Kalam
Beranda » Berita » Tips Belajar Ngaji Tanpa Rasa Malu Meski Sudah Dewasa

Tips Belajar Ngaji Tanpa Rasa Malu Meski Sudah Dewasa

gambar orang dewasa sedang belajar mengaji
gambar orang dewasa sedang belajar mengaji

SURAU.CO-Banyak orang ingin kembali mendalami agama dengan belajar ngaji tanpa rasa malu meski sudah dewasa. Namun, sering rasa minder membuat langkah pertama terasa berat. Ada yang takut dinilai lambat, ada yang khawatir terlihat bodoh. Padahal, belajar ngaji tanpa rasa malu meski sudah dewasa sangat mungkin dilakukan. Bahkan, ini menjadi ibadah yang tinggi nilainya di sisi Allah.

Belajar membaca Al-Qur’an bukan hanya mengenal huruf dan tanda baca. Ia adalah pintu menuju pemahaman yang lebih dalam. Setiap ayat yang dibaca akan menenangkan hati dan menjadi cahaya dalam kehidupan. Usia bukan penghalang. Allah melihat niat dan usaha, bukan seberapa cepat kita mahir.

Belajar ngaji di usia dewasa punya tantangan dan keistimewaan. Tantangannya terletak pada rasa malu dan perasaan tertinggal. Keistimewaannya ada pada kesadaran yang lebih matang. Orang dewasa biasanya paham tujuan ibadah, sehingga motivasinya lebih kuat.

Banyak kisah inspiratif datang dari mereka yang mulai di usia 40 bahkan 70 tahun. Ada seorang ibu rumah tangga yang baru mengenal huruf hijaiyah di usia 55 tahun. Dalam waktu dua tahun, ia lancar membaca dan mengajar cucunya. Hal ini membuktikan bahwa konsistensi lebih penting daripada usia.

1. Memahami Makna dan Manfaat Belajar Ngaji di Usia Dewasa

Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata akan mendapatkan dua pahala: pahala membaca dan pahala kesungguhan.” Ini menjadi pengingat bahwa proses belajar pun bernilai ibadah.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Mulailah dengan target kecil. Misalnya, membaca lima menit setiap pagi. Setelah terbiasa, tingkatkan menjadi sepuluh atau lima belas menit. Gunakan teknologi seperti aplikasi ngaji interaktif atau video pembelajaran dari ustaz terpercaya. Membaca bersama keluarga juga dapat menumbuhkan semangat.

Selain itu, pahami bahwa belajar ngaji bukan hanya soal lancar membaca. Mengetahui tajwid, memahami arti ayat, dan mengamalkan pesannya adalah bagian dari proses. Semakin kita memahami makna ayat, semakin kuat pula hubungan kita dengan Al-Qur’an.

Rasa malu adalah hambatan terbesar. Untuk mengatasinya, pilih lingkungan yang aman dan mendukung. Belajar dengan guru yang sabar membuat proses terasa lebih ringan. Jika belum siap belajar di kelas umum, mulai saja dengan bimbingan privat.

Banyak santri dewasa mengaku, memulai secara pribadi membantu membangun percaya diri. Setelah lebih lancar, mereka baru ikut kelompok belajar. Dengan begitu, mereka terbiasa membaca di depan orang lain tanpa rasa tertekan.

2. Strategi Mengatasi Rasa Malu dan Meningkatkan Percaya Diri

Perubahan pola pikir juga penting. Malu karena belum bisa mengaji adalah wajar, tapi membiarkan rasa malu itu menghalangi adalah kerugian besar. Ingat, belajar Al-Qur’an adalah ibadah. Setiap huruf yang kita baca menjadi pahala.

Riyadus Shalihin: Buku Panduan Kecerdasan Emosional (EQ) Tertua Dunia

Teknik sederhana seperti merekam suara saat membaca dapat membantu. Bandingkan bacaan kita dengan guru, lalu perbaiki kesalahan. Tulis catatan tajwid secara ringkas, sehingga mudah diulang setiap hari. Jika konsisten, rasa malu akan tergantikan oleh rasa bangga atas kemajuan.

Jangan lupa libatkan doa dalam setiap proses. Mohonlah kepada Allah agar dimudahkan dalam memahami dan melafalkan ayat-ayat-Nya. Dukungan keluarga juga berperan besar. Saat mereka memberi apresiasi, rasa percaya diri akan semakin kuat.

Belajar ngaji di usia dewasa adalah perjalanan yang penuh makna. Setiap huruf yang dibaca menjadi amal kebaikan yang terus mengalir. Tidak ada kata terlambat. Allah menilai kesungguhan hati, bukan kecepatan kita belajar. Dengan niat yang tulus, rasa malu akan hilang. Kesalahan justru menjadi langkah awal menuju bacaan yang lebih baik.

Al-Qur’an adalah teman hidup yang setia. Ia memberi cahaya saat gelap dan ketenangan ketika resah. Jadikan setiap hari sebagai kesempatan mendekat kepada Allah. Mulailah walau sedikit demi sedikit. Saat hati melekat pada Al-Qur’an, hidup akan lebih tenang dan penuh makna. (Hendri Hasyim)

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement