Khazanah
Beranda » Berita » Cahaya di Balik Bukit: Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Alam

Cahaya di Balik Bukit: Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Alam

Cahaya di Balik Bukit: Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Alam

Cahaya di Balik Bukit: Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Alam

 

 

Di antara hamparan ciptaan Allah, ada satu pemandangan yang selalu menggugah hati manusia yang masih punya rasa: matahari yang muncul dari balik bukit, menembus awan dan menghidupkan kembali bumi yang tadinya gelap. Gambar yang terabadikan ini bukan sekadar lanskap alam biasa—ia adalah ayat-ayat Allah yang terbentang dalam bentuk yang nyata.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190)

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Bukit yang Menjulang, Simbol Keteguhan

Bukit yang terlihat kokoh, menjulang tinggi namun tetap hijau, adalah simbol dari keteguhan iman seorang mukmin. Seperti bukit yang tetap berdiri meski diterpa hujan dan angin, demikian pula seorang muslim seharusnya teguh di atas jalan yang lurus, istiqamah dalam ketaatan, dan tak mudah goyah oleh ujian dunia.

Bukit tidak berpindah meski tertutup kabut atau diselimuti bayangan. Keteguhannya menggambarkan prinsip hidup yang tak berubah hanya karena cuaca hati atau pendapat manusia lain.

Sinar Matahari yang Tertutup Awan

Cahaya matahari dalam foto ini tidak tampak dengan terang benderang, melainkan menembus awan dan menghasilkan pantulan yang indah. Ini mengajarkan bahwa terkadang hidayah Allah datang bukan dengan kemegahan, melainkan secara perlahan, menyelinap lembut ke dalam hati-hati yang siap menerimanya.

Awan yang membayang seolah menjadi tirai yang menahan sinar, namun justru menjadikan sinar itu lebih dramatis dan memikat. Begitu pula ujian dalam hidup; kadang Allah menahan kebahagiaan atau kelapangan agar hati manusia kembali menengadah, memohon dan mengingat bahwa hidup bukan hanya tentang terang—tetapi juga tentang kesabaran menanti terang.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Keindahan Alam yang Menenangkan Jiwa

Pohon-pohon yang menghijau di lembah, sawah-sawah yang menghampar, dan sinar matahari yang membentuk pantulan cahaya lensa—semua menyatu dalam satu harmoni alam yang tak bisa direkayasa. Inilah tanda-tanda keindahan yang diciptakan Allah untuk menjadi pengingat bagi hamba-hamba-Nya yang masih mau berpikir.

> “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang di langit dan yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Al-Jatsiyah: 13)

Setiap daun yang tumbuh, setiap embun yang jatuh, dan setiap sinar yang masuk ke celah-celah hutan adalah bukti nyata betapa Maha Pengaturnya Allah. Tidak ada satu pun yang sia-sia.

Pelajaran Hidup dari Alam

Dari suasana foto ini, kita bisa mengambil pelajaran sederhana: hidup tidak selalu terang, namun juga tidak selalu gelap. Akan ada waktu di mana matahari berada tepat di atas kepala, dan ada waktu ketika awan menutupi sinarnya. Namun, selama kita yakin bahwa matahari tetap ada di balik awan, maka kita tidak akan kehilangan harapan.

Begitulah hidup seorang mukmin. Ia tidak menggantungkan optimisme pada keadaan dunia, tetapi pada janji Allah yang tidak pernah mengecewakan.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Membangun Kembali Koneksi dengan Sang Pencipta

Gambar ini mengajak kita untuk merenung dan kembali kepada fitrah. Terlalu lama kita tinggal dalam hiruk-pikuk dunia, hingga lupa bahwa Allah menciptakan alam sebagai pengingat. Menghabiskan waktu sejenak untuk memandangi alam bukanlah kemalasan, tapi cara untuk menyucikan kembali pandangan dan hati.

Alam bertasbih kepada Allah. Gunung, pohon, awan, dan matahari semuanya tunduk pada hukum-Nya. Maka, alangkah malunya manusia jika ia ingkar dan sombong di hadapan ciptaan-Nya yang justru lebih patuh.

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44)

Kesyahduan Waktu Pagi atau Petang

Jika gambar ini diambil saat pagi hari, maka ia menjadi simbol semangat dan awal yang baru. Jika diambil saat petang, maka ia adalah peringatan akan waktu yang terus berjalan dan kematian yang mendekat. Dalam dua kondisi itu, tetap ada satu pesan yang kuat: waktu terus berlalu, dan amal kita akan menjadi saksi.

Matahari yang menurun atau baru naik mengingatkan kita bahwa hidup ini ada fase-nya. Ada waktu dilahirkan, waktu belajar, waktu berjuang, dan waktu kembali.

Penutup: Mari Menjadi Bagian dari Mereka yang Merenung

Allah telah menciptakan alam ini bukan hanya untuk dipandangi, tetapi untuk direnungi. Mari kita jadikan momen-momen seperti ini—ketika memandangi bukit, awan, dan matahari—sebagai sarana untuk memperdalam rasa syukur, memperkuat keimanan, dan memperbaharui niat dalam beramal. “Cukuplah alam menjadi pengingat, jika hati tidak lagi bisa dinasihati.” (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement