Khazanah
Beranda » Berita » Mengurai Perbedaan Mendasar Antara Mushaf, Suhuf, dan Al-Qur’an

Mengurai Perbedaan Mendasar Antara Mushaf, Suhuf, dan Al-Qur’an

Ilustrasi Mushaf, Suhuf, dan Al Quran

SURAU.CO – Bagi umat Islam, Al-Qur’an merupakan pedoman hidup yang utama. Namun, dalam diskusi keislaman, sering kali muncul istilah lain seperti mushaf dan suhuf. Ketiga istilah ini memang saling berkaitan erat. Akan tetapi, ketiganya memiliki makna yang berbeda secara spesifik. Memahami perbedaan ini tentu akan menambah kekaguman kita terhadap proses penjagaan wahyu Allah SWT.

Oleh karena itu, artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan antara mushaf, suhuf, dan Al-Qur’an agar tidak ada lagi kerancuan.

1. Al-Qur’an: Kalamullah yang Abstrak dan Agung

Pertama-tama, kita harus memahami esensi Al-Qur’an. Al-Qur’an pada hakikatnya adalah kalamullah atau firman Allah SWT. Ia bersifat abstrak, suci, dan kekal di Lauh Mahfuz. Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Proses penurunan ini berlangsung secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun.

Jadi, Al-Qur’an bukanlah sebuah benda fisik. Ia adalah wahyu ilahi itu sendiri. Isinya mencakup seluruh ajaran, hukum, kisah, dan petunjuk bagi umat manusia. Ketika seorang Muslim menghafal Al-Qur’an, ia sesungguhnya sedang menjaga wahyu Allah dalam ingatannya. Ia tidak sekadar menghafal teks dari sebuah buku. Sifatnya yang non-fisik inilah yang menjadi pembeda utamanya.

2. Suhuf: Lembaran-Lembaran Wahyu yang Terpisah

Selanjutnya, mari kita membahas istilah suhuf. Kata suhuf (صُحُف) merupakan bentuk jamak dari kata sahifah (صَحِيْفَةٌ), yang berarti lembaran. Dalam konteks keislaman, suhuf memiliki dua makna utama yang perlu kita bedakan.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Makna pertama, suhuf merujuk pada lembaran-lembaran wahyu yang Allah turunkan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Contohnya adalah suhuf yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS. Allah SWT menegaskan hal ini secara langsung dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang terdahulu, (yaitu) suhuf (kitab-kitab) Ibrahim dan Musa.” (QS. Al-A’la: 18-19)

Makna kedua, suhuf juga merujuk pada lembaran tempat para sahabat mencatat ayat Al-Qur’an. Pada masa Nabi Muhammad SAW, para sahabat mencatat wahyu pada media yang beragam. Mereka menuliskannya di pelepah kurma, lempengan batu, kepingan tulang, hingga kulit hewan. Kumpulan catatan yang masih terpisah inilah yang kita kenal sebagai suhuf.

3. Mushaf: Wujud Fisik Al-Qur’an yang Terjaga

Kemudian, kita sampai pada istilah mushaf. Kata mushaf (مُصْحَف) secara harfiah berarti “kumpulan lembaran yang disatukan di antara dua sampul”. Dengan kata lain, mushaf adalah wujud fisik dari Al-Qur’an. Ia adalah buku yang kita pegang, kita baca, dan kita simpan di rumah.

Proses penyusunan mushaf menjadi satu buku utuh tidak terjadi pada masa Nabi. Inisiatif ini muncul pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq atas usulan Umar bin Khattab. Saat itu, banyak penghafal Al-Qur’an (huffaz) yang gugur dalam Perang Yamamah. Kekhawatiran ini mendorong Zaid bin Tsabit untuk memimpin proyek pengumpulan suhuf-suhuf.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kemudian, pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, beliau menstandardisasi mushaf tersebut. Tujuannya adalah menyatukan bacaan kaum Muslimin di seluruh dunia. Mushaf hasil standardisasi ini kemudian kita kenal sebagai Mushaf Utsmani. Ia menjadi acuan bagi seluruh mushaf Al-Qur’an hingga hari ini. Jadi, mushaf adalah “wadah” fisik, sedangkan Al-Qur’an adalah “isi”-nya yang suci.

Analogi Sederhana untuk Memahaminya

Untuk mempermudah pemahaman, mari kita bayangkan sebuah lagu indah dari seorang komponis.

  • Lagu itu sendiri (melodi, lirik, harmoni) adalah Al-Qur’an. Ia mewakili esensi karya yang abstrak.

  • Catatan not balok yang tertulis di lembaran-lembaran kertas terpisah adalah Suhuf.

  • Buku partitur musik yang berisi semua catatan not balok secara lengkap dan terjilid rapi adalah Mushaf.

    Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Dengan demikian, sebuah mushaf bisa saja rusak, basah, atau terbakar. Akan tetapi, Al-Qur’an sebagai kalamullah akan senantiasa abadi. Sebab, Allah SWT sendiri yang menjamin penjagaannya.

Kesimpulan

Secara ringkas, perbedaan ketiganya terletak pada wujud dan definisinya. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang bersifat abstrak dan agung. Suhuf adalah lembaran-lembaran catatan wahyu yang masih terpisah-pisah. Sementara itu, mushaf adalah kitab suci Al-Qur’an dalam bentuk fisik yang telah terkumpul dan terjilid rapi.

Memahami perbedaan ini bukan sekadar persoalan terminologi. Lebih dari itu, hal ini menyadarkan kita akan keagungan proses penjagaan Al-Qur’an. Prosesnya bermula dari wahyu yang Nabi dengar, lalu para sahabat hafal di dalam dada. Mereka menuliskannya di lembaran terpisah, hingga semua catatan itu terkumpul menjadi kitab yang sempurna.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement