SURAU.CO. KH Abdurrahman Al-Kautsar atau Gus Kautsar membawa pesan penting tentang menyelamtkan anak dunia akhirat.Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso ini, pesantren melindungi anak. Terutama dari berbagai pengaruh negatif di era modern.Beliau menekankan agar orang tua mengutamakan keselamatan anak. Menurutnya, pendidikan di pondok pesantren adalah jawaban utama.
ke“Oleh karena itu, anak-anak yang sudah memasuki usia mondok untuk segera dipondokan,” ujar Gus Kautsar dalam acara Tabligh Akbar dengan warga Prajegan, Sukorejo, Ponorogo beberapa waktu lalu. Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso ini, pesantren melindungi anak. Terutama dari berbagai pengaruh negatif di era modern.
Anak Adalah Amanah, Menjaganya Kewajiban Utama
Menurut Gus Kautsar anak adalah anugerah terindah dari Allah SWT yang menitipkan mereka kepada para orang tua. Oleh karena itu, lanjut Gus Kautsar menjaga amanah ini adalah kewajiban yang mutlak. Orang tua harus membimbing anak dengan sungguh-sungguh dengan tujuan mencapai keselamatan di dunia dan akhirat. Arahkan mereka ke jalan yang mendapat ridho dari Sang Pencipta.
“Jangan sampai anak-anak kita berjalan di jalan yang tidak diridhoi gusti pengeran (Allah SWT),” ucapnya penuh penekanan. Gus Kautsar juga mengungkap kekhawatiran terbesarnya. Tanggung jawab ini bukanlah hal yang sepele. Ia sangat menyanyangkan jika orang tua meninggal dunia. Terlebih lagi saat anak-anak mereka belum mampu membaca Al-Qur’an. “Dosa yang paling penting untuk kita khawatirkan adalah meninggalkan dunia sedang anak-anak belum bisa ngaji,” jelasnya.
Untuk itu, pesantren menjadi solusi konkret. Fasilitas pendidikan ini sangat memudahkan orang tua. Mereka bisa menunaikan kewajiban membekali ilmu agama. Apalagi, Gus Kautsar menyebut Ponorogo memiliki banyak pesantren berkualitas.
Pentingnya Guru dan Sanad Keilmuan yang Jelas
Kemudian putra KGH Nurul Huda Djazuli ini juga menekankan bahwa pendidikan agama memiliki fondasi yang kuat. Gus Kautsar kemudian menegaskan peran penting seorang guru. Baginya guru bukan sekadar mengajar. akan tetapi juga panutan sekaligus pembimbing spiritual. Oleh karena itu, sanad atau rantai keilmuan menjadi syarat utama. Sanad memastikan ilmu yang diterima benar dan bersambung. Rantai keilmuan ini harus sampai kepada Rasulullah SAW. “Sangat penting sekali mendapatkan panutan dan guru yang tepat. Karena situasi seperti saat ini, di mana-mana banyak guru. Maka carilah guru yang sanadnya jelas, jangan asal-asalan,” tegasnya.
Melansir laman nu.or.id. hubungan antara guru dan murid lanjut Gus Kautsar, memiliki kedudukan istimewa. Allah SWT sangat mencintai hubungan tulus ini. “Tidak ada Hubungan yang lebih dicintai dan diridhoi oleh Allah, selain hubungan antara Guru dan Murid.”
Gus Kautsar juga memikirkan fenomena belajar mandiri. Ia menyayangkan mereka yang belajar tanpa bimbingan guru. Terutama yang hanya mengandalkan mesin pencari internet. Ia mencontohkan teladan ulama besar. Gus Baha’ selalu bangga menyebut nama gurunya, Mbah Maimoen Zubair. Sikap ini menunjukkan adab dan penghormatan yang tinggi. “Kalau tidak seperti itu malah sangat bahaya. Apalagi kok (bilang) guru saya Google, waduh,” tambah Gus Kautsar.
Adab dan Akhlak, Kunci Sukses Dunia Akhirat
Gus Kautsar kembali menegaskan hubungan antara ilmu harus selalu berjalan beriringan dengan adab. Gus Kautsar mengingatkan bahaya kesombongan intelektual. Proses tuntutan ilmu seharusnya membuat seseorang rendah hati. Bukan malah merasa lebih suci dari orang lain. Seseorang yang mendalami agama harus semakin tawadhu.
“Yang jadi masalah adalah Ketika kita nyantri, Ketika kita menjadi orang yang tampaknya lebih baik di mata Allah SWT, kemudian kita merasa orang lain yang kebetulan belum memiliki kesempatan yang sama itu dibawah kita, itu masalah,” tuturnya.
Beliau mendoakan semua anak menjadi generasi unggul. Generasi yang tidak hanya pintar secara akademis. Namun juga memiliki akhlak yang mulia. Sukses di dunia, bahagia pula di akhirat. Doa orang tua menjadi kunci penting. Saling mendoakan akan memperkuat ikhtiar bersama.
“Ayo dongo dinungo (saling mendoakan) semoga anak-anak kita sukses dunia dan akhirat,” ajak Gus Kautsar kepada seluruh jamaah. Pada akhirnya, keselamatan anak adalah prioritas utama. Semua usaha orang tua harus bermuara pada tujuan mulia tersebut.
“Kita harus mengutamakan kebahagiaan dan keselamatan anak-anak kita lebih dari apapun,” tutupnya.
Sosok Gus Kautsar
Siapakah sosok di balik nasihat mendalam ini? Beliau adalah Muhammad Abdurrahman Al Kautsar. Lahir di Ploso, Kediri, pada 22 November 1985. Gus Kautsar merupakan putra ulama besar, KH Nurul Huda Djazuli. Ibunya adalah Hj. Lailatul Badriyah Djazuli.
Beliau tumbuh di lingkungan Pondok Pesantren Al Falah Ploso. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan kitab-kitab kuning. Ayahnya sendiri yang membimbingnya secara langsung. Gus Kautsar diketahui tidak menempuh pendidikan formal umum. Seluruh hidupnya ia dedikasikan untuk ilmu agama. Hal ini membuatnya memiliki penguasaan ilmu yang sangat mendalam.
Dalam kehidupan pribadinya, Gus Kautsar menikah pada 1 Januari 2004. Ia mempersunting Ning Jazillah Annahdliyah. Dari pernikahan ini, keduanya mempunyai dua orang anak. Mereka adalah Ning Chasna Nayluver dan Gus Nayef Sambudigdo. Untuk berdakwah, Gus Kautsar aktif di media sosial. Akun Instagram @teras.gubuk menjadi salah satu medianya. (Dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
