SURAU.CO – Dalam suratnya kepada Richard the Lionheart—raja Inggris–Sultan Saladin menuliskan:
Yerusalem adalah milik kami sebagaimana milik Anda—bahkan ia sungguh lebih suci dari kami.
Jelang pertempuran melawan raja Yerusalem, Sultan tidak tidur, tapi menghabiskan malam untuk mengatur pasukan dan pasokannya, menempatkan dua sayap untuk mengurung orang-orang Frank (pasukan Salib yang datang dari Eropa Barat). Sultan penguasa Mesir dan Syiria itu bertekad tidak membuang-buang kesempatan. Pasukan multinasionalnya, yang terdiri dari kontingen Arab, Turki, Armenia dan Sudan.
Bukit Hattin (Horn of Hattin)
Jelang fajar, Saladin yang memimpin pasukan menunggang punggung kuda bersama putranya, Afdal menuju Bukit Hattin. Dalam perlindungan pengawalnya orang-orang Turki Mamluk (budak-tentara) memulai serangannya, menghujani orang-orang Frank dengan panah dan mengarahkan kuda-kuda pasukan kavaleri dan pemanah berkuda untuk menghalau orang-orang Frank yang berperalatan lengkap.
Bagi Guy de Lusignan—raja Yerusalem—segalanya tergantung pada pertahanan tameng infanteri mengitari ksatria-ksatria berkuda; bagi Saladin, segalanya bergantung pada bagaimana memisahkan mereka. Saat Uskup Acre mengangkat Salib Asli, pasukan Guy menghalau serangan-serangan pertama, tapi tak lama kemudian tentara-tentara Frank yang kehausan lari ke dataran yang lebih tinggi, meninggalkan para ksatria terancam untuk diserang. Ksatria-ksatria Guy melancarkan serangan mereka.
Strategi Perang Saladin
Saat Raymond dari Tripoli dan Balian dari Ibelin mencongklang menuju pasukan sultan, Saladin hanya memerintahkan keponakannya, Taqiyuddin, memimpin sayap kanan untuk membuka jalan bagi barisannya: tentara Salib mencongklang melintas bagian tengah. Tapi, barisan Muslim menutup kembali, memperketat jala. Pemanah-pemanah mereka, sebagian besar orang Armenia, memberondong kuda-kuda Frank dengan “awan panah seperti belalang”, mencerai-beraikan para kstaria dan “singa-singa mereka menjadi landak”.
Pada hari yang panas membakar itu, tentara-tentara Guy yang tak berkuda dan terpapar bidikan, dengan mulut bengkak karena kehausan. Tak yakin dengan pimpinan mereka, akhirnya binasa, lari atau menyerah setelah barisan perang mereka kocar-kacir.
Tenda Merah Raja Frank
Guy mundur ke salah satu bukit Hattin dan di sana dia memasang tenda merah. Para ksatria mengelilinginya sebagai benteng pertahanan terakhir. Ketika raja Frank mundur ke puncak bukit, kenang Afdal putra Saladin,
Para ksatrianya melakukan serangan berani dan menghalau orang-orang Muslim mundur ke ayah saya.
Untuk sementara, keberanian orang-orang Frank tampaknya mengancam Saladin sendiri.
Sultan lalu mengumpulkan pasukan untuk mematahkan serangan Guy. Ia takkan berhenti sampai tenda merah itu dijungkirkan. Uskup Acre terbunuh, Salib Asli direbut. Di sekitar tenda kerajaan, Guy dan para ksatrianya begitu kelelahan sehingga mereka berbaring dengan baju-baju besi mereka menggeletak tak berdaya di tanah. Saladin lalu turun dari kudanya, membungkuk ke tanah, bersyukur kepada Allah dengan air mata suka cita.
Segelas Minuman dari Salju Gunung Hermon
Sultan mengadakan pertemuan di lobi tendanya yang megah, yang masih terpasang saat para amir menceramahi para tawanan. Dalam tenda kesultanan, dia menerima Raja Yerusalem dan Reynald dari Kerak seorang Pangeran Antiokhia. Guy—Raja Yerusalem—nampak kering kehausan sehingga Saladin memberinya segelas minuman yang dingin dari salju Gunung Hermon.
Guy melepas dahaganya, kemudian menyerahkannya kepada Reynald. Melihat itu, Saladin berkata:
“Kau orang yang memberinya minuman. Saya tidak memberinya minuman.” Reynald tidak berada dalam perlindungan keramahan Arab.
Kemudian Saladin keluar untuk memberi ucapan selamat kepada pasukannya dan menginspeksi medan peperangan yang penuh dengan kengerian abad pertengahan.
Tidak Lazim Raja Membunuh Raja
Saat Kembali, sultan memanggil Guy dan Reynald. Raja Yerusalem itu berada di ruangan depan; mereka membawa Reynald masuk:
“Tuhan telah memberiku kemenangan atas kamu,” kata Saladin.
“Berapa sering kau melanggar sumpahmu?”
“Inilah yang selalu dilakukan para pangeran,” jawab Reynald yang tak mau menyerah.
Lalu Saladin menawarkan padanya Islam. Reynald menolak dengan jengkel, yang membuat Saladin meradang, ia menarik sebuah pedang lengkung dan memotong tangan sampai bahu. Para pengawal menuntaskannya. Mereka menyeret Reynald yang tanpa kepala keluar dengan kakinya melewati Guy dan melemparkannya keluar dari pintu tenda.
Guy–Raja Yerusalem–dibawa masuk, “Tidak lazim raja membunuh raja,” kata Saladin, “Tapi orang ini melampaui batas jadi dia harus merasakan penderitaan yang sepantasnya.” Sultan lalu mengirim Raja Yerusalem ke Damaskus bersama Salib Asli, yang tergantung tanpa daya pada sebuah tombak.
Pada pagi hari, Saladin membeli ke-200 ksatria Templar dan Hospitaller dari para anak buahnya, dengan harga masing-masing sebesar 50 dinar. Para petermpur Kristen itu ditawari masuk Islam, namun hanya sedikit yang menerima.
Begitulah perilaku Saladin, menurut para penulis Barat abad ke-19 akhlaknya unggul atas orang-orang Frank yang brutal. Dengan standar pembangun imperium abad pertengahan, Saladin menurut sejarawan Barat pantas meraih reputasi yang menakjubkan. (St.Diyar)
Referensi:
Simon Sebag Montefiore, Jerusalem the Biography, 2011.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
