Ibadah
Beranda » Berita » Sunnah Nabi Saat Makan dan Minum: Jalan Menuju Hidup yang Penuh Berkah

Sunnah Nabi Saat Makan dan Minum: Jalan Menuju Hidup yang Penuh Berkah

Sunnah Nabi Saat Makan dan Minum

Sunnah Nabi Saat Makan dan Minum

 

Ikut Sunnah adalah ungkapan sederhana, tapi memiliki konsekuensi besar. Ia bukan sekadar pernyataan cinta kepada Rasulullah ﷺ, melainkan janji hidup untuk menjadikan beliau sebagai teladan utama. Dalam konteks ini, kita akan menelusuri salah satu sunnah yang sangat relevan dengan keseharian kita: cara makan Rasulullah ﷺ.

Mengapa Makan pun Perlu Ikut Sunnah?

Bagi sebagian orang, makan hanyalah rutinitas biologis: untuk mengenyangkan perut, menambah energi, atau sekadar menikmati selera. Namun bagi seorang Muslim, makan adalah ibadah. Dan seperti ibadah lainnya, ia memiliki tuntunan.

Rasulullah ﷺ tidak hanya memberikan teladan dalam shalat, zakat, atau jihad, tetapi juga dalam perkara sehari-hari seperti makan dan minum. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, tidak ada hal remeh jika itu bagian dari ketaatan kepada Allah.

Zikir sebagai Nafas Hati: Menemukan Ketenangan di Tengah Bising Dunia

“Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu ada teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Tuntunan Sunnah Nabi Saat Makan

Berikut beberapa adab makan yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan bisa kita amalkan sebagai bentuk hidup yang sunnahiyah (berorientasi pada sunnah):

1. Makan dengan Tangan Kanan

> Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian makan, maka hendaklah ia makan dengan tangan kanannya, dan jika minum, maka minumlah dengan tangan kanannya.” (HR. Muslim)

Ini bukan hanya tentang tangan kanan, tetapi tentang kepatuhan. Makan dengan tangan kanan adalah bentuk hormat pada adab dan menghindari kebiasaan syetan.

Standing Party dalam Pernikahan: Antara Modernisasi dan Adab Islam

2. Membaca Basmalah

“Jika salah seorang di antara kalian hendak makan, maka hendaklah ia menyebut nama Allah. Jika ia lupa menyebut nama Allah di awal, maka hendaklah ia mengucapkan: Bismillah fi awwalihi wa akhirihi.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Dengan menyebut nama Allah, makanan menjadi berkah dan terjaga dari gangguan syetan.

3. Tidak Mencela Makanan

Rasulullah ﷺ tidak pernah mencela makanan. Jika beliau suka, beliau makan; jika tidak, beliau tinggalkan tanpa komentar negatif. (HR. Bukhari & Muslim)

Keajaiban Al-Waqi’ah: Surat yang Mengubah Hidup dan Rezeki

Ini adalah pelajaran akhlak: menghargai yang menyajikan, menjaga hati, dan bersyukur atas nikmat.

4. Makan dari Sisi Terdekat

“Makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari bagian yang dekat denganmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini mengajarkan disiplin, kebersihan, dan keadaban dalam berbagi makanan.

5. Tidak Berlebihan

“Tidak ada tempat yang lebih buruk yang diisi oleh anak Adam daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Makan secukupnya adalah prinsip kesehatan dan pengendalian diri.

Gaya Hidup Sederhana di Meja Rasul

Rasulullah ﷺ bukan hanya mengajarkan bagaimana makan, tapi juga apa yang dimakan. Makanan beliau sangat sederhana: kurma, air, susu, gandum, cuka, dan sayur-sayuran. Kadang beliau hanya makan roti kering dengan cuka, dan itu pun beliau sebut “sebaik-baik lauk” (HR. Muslim).

“Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang makan roti gandum selama dua hari berturut-turut sampai beliau wafat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ini adalah teladan kesederhanaan di tengah keberlimpahan. Hari ini, kita perlu menghidupkan sunnah ini dalam gaya hidup yang kian konsumtif.

Dimensi Spiritual dan Psikologis Makan Ikut Sunnah

1. Melatih Syukur:
Dengan menyebut nama Allah sebelum makan dan bersyukur setelahnya, kita diingatkan bahwa semua yang kita makan adalah amanah dan rezeki dari-Nya.

2. Menghindari Tamak:
Sunnah mengajarkan kita makan secukupnya, sehingga tidak rakus dan berlebihan. Ini berdampak pada kesehatan dan spiritualitas.

3. Menumbuhkan Kesadaran Sosial:
Dengan hidup sederhana seperti Rasul, kita lebih peka terhadap saudara kita yang kesulitan makan, dan termotivasi untuk berbagi.

Minum pun Ada Sunnahnya

Tidak hanya makan, cara minum Nabi ﷺ pun mengandung adab yang luhur:

Tidak meniup dalam gelas. Minum dalam posisi duduk. Minum dengan tiga kali tegukan, bukan sekaligus. Mengucap Alhamdulillah setelah minum.

Semua ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh kasih sayang, bahkan terhadap diri kita sendiri.

Makan Bukan untuk Pamer. Di era media sosial, banyak orang memposting makanan demi “likes”. Dalam sunnah, makan bukan untuk pamer, tapi untuk hidup, beribadah, dan bersyukur. Jangan sampai makan menjadi riya, mubazir, bahkan maksiat.

Penutup: Menjadikan Makan Sebagai Ibadah

Mengikuti sunnah dalam hal makan adalah bentuk totalitas kita dalam mencintai Rasulullah ﷺ. Bukan hanya di masjid, tetapi di meja makan pun kita bisa beribadah dan mendapatkan pahala, jika diniatkan karena Allah dan mengikuti tuntunan Nabi.

“Makan ikut sunnah bukan soal lauk, tapi soal niat dan adab.” “Ia bukan sekadar menu sehat, tapi jalan menuju hidup penuh berkah.”

Mari hidupkan sunnah dalam setiap suapan. Dari makan kita belajar rendah hati, dari makan kita belajar bersyukur, dari makan kita belajar mencintai. (Tengku Iskandar, M.Pd)

× Advertisement
× Advertisement