SURAU.CO – Di tengah zaman modern yang serba cepat, kita sering kali mendengar kata kemanusiaan. Kata ini muncul dalam pidato, kampanye sosial, bahkan menjadi slogan berbagai lembaga dan organisasi. Namun, pertanyaannya, apakah kita benar-benar memahami makna sejatinya? Ataukah kita hanya sekedar menjadi tempelan jargon yang kehilangan esensinya?
Sesungguhnya, kemanusiaan tidak hanya bermakna membantu sesama saat bencana melanda. Lebih dari itu, kemanusiaan mencakup sikap hidup, cara pandang, serta perilaku sehari-hari yang menempatkan manusia siapa pun dia sebagai makhluk yang mulia, menghormati, dan layak menerima perlakuan penuh penghormatan.
Sebagaimana firman Allah SWT:
“وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ”
“Dan sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam…” (QS. Al-Isra’: 70)
Ayat ini menjadi bukti bahwa Islam memuliakan manusia, bukan berdasarkan suku, warna kulit, atau status sosial, melainkan karena manusia merupakan ciptaan-Nya yang mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi.
Menelusuri Hakikat Kemanusiaan dalam Islam
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, kita tidak bisa hidup sendiri. Islam mengajarkan kita untuk saling mengenal dan menebarkan kasih sayang. Dalam konteks ini, kasih sayang dan empati menjadi pilar penting kehidupan bermasyarakat.
Rasulullah ﷺ pun menegaskan:
“لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ”
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun kenyataan, empati hari ini sering terkikis oleh ego, cinta dunia, dan sikap acuh tak acuh. Alih-alih peduli kemanusian, malah lebih sibuk pencitraan. Tak jarang orang menunjukkan kepeduliannya hanya demi mendapat pujian, bukan karena panggilan iman.
Islam Mengajarkan Kemanusiaan Tanpa Sekat
Sering kali, kita salah dalam memaknai kemanusiaan. Banyak yang hanya memberikan perhatian kepada mereka yang “serupa” baik dari segi keyakinan, kelompok, atau kebangsaan. Padahal, Islam datang sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk satu golongan tertentu.
Allah SWT berfirman:
“وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ” (الأنبياء: ١٠٧)
“Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)
Dengan demikian, seorang anak yang kelaparan, siapa pun orang tuanya wajib kita bantu. Seorang korban kekerasan dari latar mana pun harus kita bela. Islam tidak membatasi kasih sayang hanya pada sesama muslim, karena kasih Allah meliputi segala sesuatu.
Kebaikan dalam Hal-Hal Sederhana
Perlu kita pahami, kemanusiaan tidak selalu berarti melakukan tindakan besar. Justru, dalam Islam, kebaikan sekecil apa pun memiliki nilai di sisi Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“لا تستهن بأي عمل معروف مهما كان صغيراً، حتى لو كان مجرد محادثة أخيك بوجه طلق”
“Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, meski hanya sekedar mengobrol dengan saudaramu dengan wajah berseri.” (HR.Muslim)
Senyuman bisa mencerahkan hati yang letih. Uluran tangan mampu membangkitkan harapan pada jiwa yang nyaris menyerah. Bahkan memberikan seteguk air kepada yang haus bisa menjadi jalan menuju surga. Oleh karena itu, meskipun kita tidak mampu mengubah dunia, kita tetap bisa mengubah hari seseorang menjadi lebih baik. Inilah wujud nyata dari kemanusiaan.
Menumbuhkan Jiwa Kemanusiaan Sejak Dini
Untuk mewujudkan masyarakat yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, kita harus mulai menumbuhkan jiwa empati sejak usia dini. Anak-anak perlu kita latih agar peduli, ringan tangan, dan menghargai sesama.
Di rumah, orang tua harus menunjukkan teladan dalam berbagi dan bersikap adil. Sementara itu, di sekolah, para guru perlu menanamkan adab sebelum ilmu. Sebagaimana pepatah Arab yang mengatakan: “Ilmu tanpa adab ibarat api tanpa kayu bakar—tak berguna dan mudah padam.”
Dengan demikian, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang peka terhadap penderitaan orang lain dan terbiasa memberikan kebaikan di sekelilingnya.
Menjadi Manusia Seutuhnya
Islam mengajak kita untuk selalu menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai teknologi merenggut sisi empati dalam diri kita. Jangan biarkan kesibukan menghapus kepedulian terhadap sekitar.
Jika kita menjadikan kemanusiaan sebagai bagian dari ibadah dan cermin keimanan, maka kita bukan sekedar menjadi manusia biasa, namun menjadi hamba Allah yang membawa rahmat di muka bumi.
“Jadilah manusia yang ketika hadir membawa ketenangan, dan ketika pergi meninggalkan kebaikan.”
—Buya Hamka
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
