SURAU.CO. Kementerian Agama (Kemenag) membuat sebuah teobosan baru dalam dunia pendidikan. Melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis), Kemenag meluncurkan Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI). Agenda besar ini merupakan pertama kalinya dan akan berlangsung secara daring atau online. Rangkaian kompetisinya berjalan antara Agustus hingga November 2025.
Peluncuran resmi atau kick off OMI 2025 telah di Aula MAN 1 Kota Bandung, Jawa Barat. Program OMI merupakan sebuah terobosan penting yang mengintegrasikan dua kompetisi bergengsi yang sudah ada sebelumnya. Keduanya adalah Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang berjalan sejak 2012 dan Serta Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES) yang ada sejak tahun 2018.
OMI pertama ini mengusung tema besar yang sangat relevan yaitu “Islam dan Teknologi Digital: Inovasi Sains Untuk Generasi Indonesia Maju dan Berdaya Saing Global”. Hal ini mencerminkan sebuah harapan besar pada seluruh potensi siswa madrasah dapat berkembang dan menjadi SDM unggul. Siswa madrasah didorong untuk menciptakan inovasi dan meraih prestasi. Ruang kompetisi ini menjunjung tinggi kejujuran serta integritas. Harapannya, OMI mampu membawa nama madrasah ke panggung dunia.
Mencetak Ilmuwan Muda Berkarakter Islami
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, memberikan penegasan penting. Menurutnya, OMI bukan sekadar wadah adu prestasi akademik. Ajang ini juga menjadi ruang untuk pembinaan karakter dan spiritualitas siswa.
“Melalui Olimpiade ini, kita ingin menunjukkan bahwa madrasah bukan hanya tempat belajar ilmu agama, tetapi juga pusat lahirnya ilmuwan muda yang unggul dalam sains, teknologi, dan humaniora,” tegasnya di Bandung, Jumat (8/8/2025).
OMI 2025 kali ini menjadi unik karena mengedepankan integrasi nilai-nilai keislaman dalam sains dan riset. Para siswa akan melihat ilmu pengetahuan sebagai bagian dari ibadah. Ilmu menjadi jalan untuk pengembangan diri sesuai ajaran Islam. “Tidak kalah penting, budaya lokal juga diintegrasikan dalam kompetisi ini sebagai upaya melestarikan kearifan lokal sekaligus memperkaya perspektif ilmiah murid,” sebut Suyitno.
Lebih lanjut, Suyitno mengatakan even ini menjadi ajang peningkatan akses. OMI menyediakan ruang kompetisi strategis bagi siswa Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Ajang ini berskala nasional dan bertujuan menjaring bibit-bibit unggul. Nantinya, siswa terbaik akan mewakili Indonesia di kompetisi internasional.
Menggali Inspirasi dari Sejarah Sains Islam
OMI 2025 tidak hanya berisi perlombaan. Panitia juga menggelar public lecture atau kuliah umum. Topiknya sangat menarik, yaitu tentang “Sejarah Keemasan Sains Islam”. Kuliah ini akan mengupas kontribusi besar para tokoh Islam. Beberapa di antaranya adalah Al-Khwarizmi, Ibnu Sina, dan Al-Biruni.
Mereka berhasil membangun peradaban ilmu yang luar biasa. Peradaban itu memadukan wahyu dengan kekuatan akal. Harapannya kegiatan dapat memicu lahirnya Ibnu Sina baru dari madrasah. Mereka adalah generasi yang melek sains dan kokoh imannya dan mampu menjadi pencerah bagi masyarakat global yang kompleks.
Sementara itu Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Nyayu Khodijah, menjelaskan tujuan OMI. Ia menyebut OMI adalah upaya menyediakan ruang kompetisi dan kolaborasi. Siswa dapat mengembangkan potensi bakat, minat, hingga keahlian mereka di bidang sains dan riset. “Kita ingin melalui ajang ini siswa madrasah dapat meningkatkan inovasi, kreasi, pola berpikir kritis dan analitis, memperteguh akhlak mulia, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,” ucapnya.
“Selain itu, juga untuk memberikan motivasi kepada murid agar selalu meningkatkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual berdasarkan nilai-nilai agama,” lanjutnya. Nyayu menambahkan, acara kick off ini adalah awal dari rangkaian panjang. Seluruh tahapan kegiatan OMI akan berlangsung secara full online, baik untuk Bidang Sains maupun Bidang Riset.
“Puncak rangkaian OMI, yakni Tingkat Nasional akan berlangsung secara offline di Provinsi Banten tanggal 2 hingga 6 November 2025,” tandasnya.
Potensi Besar dari Puluhan Ribu Madrasah
Langkah Kemenag ini sangat strategis. Hal ini melihat besarnya populasi madrasah di seluruh Indonesia. Kemenag tercatat menaungi puluhan ribu lembaga pendidikan formal. Madrasah sendiri merupakan sekolah dengan muatan pendidikan agama yang lebih banyak.
Jenjang madrasah pertama adalah Raudlatul Athfal (RA) atau setara TK. Kemudian Madrasah Ibtidaiyah (MI) setara SD. Lalu Madrasah Tsanawiyah (MTS) setara SMP. Jenjang tertinggi adalah Madrasah Aliyah (MA) yang setara SMA.
Data KSKK Kemenag per September 2024 menunjukkan angka fantastis. Terdapat 87.397 madrasah tersebar di seluruh nusantara. Dari jumlah itu, 83.351 merupakan madrasah swasta. Sementara 4.046 sisanya adalah madrasah negeri. Rinciannya terdiri dari 31.172 RA, 26.744 MI, 19.386 MTS, dan 10.095 MA. Potensi besar inilah yang akan digali melalui Olimpiade Madrasah Indonesia.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
