Kisah
Beranda » Berita » Kisah Junaid al-Baghdadi Bertemu Iblis dalam Mimpi

Kisah Junaid al-Baghdadi Bertemu Iblis dalam Mimpi

kisah sufi Syekh Junaid al bagdadi
Kisah Junaid al-Baghdadi dan Iblis dalam mimpi yang penuh hikmah ketika bermimpi Iblis telanjang dan siapa manusia sejati menurutnya.

SURAU.CO. dalam dunia tasawuf, nama Syekh  Junaid al-Baghdadi merupakan seorang wali masyhur. Beliau memiliki banyak kisah menakjubkan dan populer sebagai sufi agung dengan banyak murid. Ajarannya terus diikuti hingga sekarang. Ada salah salah satu kisah hikmahnya patut menjadi renungan mendalam hingga hari ini. Kisah ini bercerita tentang mimpi sang waliyullah yang melihat Iblis dalam keadaan telanjang bulat.

Kisah luar biasa ini bersumber dari kitab klasik Risalah Qusyairiyah. Kitab ini ditulis oleh Imam Abdul Karim al-Qusyairi an-Naisaburi memang menjadi rujukan utama dalam dunia tasawuf. Para santri dan intelektual sering mengutipnya untuk belajar ilmu  tasawuf atau tarekat. Kitab ini memuat banyak petikan hikmah. Terdapat kisah dari tokoh-tokoh sufi besar. Sebut saja Dzun Nun al-Misri hingga Abu Yazid al-Bustami. Tentu saja, kisah Junaid al-Baghdadi juga ada di dalamnya.

Dialog Aneh di dalam Mimpi

Dalam bab tentang mimpi, kitab itu menceritakan sebuah peristiwa unik. Junaid al-Baghdadi bermimpi melihat Iblis yang tampil tanpa sehelai benang pun. Tentu saja, pemandangan ini membuat Junaid sangat terkejut. Beliau berpikir keras mengenai kejadian aneh ini. Mengapa Iblis sampai bisa telanjang?

Junaid lantas memberanikan diri untuk bertanya.

”Apakah engkau tidak malu kepada manusia bahwa engkau dalam keadaan telanjang seperti ini?” tanya Junaid.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Iblis memberikan jawaban yang tak terduga. “Mereka bukanlah manusia. Manusia adalah orang yang selalu berada di masjid Dzauniyah (sebuah nama masjid-red),” ujar Iblis.

Junaid semakin penasaran dengan kondisi Iblis. Ia kembali melontarkan pertanyaan. “Lantas mengapa kamu telanjang seperti ini,” ucap Junaid.

Iblis pun menjawab dengan nada mengeluh. ”Mereka selalu mencecarku dan membakar limpaku.”

Pembuktian di Dunia Nyata

Setelah percakapan itu, Junaid al-Baghdadi terbangun dari tidurnya. Mimpi itu terus membekas dalam benaknya. Ia lantas bergegas pergi ke Masjid Dzauniyah. Tempat yang disebutkan Iblis dalam mimpinya. Junaid tiba di masjid tersebut saat hari masih pagi.

Ketika memasuki masjid, Junaid melihat pemandangan menakjubkan. Ia melihat beberapa orang sedang duduk tafakur. Posisi mereka menunduk, kepala di atas lutut. Mereka tampak sangat khusyuk beribadah kepada Allah. Ibadah mereka memancarkan ketenangan yang luar biasa.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Tiba-tiba, salah satu dari mereka mengangkat kepala. Orang itu menatap langsung ke arah Junaid. Sesaat kemudian, ia berkata dengan tegas.

”Janganlah engkau tertipu oleh cerita setan,” ucapnya. 

Tentu saja perkataan orang misterius itu membuat Syekh Junaid al-Baghdadi terperangah . Beliau kaget bukan kepalang. Bagaimana orang ini tahu tentang mimpinya? Peristiwa ini menunjukkan karomah para ahli ibadah itu. Junaid pun merenungkan kembali seluruh pengalamannya. Syekh Junaid sadar telah menyaksikan kebesaran Allah.

Sosok Junaid al-Baghdadi

Junaid al-Baghdadi adalah tokoh panutan dalam tasawuf. Ia dikenal sebagai pemimpin kaum sufi abad ke-3 Hijriah. Nama lengkapnya sangat panjang. Beliau adalah Abu Al-Qasim Al-Junaid bin Muhammad Al-Khazzaz Al-Qawariri As-Sujj An-Nahawandi. Informasi ini dijelaskan dalam buku Akidah Akhlak. Buku itu ditulis oleh Aminudin dan Harjan Syuhada.

Imam Junaid lahir di Baghdad pada tahun 210 H. Sang Imam juga wafat di kota yang sama pada tahun 298 H. Beliau merupakan keturunan bangsa Persia. Keluarganya telah lama menetap di Baghdad. Mereka adalah keluarga yang berasal dari Nahawand, sebuah daerah di Provinsi Jibal, Persia.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Selain itu keluarga Junaid adalah pebisnis dan pedagang. Mereka merantau ke Baghdad untuk berniaga. Saat itu, Baghdad adalah kota metropolitan. Kota ini menjadi pusat bisnis yang ramai. Junaid sendiri meneruskan jejak keluarganya. Ia menjadi seorang pedagang sutra. Karena profesinya, ia mendapat julukan Al-Khazzaz. Julukan itu berarti “Pedagang sutra kasar”. Fakta ini dinukil dari buku Imam Al-Junaid Al-Baghdadi Pemimpin Kaum Sufi karya Ali Hasan Abdel Kader.

Tasawuf yang Berpegang pada Syariat

Syekh Junaid memegang teguh ajaran tasawuf. Untuk itu beliau memastikan ajarannya tidak menyimpang dari syariat. Sebuah riwayat mencatat perkataan beliau yang terkenal. “Semua jalan tertutup(terlarang) bagi manusia, kecuali bagi mereka yang menelusuri jejak rasul mengikuti sunnahnya, dan setia pada jalannya. Hanya bagi Rasullulah saja terbuka semua jalan kebaikan. Ingatlah bahwa madzab kita terikat pada dasar-dasar dalam al-Quran dan sunnah nabi”.

Karena prinsip ini, ajaran tasawuf Junaid beraliran salaf. Kemudian beliau tidak pernah bersikap radikal. Ia selalu menghadapi persoalan dengan bijaksana. Selain itu konsentrasinya adalah ilmu tasawuf yang kokoh. Ajarannya selalu bersandar pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Inilah yang membuat pemikirannya tetap relevan hingga kini.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement