pujihardi, Direktur Zona Madina Dompet Dhuafa, menekankan pentingnya pergeseran fokus. Menurutnya, kemakmuran jemaah adalah tolok ukur utama keberhasilan sebuah masjid.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Terkadang kita terlalu sibuk memikirkan pembangunan fisik masjidnya, padahal yang lebih penting adalah pembangunan jamaahnya. Fisik masjid megah tapi jamaahnya sedikit dan tidak berdaya, apa gunanya? Itulah kenapa kami mendorong pengelolaan masjid dengan pendekatan CEO. Artinya, harus ada visi, target, dan program yang jelas untuk memakmurkan jamaah,” jelas Yuli.

Pendekatan ini menuntut pengurus masjid (DKM) untuk lebih proaktif. Mereka tidak bisa lagi bekerja secara tradisional. Mereka harus inovatif dalam menciptakan program yang relevan. Program tersebut harus mampu menjawab kebutuhan jemaah dan lingkungan sekitar.

Bukan Komersialisasi, Tetapi Profesionalisasi

Beberapa pihak mungkin khawatir gagasan ini mengarah pada komersialisasi masjid. Namun, Yuli Pujihardi dengan tegas menepis anggapan tersebut. Tujuan utamanya bukanlah mencari keuntungan materi untuk pengurus. Melainkan, untuk menciptakan dampak positif yang lebih luas bagi umat.

“CEO masjid itu bukan berarti komersialisasi. Ini soal mindset. CEO berpikir strategis, inovatif, dan berorientasi pada hasil. Hasilnya di sini adalah jamaah yang mandiri, berdaya, dan lingkungan masjid yang hidup. Bukan sekadar tempat shalat, tapi pusat kegiatan umat,” tambahnya.

Dengan manajemen masjid modern, pengelolaan keuangan menjadi transparan. Program pemberdayaan dirancang secara profesional. Aset masjid dikelola secara produktif untuk kepentingan jemaah. Misalnya, masjid bisa memiliki unit usaha kecil. Hasilnya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan sosial atau beasiswa pendidikan.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Ikhtiar Nyata Melalui “Ngobrol Manajemen Masjid”

Untuk menyebarkan gagasan transformatif ini, Zona Madina mengambil langkah konkret. Mereka menggelar acara bertajuk “Ngobrol Manajemen Masjid”. Acara ini menjadi wadah bagi para pengurus DKM dari berbagai wilayah. Mereka dapat belajar dan berbagi pengalaman.

Tujuannya sangat jelas. Zona Madina ingin lebih banyak masjid menerapkan praktik terbaik. Mereka berbagi ilmu tentang cara menyusun strategi. Juga tentang bagaimana membangun tim yang solid. Hingga cara mengukur keberhasilan program pemberdayaan jemaah.

Ikhtiar ini merupakan sebuah perjalanan panjang. Tujuannya adalah untuk mewujudkan “masjid peradaban”. Sebuah masjid yang makmur bukan hanya karena bangunannya. Tetapi, karena jemaahnya yang berdaya dan sejahtera. Masjid yang aktif menjadi solusi atas persoalan umat di sekitarnya.

Pada akhirnya, pendekatan manajemen masjid modern ini sangat relevan. Ini adalah jawaban atas tantangan zaman. Dengan pengelolaan yang profesional dan visioner, masjid dapat kembali ke fungsi idealnya. Menjadi jantung kehidupan komunitas dan motor penggerak kebangkitan umat.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement