Kesabaran Rasulullah ﷺ di Medan Hunain: Keteladanan dalam Kekacauan.
Dalam sejarah Islam, Perang Hunain bukan hanya dikenang sebagai sebuah pertempuran besar, tetapi juga sebagai momen ujian luar biasa bagi umat Islam dan pribadi Rasulullah ﷺ. Bukan kemenangan yang pertama kali tercatat dalam sejarah perang ini, tapi justru kekacauan awal, ketakutan banyak pasukan, dan sikap sabar Nabi ﷺ yang menjadi sorotan utama.
Dalam situasi genting dan hampir kalah, Rasulullah ﷺ berdiri tegak. Beliau tidak panik, tidak berlari mundur, tidak menyalahkan pasukan, tetapi tetap maju, menyeru, dan sabar menanti pertolongan Allah. Ini adalah pelajaran berharga bagi umat Islam hingga akhir zaman: kesabaran adalah inti kekuatan, bukan kelemahan.
Latar Belakang Perang Hunain
Setelah Fathu Makkah (penaklukan Makkah) yang berlangsung tanpa pertumpahan darah besar, banyak suku Arab merasa khawatir dengan kekuatan baru Islam. Dua suku besar yang masih kafir — Hawazin dan Tsaqif — memutuskan untuk menyerang kaum Muslimin terlebih dahulu. Mereka mengumpulkan pasukan besar, membawa keluarga dan harta mereka, serta mengatur posisi strategis untuk menyerang di Lembah Hunain.
Sementara itu, pasukan Muslimin yang berjumlah 12.000 orang, terbanyak dalam sejarah Islam saat itu, merasa percaya diri, bahkan sebagian berkata:
> “Hari ini kita tak akan terkalahkan karena jumlah kita yang banyak.”
Ucapan ini menjadi titik awal ujian keimanan mereka. Allah hendak mengajarkan bahwa kemenangan bukan karena jumlah, tetapi karena keikhlasan dan pertolongan-Nya.
Serangan Mendadak dan Kacau Balau
Pagi hari di Lembah Hunain, kaum Muslimin diserang secara mendadak dari arah yang lebih tinggi. Panah-panah hujan menghujani mereka. Suasana menjadi kacau balau. Banyak pasukan Muslim, khususnya yang baru masuk Islam di Makkah, lari menyelamatkan diri.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Al-Abbas bin Abdul Muthallib, beliau berkata:
> “Orang-orang mundur dan hanya tersisa Rasulullah ﷺ bersama segelintir sahabat dan keluarganya. Rasulullah ﷺ tetap maju di atas keledai putihnya, dan aku berada di samping beliau.”
Bayangkan: ribuan pasukan melarikan diri, dan hanya sekitar 100 orang atau bahkan kurang yang tetap bersama Rasulullah ﷺ. Tapi beliau tidak gentar.
Rasulullah ﷺ Tetap Tenang dan Sabar
Rasulullah ﷺ tidak berlari ke belakang. Tidak pula menyalahkan para sahabat yang kabur. Beliau justru memanggil mereka kembali dengan suara lantang:
> “Aku adalah Nabi, tidak dusta! Aku adalah cucu Abdul Muthallib!”
Sambil tetap mengatur barisan dan menjaga keimanan pasukan yang tersisa, Rasulullah ﷺ menyerahkan segala urusan kepada Allah. Kesabaran beliau tercermin dalam beberapa hal:
a. Sabar menghadapi larinya pasukan
Bayangkan, pasukan yang biasanya setia, kini berbalik mundur. Tapi Rasulullah ﷺ tidak mencela mereka saat itu. Beliau tahu ini ujian keimanan. Dan beliau tetap berdiri di tengah medan, memberikan keteladanan nyata.
b. Sabar dalam mempertahankan prinsip
Meskipun dalam kondisi terdesak, Rasulullah ﷺ tidak meminta bantuan kepada orang-orang kafir atau menggunakan cara-cara yang tidak halal. Beliau tetap berpegang pada prinsip tauhid dan keimanan yang kokoh.
c. Sabar menunggu pertolongan Allah
Di saat tidak ada lagi tempat bersandar, Rasulullah ﷺ menggantungkan harapannya hanya pada Allah. Dan benar, Allah menurunkan ketenangan dalam hati para sahabat, hingga mereka kembali, menyusun barisan, dan menyerang balik musuh.
