SURAU.CO. Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Minggu membawa kabar duka. Enam orang lagi meninggal dunia dalam 24 jam terakhir. Mereka wafat akibat kelaparan parah dan malnutrisi ekstrem. Kematian baru ini menambah daftar panjang korban jiwa. Total korban akibat bencana kelaparan kini menjadi 175 orang. Tragisnya, 93 korban di antaranya adalah anak-anak tak berdosa.
Pemerintah Jerman secara tegas menunjuk penyebab utama tragedi ini. Mereka menyatakan bahwa kelaparan di Gaza disebabkan oleh blokade Israel. Blokade tersebut secara signifikan menghambat pasokan bantuan kemanusiaan. Akibatnya, warga sipil kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Badan kemanusiaan internasional menyebut kondisi ini sebagai bencana kelaparan yang sedang berlangsung.
Peringatan Keras WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah lama menyuarakan keprihatinannya. Pada bulan Juni lalu, Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, memberikan penilaian yang tajam. Ia memperingatkan situasi mengerikan setelah perang berjalan berbulan-bulan. Tedros menyatakan, “sebagian besar penduduk Gaza sekarang menghadapi kelaparan dan kondisi seperti kelaparan yang parah”.
Data WHO melukiskan gambaran yang lebih suram. Hingga kini, lebih dari 8.000 anak telah mendapat diagnosis kekurangan gizi akut. Termasuk di dalamnya, 1.600 anak menderita bentuk malnutrisi paling berbahaya. Kondisi ini sangat mengancam nyawa mereka. Laporan menyebut adanya peningkatan pengiriman makanan. Namun, bukti di lapangan menunjukkan cerita yang berbeda.
“Meskipun ada laporan peningkatan pengiriman makanan, saat ini tidak ada bukti bahwa mereka yang paling membutuhkan menerima makanan dalam jumlah dan kualitas yang cukup,” tegas Tedros. Akses terhadap perawatan gizi yang vital semakin menipis. Menurut Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), hanya dua dari tiga pusat stabilisasi gizi yang masih buka. Pusat ini khusus merawat anak-anak dengan kondisi gizi buruk serius. Penutupan fasilitas membuat ribuan nyawa anak berada di ujung tanduk.
Anak-Anak Sekarat di Depan Mata Keluarganya
UNICEF mengeluarkan peringatan yang lebih keras. Badan PBB ini melaporkan bahwa anak-anak yang kekurangan gizi “meninggal di depan mata keluarga mereka”. Wakil Direktur Eksekutif UNICEF, Ted Chaiban, menyaksikan langsung penderitaan tersebut. Setelah kunjungannya ke Gaza, ia menyampaikannya dengan nada penuh keprihatinan.
“Anda bisa melihat foto-fotonya di berita, tapi ketika Anda benar-benar berada di sana, penderitaan itu menyentuh langsung ke hati. Tanda-tanda kelaparan dan keputusasaan terpampang di wajah anak-anak dan keluarga mereka,” ucap Chaiban.
Ted Chaiban dari UNICEF menyimpulkan situasi dengan kalimat yang kuat. “Yang dibutuhkan anak-anak Gaza bukan hanya makanan, tetapi juga gencatan senjata permanen dan solusi politik yang adil. Situasi ini tidak manusiawi,” tegasnya. Data UNICEF menunjukkan tingkat kematian anak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 18.000 anak telah kehilangan nyawa sejak konflik dimulai. Selain itu, lebih dari 320.000 anak kecil kini berisiko tinggi mengalami malnutrisi akut. Chaiban menegaskan bahwa Gaza berada di persimpangan antara hidup dan mati. “Satu dari tiga orang di Gaza tidak makan selama berhari-hari. Kita sudah melewati ambang kelaparan,” katanya.
Untuk mencegah bencana yang lebih besar, bantuan mendesak dibutuhkan. Chaiban menyerukan agar minimal 500 truk bantuan masuk setiap hari. Bantuan ini mencakup pasokan kemanusiaan dan komersial. Akses melalui berbagai rute harus segera dibuka untuk menyelamatkan nyawa.
Komitmen Konkret Indonesia untuk Palestina
Di tengah krisis yang melanda, Indonesia menunjukkan komitmen nyata. Dalam Aksi Akbar Bela Palestina di Monas, Jakarta, Menteri Luar Negeri Sugiono menyampaikan sikap tegas pemerintah. Indonesia akan segera mengirimkan bantuan dalam jumlah besar. “Kita juga akan mengirimkan bantuan makanan 10.000 ton beras dalam waktu dekat ke Palestina,” ucap Sugiono dalam orasinya, Minggu (3/8).
Bantuan ini merupakan kelanjutan dari dukungan yang telah diberikan sebelumnya. Hingga kini, Indonesia telah menyalurkan lebih dari 4.400 ton logistik. Bantuan finansial senilai ratusan miliar Rupiah juga telah dikirimkan ke Gaza. Sugiono menegaskan bahwa bantuan ini didasari oleh rasa kemanusiaan yang terusik. “Sekali lagi ini adalah rasa kemanusiaan kita yang terusik. Banyak anak-anak, banyak wanita, banyak orang-orang yang tidak berdosa yang menjadi korban dari kekejian dan kekejaman ini,” tambahnya.
Menurutnya, sikap Indonesia ini bukan sekadar simbolik. Ini adalah amanat konstitusi dan komitmen kebangsaan. Ia juga mengingatkan bahwa sejak pidato pelantikannya pada 20 Oktober 2024 lalu, Presiden Prabowo Subianto telah menjadikan isu Palestina sebagai prioritas utama. (Berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
