Antara Begadang dan Subuh: Sebuah Renungan tentang Prioritas Hidup.
Dalam era digital ini, begadang bukanlah hal yang asing lagi. Banyak dari kita, baik remaja hingga orang dewasa, terbiasa berjaga hingga larut malam. Ada yang sibuk menonton film, bermain game, bekerja, scroll media sosial, atau sekadar mengobrol lewat aplikasi pesan instan. Namun ironisnya, ketika Subuh tiba—saat yang seharusnya menjadi momen paling spiritual untuk memulai hari dengan menyebut nama Allah—kita justru tertidur lelap, bahkan tak mendengar suara azan atau alarm sekalipun.
Di atas menyuarakan keprihatinan yang sangat relevan:
“Mampu begadang, tapi tak mampu bangun untuk sholat Subuh.” Ini bukan sekadar kalimat sindiran, melainkan refleksi nyata dari kondisi spiritual banyak muslim hari ini.
Padahal, Nabi Muhammad ﷺ dengan jelas menyampaikan dalam hadis:
“Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.”
(HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)
Ketimpangan Prioritas dalam Hidup
Begadang tidak selalu buruk. Ada orang yang harus bekerja malam, ada yang menuntut ilmu, ada pula yang berdzikir dan bermunajat kepada Allah di sepertiga malam terakhir. Namun ketika begadang dilakukan untuk urusan dunia semata, lalu menyebabkan lalai terhadap sholat Subuh, inilah yang menjadi masalah besar.
Allah berfirman dalam QS. Al-Ma’un ayat 4-5:
“Maka celakalah orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya.”
Lalai di sini bukan berarti tidak shalat sama sekali, tapi menunda-nunda, melakukannya di luar waktu, atau bahkan tidur tanpa niat bangun. Betapa sering kita rela menatap layar hingga jam 2-3 pagi, namun enggan menyiapkan diri untuk bangun satu jam kemudian hanya untuk bersujud kepada Sang Pencipta.
Ini soal prioritas. Dan ketika dunia lebih utama dari akhirat, maka saat itulah kita mulai kehilangan arah.
Shalat Subuh: Penentu Kualitas Iman
Shalat Subuh bukan hanya tentang bangun pagi. Ia adalah ujian keimanan. Orang munafik, sebagaimana disebut dalam hadis, merasa berat menjalankannya karena iman mereka rapuh. Mereka tidak bisa melihat nilai spiritual dan keberkahan dari shalat Subuh, apalagi melakukannya secara berjamaah.
Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang shalat Isya berjamaah, maka ia seperti shalat separuh malam. Dan barang siapa yang shalat Subuh berjamaah, maka ia seperti shalat semalam penuh.” (HR. Muslim)
Bayangkan, satu rakaat Subuh berjamaah nilainya seperti ibadah semalam penuh. Namun, banyak dari kita lebih memilih tidur dan membiarkan waktu Subuh berlalu tanpa sedikit pun rasa bersalah.
Jika kita mampu menahan kantuk untuk nonton bola hingga dini hari, bukankah kita juga seharusnya mampu bangun untuk shalat Subuh yang hanya membutuhkan beberapa menit?
Mengalahkan Rasa Malas dengan Kesadaran Diri
Masalah utama bukan pada kantuk atau waktu tidur. Masalah utama terletak pada niat dan kesadaran.
Seseorang yang benar-benar berniat bangun untuk Subuh akan menyiapkan segala sesuatu agar tujuannya tercapai. Ia akan memasang alarm, tidur lebih awal, minta dibangunkan, bahkan membuat komitmen pada diri sendiri. Bandingkan dengan mereka yang sekadar berharap bisa bangun, tanpa usaha yang nyata.
Kesungguhan seseorang bisa dilihat dari persiapannya. Dan shalat Subuh adalah cermin dari keimanan dan komitmen spiritual kita kepada Allah.
