SURAU.CO. Kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jamaah ditulis oleh KH. Ali Maksum berdiri sebagai karya monumental dan rujukan penting bagi umat Islam, khususnya bagi mereka yang ingin memahami landasan ilmiah amalan yang ulama Aswaja wariskan.
Buku ini bukan sekadar pembelaan. Ia adalah pengingat bahwa setiap ajaran Islam memiliki dasar kuat dalam al-Qur’an dan hadis. Dengan membaca kitab ini, kita akan semakin yakin terhadap tradisi ulama. Tradisi tersebut bukan hanya sah, tetapi juga membawa keberkahan.
Biografi Singkat KH. Ali Maksum
Dalam kehidupan beragama, perdebatan mengenai amalan Islam sering muncul, terutama di kalangan Aswaja. Berbagai kalangan penentang kerap melontarkan anggapan sesat terhadap praktik seperti tahlilan, tawassul, dan shalat tarawih 20 rakaat. Sebagian kelompok secara terbuka menolak amalan-amalan tersebut. Untuk meresponsnya, KH. Ali Maksum menulis Kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jamaah.
KH. Ali Maksum, seorang ulama besar dari Pondok Pesantren Krapyak, menulis kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai bentuk penjelasan sekaligus pembelaan ilmiah terhadap amaliyah yang telah menjadi ciri khas Aswaja. Kitab ini tidak hanya membantah tudingan yang menyimpang, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih luas tentang Islam yang ramah, moderat, dan berbasis pada dalil-dalil yang sahih
KH. Ali Maksum, ulama kharismatik yang pernah menjabat Rais ‘Aam PBNU (1980–1984) sekaligus memimpin Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, dikenal jenius dan berhasil mengkader banyak tokoh nasional hingga namanya harum. Ia lahir pada 2 Maret 1925 dari pasangan KH. Maksum bin KH. Abdul Karim dan Nyai Hj. Nuriyah binti KH. Muhammad Zaen Lasem, pendiri serta pengasuh Pesantren Al-Hidayat Lasem, Rembang.
Perjalanan Intelektual dan Penyempurnaan Kitab
KH. Ali Maksum melakukan perjalanan intelektual ke berbagai pesantren. Beliau juga menunaikan ibadah haji dan menetap di Makah. Di sana, beliau berguru kepada Abuya Sayyid Alwi Al-Maliki. KH. Ali Maksum juga pernah nyantri di Pesantren Termas, Pacitan, sebuah pesantren ini terkenal dikarenakan salah seorang tokohnya menjadi ulama besar di Makah yaitu Syaikh Mahfudz At Tarmasi -saudara kandung dari Kyai Dimyati bin Abdullah- yang memimpin pesantren saat KH. Ali Maksum menjadi Santri.
Setelah dirasa cukup berkelana, KH Ali Maksum menikah. Beliau mempersunting Nyai Hj. Rr. Hasyimah Munawwir. Pernikahan ini merupakan penyempurnaan separuh agama. Beliau dikaruniai delapan putra-putri yang kelak melanjutkan perjuangan beliau di Pondok Pesantren Ali Maksum. KH Ali Maksum wafat pada 7 Desember 1989 dan dimakamkan di kompleks pemakaman Dusun Senggotan (Dongkelan), Yogyakarta.
Kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jamaah telah masyhur di kalangan umat Islam, khususnya terkenal bagi kalangan Nahdliyin dan menjadi kurikulum wajib di berbagai pondok pesantren di Indonesia.
KH. Ali Maksum menulis kitab ini, lalu KH. Ahmad Subkhi Masyhudi dari Pekalongan—murid beliau—menyunting, mencetak, dan menyebarluaskannya dengan izin langsung dari sang guru. Pada 22 Jumadil Akhir 1403 H (6 Maret 1983 M), KH. Ali Maksum menegaskan keabsahan kitab tersebut dan merekomendasikannya sebagai bahan ajar di pesantren maupun masyarakat.
Metode Penulisan dan Isi Kitab
KH. Ali Maksum menulis kitab ini untuk membekali santri Krapyak dan menjawab kebutuhan umat Islam yang memerlukan penjelasan tentang amaliyah Ahlussunnah Wal Jamaah. Kehadirannya meneguhkan keyakinan umat agar tidak ragu menjalankan amaliyah yang diajarkan para ulama. Dari kitab ini, tampak jelas kepedulian KH. Ali Maksum terhadap kebutuhan santri dan harapannya agar mereka peka terhadap problematika keagamaan di tengah masyarakat.
Metode penulisan KH. Ali Maksum dalam kitab Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah:
- Menentukan tema pembahasan.
- Menginventarisasi pendapat imam mazhab dan ulama lain.
- Memperkuat dengan hadis Nabi.
- Memberikan sedikit faedah.
- Memberikan ziyadah (tambahan).
Pembahasan kitab Hujjah Ahlus Sunnah wal Jamaah diperkaya dengan pendapat empat imam mazhab. Imam tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Kitab ini juga lengkap dengan pendapat ulama abad pertengahan. Di antara tokohnya seperti Ibn Qayyim Al-Jauziyah dan Ibn Taimiyah. Ulama modern kontemporer juga turut serta seperti Habib Abdullah bin ‘Alawiy Al-Haddadi.
Selanjutnya kitab ini mengutip hadis dari kutubu al-tis’ah. Sumbernya seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan lainnya. Hadis yang tidak masuk kategori Kutub al-Tis’ah juga disertakan. Contohnya hadis dari al-Hakim dan al-Baihaqi.
Topik Utama dalam Kitab Hujjah Ahlusunnah
Beberapa topik utama dalam kitab katya KH. Ali Maksum ini antara lain:
- Mengirim Pahala kepada Orang yang Sudah Meninggal. KH. Ali Maksum menjelaskan praktik ini berdasar Al-Qur’an dan hadis.
- Shalat Sunnah Sebelum Jum’at. KH. Ali Maksum membuktikan bahwa shalat sunnah ini berlandaskan hadis. Amalan ini dipraktikkan generasi awal Islam.
- Talqin Mayit dan Ziarah Kubur. Kitab ini menunjukkan kedua amalan bermanfaat. Keduanya bermanfaat bagi yang meninggal dan yang masih hidup.
- Shalat Tarawih: 8 atau 20 Rakaat? Kitab ini menjelaskan shalat tarawih 20 rakaat bukan hanya tradisi. Amalan ini telah dilakukan sejak zaman sahabat. Shalat tersebut adalah bagian syariat yang mapan.
- Tawassul dan Istighatsah. KH. Ali Maksum menyajikan dalil dari berbagai sumber.
Keistimewaan Kitab
Beberapa hal yang membuat kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jamaah istimewa:
- Dalil yang Lengkap dan Jelas. Setiap argumen terdapat dalil dari al-Quran, hadis, dan pendapat ulama muktabar. Pembaca mendapatkan wawasan keislaman yang luas.
- Bahasa yang Padat namun Mudah Paham. Struktur bahasanya jelas dan sistematis. Hal ini memudahkan pembaca memahami isinya.
- Mencerminkan Islam yang Moderat. KH. Ali Maksum menekankan pentingnya toleransi dalam beragama. Kitab ini mengajarkan menghadapi perbedaan dengan sikap ilmiah.
Kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jamaah adalah rujukan penting bagi umat Islam. Buku ini membantu memahami landasan ilmiah amalan Aswaja. Karya ini bukan hanya buku pembelaan tetapi juga pengingat bahwa setiap ajaran Islam memiliki dasar kuat. Dengan membaca kitab ini, kita akan semakin yakin terhadap tradisi ulama yang dapat membawa keberkahan.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