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 26)
Mengapa Rasulullah ﷺ Bisa Sabar?
a. Karena beliau yakin akan janji Allah
Rasulullah ﷺ sudah berulang kali mengalami ujian berat: boikot di Makkah, Perang Uhud, Perang Khandaq. Beliau tahu bahwa pertolongan Allah selalu datang kepada orang yang sabar.
> “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)
b. Karena beliau memiliki hati yang penuh kasih
Meski dikhianati, diserang, atau ditinggalkan, Rasulullah ﷺ tetap memaafkan. Setelah perang usai, banyak sahabat yang menangis karena malu telah mundur. Tapi Rasulullah ﷺ memaafkan mereka dan tidak menyimpan dendam.
> “Jika kamu bersikap keras lagi berhati kasar, niscaya mereka akan lari dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)
c. Karena beliau adalah guru sejati dalam jihad dan akhlak
Nabi ﷺ tidak hanya mengajarkan jihad fisik, tetapi juga jihad melawan diri sendiri — jihad menahan amarah, kecewa, dan putus asa. Di Hunain, beliau tidak hanya menunjukkan keberanian, tapi juga kekuatan ruhiyah yang luar biasa.
Pelajaran untuk Umat Islam Hari Ini
a. Jangan Takjub pada Jumlah
Hari ini umat Islam berjumlah miliaran. Tapi jika tidak disertai akidah yang kuat dan ikatan hati yang kokoh, maka kekacauan mudah terjadi. Seperti di Hunain, jumlah besar bukan jaminan menang. Yang menentukan adalah keimanan dan pertolongan Allah.
b. Tetap Sabar dalam Kekacauan
Kadang kita hidup dalam lingkungan yang tampak porak-poranda: keluarga, masyarakat, bahkan umat. Tapi dari Rasulullah ﷺ kita belajar: jangan mundur. Tetap berdiri di tempat yang benar. Bersabar, dan panggil kembali orang-orang kepada kebenaran.
c. Jangan Menyalahkan, Tapi Ajak Kembali
Rasulullah ﷺ tidak sibuk menyalahkan pasukan yang mundur. Beliau malah menyeru mereka dengan suara yang membangkitkan semangat. Dakwah itu bukan menghakimi, tapi menghidupkan kembali hati yang lemah.
d. Pemimpin Sejati Tetap di Garis Depan
Pemimpin bukan hanya bicara di mimbar, tapi berdiri di medan saat umat membutuhkan arah. Seperti Rasulullah ﷺ di Hunain: beliau tetap di depan, walau semua lari. Hari ini, umat butuh pemimpin yang sabar dan kokoh dalam badai.
Penutup: Kesabaran adalah Senjata Terkuat
Perang Hunain bukan tentang kekalahan atau kemenangan militer. Ia adalah pelajaran besar tentang kesabaran Nabi ﷺ dalam menghadapi ujian yang sangat berat. Dan dari situ, kemenangan sejati datang — bukan hanya menaklukkan musuh di medan, tapi menaklukkan kelemahan diri sendiri.
Allah memuji Rasulullah ﷺ karena kesabarannya:
> “Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Hud: 115)
Semoga kita bisa meneladani sabar beliau:
Dalam ujian keluarga, tetap memimpin dengan kasih.
Dalam konflik umat, tetap berdiri di atas kebenaran.
Dalam perjuangan dakwah, tetap optimis dan menanti pertolongan Allah.
Kesabaran Rasulullah ﷺ di Hunain adalah cahaya bagi kita yang sedang menghadapi gelapnya dunia. Maka, bersabarlah, niscaya Allah bersama kita. (Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