Keutamaan Shalat Subuh dalam Al-Qur’an dan Hadis
Allah menyebut shalat Subuh secara khusus dalam Al-Qur’an:
“Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam…” (QS. Hud: 114)
Bahkan, dalam QS. Al-Isra ayat 78:
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (dirikan pula) shalat Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh disaksikan (oleh malaikat).”
Disaksikan oleh malaikat! Bukankah ini menunjukkan betapa istimewanya shalat Subuh? Malaikat-malaikat Allah mencatat siapa yang bangun untuk bersujud, dan siapa yang tertidur karena cinta dunia.
Tips Praktis agar Mudah Bangun Subuh
Untuk menjadikan shalat Subuh sebagai kebiasaan, berikut beberapa langkah yang bisa ditempuh:
Tidur lebih awal. Jangan jadikan malam sebagai waktu yang sia-sia. Matikan gadget lebih cepat.
Pasang niat sebelum tidur. Niat yang kuat akan menggerakkan tubuh saat alarm berbunyi.
Gunakan alarm ganda. Tempatkan di tempat yang tidak mudah dijangkau agar kita harus bangun dari tempat tidur.
Cari teman pengingat. Saling membangunkan lewat pesan atau telepon.
Hindari makan berat dan minum kopi di malam hari. Ini bisa mengganggu kualitas tidur.
Berdoa kepada Allah. Mintalah kepada-Nya agar dimudahkan untuk bangun Subuh. Doa adalah senjata mukmin.
Menjaga Konsistensi
Shalat Subuh bukan hanya perkara satu hari. Ini tentang membangun konsistensi dalam ibadah. Maka perlu mujahadah—bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu.
Setiap kali berat bangun, ingatlah bahwa tidur kembali itu hanya akan menambah kelemahan jiwa, sementara bangkit untuk shalat akan menguatkan ruhani dan menyegarkan semangat hari.
Dalam jangka panjang, orang yang menjaga Subuh akan memiliki kepribadian yang disiplin, jiwa yang kuat, dan hubungan yang dekat dengan Allah. Sementara yang sering meninggalkannya akan kehilangan ketenangan, keberkahan, dan kemuliaan hidup.
Kesaksian Hari Kiamat
Tahukah kita bahwa shalat Subuh dan shalat Ashar adalah dua shalat yang menjadi saksi keimanan seseorang di Hari Kiamat?
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama… Maka jika kalian mampu untuk tidak melewatkan shalat sebelum terbit matahari (Subuh) dan sebelum terbenamnya (Ashar), maka lakukanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keduanya adalah waktu transisi antara malam dan siang. Waktu di mana hati manusia diuji antara memilih tidur atau taat, sibuk atau ibadah.
Penutup: Mari Memperbaiki Diri
Mari kita jadikan pesan dalam gambar di atas sebagai cambuk untuk berubah. Jangan biarkan diri kita termasuk dalam golongan yang mampu begadang untuk dunia, tapi tak mampu bangun untuk akhirat. Jangan pula kita menjadi seperti orang munafik yang berat menjalankan shalat Subuh.
Subuh adalah gerbang berkah, pintu doa, dan simbol ketaatan. Jika hari dimulai dengan bersujud, insyaAllah seluruh aktivitas akan dipenuhi cahaya, ketenangan, dan pertolongan dari Allah.
Mulai malam ini, perbaiki niat, atur jadwal, dan minta kepada Allah kekuatan untuk bangun. Karena tidak ada yang lebih indah daripada membuka hari dengan menyebut nama-Nya dan bersujud dalam keheningan Subuh.
“Jika Subuh menjadi ringan bagimu, maka iman sedang kuat dalam jiwamu. Tapi jika Subuh terasa berat, maka saatnya untuk memperbarui iman dan memperkuat hubungan dengan Tuhan.”
Semoga Allah membangunkan kita, bukan hanya dari tidur malam, tapi dari kelalaian hati. (Tengku Iskandar, M.Pd)