Pentingnya Menuntut Ilmu dalam Pandangan Islam
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Ia tidak sekadar mendorong umatnya untuk beribadah, tetapi juga mengokohkan akal dan hati dengan cahaya ilmu. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ adalah perintah untuk membaca, sebuah simbolik penting bahwa jalan kenabian dimulai bukan dengan perintah salat, zakat, atau jihad, melainkan “iqra’” – bacalah! (QS. Al-‘Alaq: 1).
Inilah penanda awal, bahwa peradaban Islam dibangun di atas pondasi ilmu. Tanpa ilmu, ibadah kehilangan makna. Tanpa ilmu, akhlak menjadi tumpul. Tanpa ilmu, amal menjadi sesat.
Ilmu Sebelum Amal: Landasan Setiap Tindakan
Imam al-Bukhari membuka kitab Shahih-nya dengan bab: “Al-‘Ilmu Qabla al-Qaul wa al-‘Amal” – Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan. Ini menunjukkan bahwa setiap amal harus didasari dengan pemahaman yang benar.
Allah berfirman:
> “Katakanlah (wahai Muhammad): Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
Jelas tidak sama. Ilmu memuliakan manusia. Ia mengangkat derajat. Bahkan, Allah menyebut para ulama sebagai saksi kebenaran sejajar dengan malaikat dan Allah sendiri (lihat QS. Ali Imran: 18).
Ilmu Adalah Jalan Menuju Surga
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Maka, orang yang belajar, baik secara formal maupun nonformal, hakikatnya sedang melangkah menuju surga. Jalan ini panjang, terkadang melelahkan, tetapi penuh berkah.
Ilmu adalah cahaya yang menunjukkan arah yang benar dalam kegelapan zaman. Di tengah banjir informasi dan hoaks, hanya dengan ilmu seseorang bisa membedakan mana hak dan batil, mana sunnah dan bid’ah, mana yang haq dan mana yang hanya kamuflase.
Ilmu adalah Warisan Para Nabi
Para nabi tidak mewariskan harta benda, tetapi ilmu. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tapi mereka mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Mewarisi ilmu berarti meneruskan perjuangan para nabi. Dan barang siapa yang menyebarkan ilmu, maka pahalanya akan terus mengalir meski ia telah meninggal dunia, sebagaimana disebut dalam hadits tentang amal jariyah.
Ilmu Menghidupkan Hati dan Menjaga Akidah
Ilmu bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga menjaga kemurnian akidah. Banyak orang tersesat bukan karena niatnya buruk, tapi karena tidak berilmu. Seperti orang buta yang berjalan tanpa tongkat, cepat atau lambat ia akan tergelincir.
Allah berfirman:
> “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama.” (QS. Fathir: 28)
Takut di sini bukan karena ketakutan buta, tapi rasa takut yang muncul dari pengetahuan akan keagungan Allah. Maka, belajar tauhid dan memahami sifat-sifat Allah adalah bentuk keimanan yang paling mendalam.
Menuntut Ilmu Adalah Kewajiban Sepanjang Hayat
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim.”
(HR. Ibnu Majah)
Hadits ini tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, tua dan muda, pejabat dan rakyat. Selama hayat masih dikandung badan, semangat menuntut ilmu tidak boleh padam.
Di zaman ini, ilmu tidak hanya bisa didapat dari pesantren dan sekolah, tapi juga dari gawai di tangan kita. Maka, jangan jadikan teknologi sebagai pelalaian, tapi manfaatkan sebagai jalan dakwah dan pembelajaran.
Menjadi Generasi Rabbani
Allah memuji hamba-Nya yang menjadi “rabbaniyyin”, yaitu orang-orang yang mendidik manusia berdasarkan kitab Allah dan ilmu.
> “Jadilah kamu orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan kitab dan selalu mempelajarinya.” (QS. Ali ‘Imran: 79)
Generasi rabbani bukan hanya cerdas dalam sains, tapi juga kokoh dalam akidah. Mereka tidak mudah goyah meski badai zaman terus mengguncang. Mereka tidak hanya bisa membaca data, tapi juga memahami makna kehidupan dan tujuan penciptaan.
Ilmu Mengangkat Derajat Dunia dan Akhirat
Dalam kehidupan dunia, ilmu menjadikan seseorang dihormati dan dipercaya. Dalam akhirat, ilmu menjadikan seseorang dekat dengan Allah.
> “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Tak heran bila peradaban Islam di masa keemasan begitu jaya karena ditopang oleh para ilmuwan seperti Ibn Sina, Al-Khawarizmi, Al-Ghazali, dan lainnya yang mewakili kombinasi antara ilmu dunia dan ilmu agama.
Penutup: Mari Memulai dari Diri Sendiri
Menuntut ilmu tidak selalu berarti duduk di kelas atau menghadiri seminar. Ia bisa dimulai dari kebiasaan membaca, mendengar ceramah, mengikuti majelis taklim, dan menuliskannya kembali sebagai bekal amal.
Tak perlu menunggu sempurna untuk belajar. Karena justru dengan belajar, kita diperbaiki oleh Allah sedikit demi sedikit.
Mari jadikan ilmu sebagai jalan hidup. Karena hanya dengan ilmulah, kita bisa menjadi hamba yang benar-benar mengenal Rabb-nya, menyadari tanggung jawabnya, dan mempersiapkan bekal terbaik menuju kampung akhirat. (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.