SURAU.CO-Rumah yang tak terbakar kobaran api menunjukkan keajaiban dari kehidupan seorang ulama agung, Sufyan ats-Tsauri. Ia dikenal sebagai ahli ibadah dan tokoh yang menjauh dari gemerlap dunia demi menjaga ketulusan hubungannya dengan Allah. Kisah rumah yang tak terbakar kobaran api ini telah menjadi bahan renungan umat Islam sejak dahulu, karena mengandung pelajaran spiritual yang sangat relevan hingga hari ini.
Suatu malam, api besar melahap permukiman tempat Sufyan ats-Tsauri tinggal. Warga sekitar berteriak panik, menyelamatkan keluarga dan barang-barang mereka. Rumah demi rumah runtuh dalam kobaran api yang sulit dikendalikan. Namun, semua orang tertegun ketika melihat rumah ats-Tsauri tetap berdiri kokoh—tanpa terbakar sedikit pun. Banyak orang menyaksikan langsung kejadian itu. Mereka tidak mampu menjelaskan mengapa satu rumah tetap utuh, sementara yang lain lenyap dilalap api.
Ats-Tsauri sendiri menjalani hidup dengan kesederhanaan dan penuh kehati-hatian. Ia tidak hanya menghindari kemewahan, tetapi juga secara sengaja menjaga diri dari jabatan dan kekuasaan. Hari-harinya ia isi dengan zikir dan malam-malamnya ia bangun untuk menangis dalam shalat. Semua itu ia lakukan bukan untuk pamer, tetapi demi kedekatan hati kepada Allah. Maka, ketika rumahnya luput dari musibah besar, itu menjadi tanda nyata perlindungan Allah atas hamba-Nya yang bertakwa.
Allah tidak sekadar menolong dalam bentuk fisik, tetapi juga menumbuhkan ketenangan batin dalam situasi paling genting. Kisah ini membuktikan bahwa ikatan spiritual mampu melampaui hukum-hukum fisika. Api yang biasanya membakar, menjadi tidak mampu menyentuh rumah seorang wali yang hidupnya penuh ketaatan.
Pelajaran Hidup dari Karomah Rumah Tak Terbakar
Kisah rumah yang tak terbakar menyimpan lebih dari sekadar keajaiban. Ia menyampaikan pesan penting bahwa orang yang menjaga hubungannya dengan Allah akan mendapatkan penjagaan yang tidak diduga. Perlindungan Allah bukan mitos, melainkan realita yang sering kali luput dari perhatian kita. Justru saat manusia melepaskan keterikatan kepada dunia, pertolongan ilahi hadir dalam bentuk yang tak terbayangkan.
Sufyan ats-Tsauri memilih jalan hidup yang bertolak belakang dari kebanyakan orang. Ia menolak tawaran jabatan tinggi dan menjauh dari gemerlap dunia. Ia lebih senang bersembunyi dalam ibadah daripada tampil di tengah pujian. Karakter ini membentuk fondasi spiritual yang kokoh.
Kisah ini tetap relevan sepanjang masa. Di zaman serba cepat dan bising seperti sekarang, banyak orang melupakan kekuatan ibadah. Mereka lebih percaya pada kemampuan diri atau teknologi, daripada menggantungkan harapan pada Yang Maha Kuasa. Padahal, kisah ats-Tsauri mengajarkan bahwa kekuatan sejati lahir dari hati yang ikhlas dan jiwa yang tunduk sepenuhnya kepada Allah.
Karomah bukanlah sesuatu yang bisa diminta secara khusus. Allah memberikan karunia-Nya kepada hamba yang Dia kehendaki, dan karomah merupakan buah dari ketulusan dan istiqamah dalam beribadah. Kisah ini memperkaya wawasan kita tentang makna perlindungan sejati. Bukan pada fisik atau material, melainkan pada kekuatan hati dan keyakinan yang tak tergoyahkan.
Kisah rumah yang tak terbakar ini bukan sekadar cerita mengagumkan dari masa lalu. Ia adalah pengingat abadi bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya yang ikhlas, istiqamah, dan menjauh dari kesombongan duniawi. Perlindungan Allah tidak mengenal batas ruang dan waktu.
Karomah Sufyan ats-Tsauri mengajak kita untuk menumbuhkan kembali kekuatan batin. Ketika dunia makin bising, maka jalan terbaik adalah kembali kepada-Nya. Dalam keheningan dan ibadah, kita menemukan penjagaan yang tak terlihat, namun nyata. Sebuah pelajaran hidup yang tak pernah usang. (Hen)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.