Bahaya Lisan: Kecil Ujudnya, Besar Akibatnya
Pendahuluan: Lisan. Organ tubuh yang kecil ini memiliki kekuatan yang sangat besar. Ia bisa menjadi sumber pahala yang mengalir deras, namun juga bisa menjadi penyebab dosa yang tak terkira. Tak salah jika Nabi Muhammad ﷺ memperingatkan umatnya untuk menjaga lisan, karena dari lisannya lah manusia sering kali terjerumus ke dalam kehancuran.
Di zaman media sosial seperti sekarang, lisan bisa berubah bentuk menjadi jari-jemari yang mengetik. Apa yang dulu diucapkan kini bisa ditulis, disebarkan, bahkan diviralkan dalam sekejap. Maka bahaya lisan hari ini menjadi jauh lebih luas dan cepat dampaknya.
Hadits-Hadits tentang Bahaya Lisan
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
> “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjadi kaidah emas dalam menjaga lisan. Tidak semua hal perlu diucapkan. Bahkan jika ragu apakah ucapan itu baik atau tidak, diam lebih selamat.
Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ mengingatkan:
> “Sesungguhnya ada seorang hamba yang mengucapkan satu kalimat tanpa dipikirkan, yang karenanya ia tergelincir ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitu berbahayanya satu ucapan jika ia berisi dusta, gibah, fitnah, atau menyakiti hati orang lain. Mungkin terdengar sepele, tapi akibatnya bisa fatal di akhirat.
Jenis-Jenis Bahaya Lisan
Mari kita bahas beberapa bentuk penyimpangan lisan yang paling sering terjadi:
1. Ghibah (Menggunjing)
Ghibah adalah membicarakan keburukan orang lain di belakangnya. Bahkan jika hal itu benar, tetap dihukumi haram.
Allah berfirman:
> “Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati?” (QS. Al-Hujurat: 12)
Ghibah adalah kebiasaan yang merusak ukhuwah dan menumbuhkan permusuhan. Celakanya, ia sering dibungkus dengan kalimat “Saya cerita ini bukan untuk menjelekkan, tapi supaya hati-hati…”
2. Namimah (Adu Domba)
Namimah adalah menyebarkan ucapan orang lain dengan tujuan merusak hubungan. Ia adalah perbuatan keji yang menjadi penyebab azab kubur.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang yang membawa-bawa cerita hanya demi membakar api pertikaian, padahal ia sendiri tidak terlibat, adalah pengkhianat terhadap amanah lisan.
3. Dusta
Berbohong adalah pangkal dari banyak kemunafikan. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa dusta membawa kepada kefasikan dan akhirnya ke neraka.
> “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bahkan berbohong untuk bercanda pun tetap diharamkan jika tujuannya menipu dan menjatuhkan orang lain.
4. Ucapan Kotor dan Sia-sia
Ucapan yang tak bermanfaat, menghina, mencela, atau mengolok-olok orang lain juga termasuk bahaya lisan. Ucapan seperti ini menghancurkan akhlak dan menunjukkan kekosongan iman.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, berkata kotor, dan berkata kasar.” (HR. Tirmidzi, hasan)
5. Sumpah Palsu
Menggunakan nama Allah untuk menutupi kebohongan adalah dosa besar. Bahkan Allah menyebutnya sebagai “dagangan yang murah tapi penuh laknat” dalam surat Ali Imran.
“Sesungguhnya orang-orang yang menjual janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian apa pun di akhirat.” (QS. Ali Imran: 77)
Mengapa Lisan Begitu Berbahaya?
1. Mudah Digunakan
Tidak seperti zina, mencuri, atau membunuh yang butuh keberanian dan kesempatan, dosa lisan bisa dilakukan dalam detik, tanpa modal, tanpa alat.
2. Sering Dianggap Ringan
Orang yang berkata kasar sering merasa, “Ah, cuma ngomong!” Padahal ucapan bisa membunuh karakter, menyakiti hati, dan menghancurkan persaudaraan.
3. Lupa Minta Maaf
Banyak orang menyesal setelah berkata buruk, tapi sedikit yang sungguh-sungguh meminta maaf. Maka dosa-dosa itu terus mengendap dan menumpuk.
Contoh Keteladanan dalam Menjaga Lisan
Para sahabat sangat berhati-hati dengan lisan mereka. Di antaranya:
Abu Bakar ash-Shiddiq sering memegang lidahnya sendiri sambil berkata, “Inilah yang paling sering mencelakakan aku.”
Umar bin Khattab pernah berkata: “Barangsiapa banyak bicara, banyak salahnya. Barangsiapa banyak salahnya, maka berkuranglah wibawanya.”
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, tidak ada sesuatu yang lebih layak dipenjara lebih lama dari pada lisan.”
Bagaimana Cara Menjaga Lisan?
1. Biasakan Berpikir Sebelum Bicara
Apakah ucapan ini benar? Perlukah disampaikan? Adakah manfaatnya? Jika ragu, diam lebih baik.
2. Berzikir dan Mengisi Lisan dengan Kebaikan
Lisan yang digunakan untuk berzikir, membaca Al-Qur’an, mendoakan orang lain, akan lebih terjaga dari keburukan.
3. Hindari Lingkungan Tukang Ghibah dan Dusta
Duduk bersama orang yang suka menggibah akan menyeret kita ke dalam dosa kolektif.
4. Jaga Lisan di Media Sosial
Jangan asal komentar, menyebar gosip, atau membuat status yang menyakiti hati. Apa yang kita tulis adalah lisan kita hari ini.
Penutup: Kunci Keselamatan adalah Menjaga Lisan
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Apakah manusia akan diseret ke dalam neraka di atas wajah mereka, kecuali karena hasil dari lisan mereka?” (HR. Tirmidzi, hasan sahih)
Lisan adalah amanah. Kecil bentuknya, tapi besar tanggung jawabnya. Satu kata bisa membahagiakan orang lain, tapi satu kata juga bisa merusak kehidupan seseorang. Maka waspadalah. Jika tak mampu berkata baik, diam adalah bentuk ibadah.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang menjaga lisannya, menyebarkan kebaikan, dan diberi keselamatan dunia akhirat. Aamiin. (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
