Khazanah
Beranda » Berita » Al-Masih: Mengapa Nabi Isa dan Dajjal Memiliki Gelar yang Sama?

Al-Masih: Mengapa Nabi Isa dan Dajjal Memiliki Gelar yang Sama?

Al-Masih: Mengapa Nabi Isa dan Dajjal Memiliki Gelar yang Sama?

SURAU.CO – Dalam khazanah Islam, ada beberapa istilah yang memerlukan pemahaman mendalam. Salah satunya adalah gelar “Al-Masih”. Banyak orang mengenal gelar ini melekat pada Nabi Isa ‘alaihissalam. Namun, hadis-hadis akhir zaman juga menyebut Dajjal dengan gelar yang sama. Fakta ini tentu menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana bisa seorang nabi mulia dan sosok pembawa fitnah terbesar berbagi gelar yang sama? Jawabannya terletak pada kekayaan makna dalam bahasa Arab.

Membedah Akar Kata “Masaha”

Untuk mengurai misteri ini, kita perlu kembali ke akar katanya. Kata “Al-Masih” berasal dari akar kata kerja masaha (مسح). Kata ini memiliki beberapa arti utama yang berbeda. Masaha bisa berarti mengusap, membasuh, atau meratakan sesuatu. Selain itu, kata ini juga bisa bermakna melakukan perjalanan atau mengembara di muka bumi. Dari satu akar kata inilah, gelar Al-Masih kemudian memiliki makna yang sangat bertolak belakang ketika disematkan pada Nabi Isa dan Dajjal.

Al-Masih Isa: Sosok Pembawa Petunjuk dan Berkah

Nabi Isa ‘alaihissalam mendapat gelar Al-Masih karena beberapa alasan mulia. Semua alasan ini merujuk pada kebaikan dan petunjuk.

Pertama, para ulama menjelaskan bahwa Nabi Isa adalah sosok yang disucikan. Allah SWT “mengusap” atau membersihkannya dari segala dosa. Ia adalah pribadi yang penuh berkah.

Kedua, gelar Al-Masih merujuk pada mukjizatnya. Dengan izin Allah, Nabi Isa menyembuhkan orang yang sakit. Ia “mengusap” orang yang buta sejak lahir hingga bisa melihat. Ia juga “mengusap” orang yang menderita kusta hingga sembuh. Mukjizat ini menunjukkan perannya sebagai pembawa rahmat.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ketiga, Nabi Isa adalah seorang pengembara kebenaran. Ia aktif melakukan perjalanan di muka bumi. Tujuannya untuk menyeru manusia kepada jalan Allah. Oleh karena itu, para ulama memberinya sebutan khusus, yaitu Al-Masih Al-Huda, yang artinya “Al-Masih yang memberi petunjuk”.

Al-Masih Dajjal: Sosok Penyebar Kesesatan

Di sisi lain, Dajjal juga mendapat gelar Al-Masih. Namun, makna di baliknya adalah keburukan dan kesesatan. Gelar ini merujuk pada ciri fisik dan perbuatannya.

Salah satu ciri fisik Dajjal yang paling utama adalah matanya buta sebelah. Dalam sebuah hadis disebutkan:

“Dan adapun Al-Masih Ad-Dajjal, maka ia adalah seorang laki-laki yang buta sebelah matanya.” (Hadis dari Sahihain)

Kata buta sebelah ini dalam bahasa Arab disebut mamsuh al-‘ain, atau mata yang “diusap” hingga terhapus (cacat). Inilah alasan pertama ia disebut Al-Masih.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Selanjutnya, sama seperti Nabi Isa, Dajjal juga seorang pengembara. Namun, ia berkeliling dunia untuk tujuan yang jahat. Ia menyebarkan fitnah dan kesesatan ke seluruh penjuru bumi. Ia “mengusap” atau menghapus kebenaran dan menggantinya dengan kebohongan. Karena perannya ini, para ulama menjulukinya Al-Masih Ad-Dhalalah, yang berarti “Al-Masih pembawa kesesatan”.

Dua Makna Berlawanan dalam Satu Gelar

Kini, perbedaannya menjadi sangat jelas. Meskipun gelarnya sama, maknanya sangat kontras. Ibn al-Atsir dalam kitabnya An-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar menjelaskan hal ini dengan gamblang.

“Adapun Isa, disebut Al-Masih karena ia adalah seorang yang jujur (shiddiq). Sedangkan Dajjal disebut Al-Masih karena ia adalah seorang pengembara yang sesat lagi pendusta (kadzdzab). Dajjal disebut Al-Masih karena salah satu matanya terhapus (mamsuh).”

Jadi, gelar Al-Masih bagi Nabi Isa adalah gelar kehormatan. Gelar ini melambangkan kesucian, mukjizat, dan petunjuk. Sebaliknya, gelar yang sama untuk Dajjal adalah sebutan yang menunjukkan kecacatan fisik dan sifatnya yang sesat.

Ujian Keimanan di Akhir Zaman

Penggunaan gelar Al-Masih untuk dua sosok yang berlawanan ini bukanlah sebuah kebetulan. Ini adalah bagian dari ujian keimanan bagi umat Islam. Allah SWT menunjukkan betapa sebuah istilah bisa memiliki makna ganda. Hal ini menuntut kita untuk belajar lebih dalam. Kita tidak boleh menilai sesuatu hanya dari tampilan luarnya saja. Dengan bekal ilmu dan iman yang kuat, seorang Muslim akan mampu membedakan antara Al-Masih pembawa petunjuk dan Al-Masih pembawa kesesatan. Ini adalah pelajaran berharga untuk menghadapi berbagai fitnah di akhir zaman.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement