Ekonomi
Beranda » Berita » Laporan Zakat: Amanah yang Tak Pernah Usai

Laporan Zakat: Amanah yang Tak Pernah Usai

Laporan Zakat: Amanah yang Tak Pernah Usai

Laporan Zakat: Amanah yang Tak Pernah Usai.

Bismillah. Di setiap zakat yang kami terima, ada kepercayaan.
Di setiap zakat yang kami salurkan, ada harapan. Di antara keduanya, kami berdiri — bukan sebagai penguasa dana umat, tapi sebagai hamba yang takut salah menaruh rezeki orang lain.

Zakat bukan pajak. Ia bukan kewajiban administratif.
Zakat adalah ibadah. Ia adalah tangisan orang lapar yang terjawab. Ia adalah titipan Allah, yang jika salah digunakan bisa menjadi bara dalam timbangan akhirat.

Dari Hati para Muzakki

Kepada mereka yang menyerahkan zakatnya dengan tangan gemetar dan hati yakin — “Ini bukan milikku. Ini hak orang lain.” Kami ucapkan, jazakumullah khairan katsira. Langit mencatat. Malaikat menyaksikan. Bumi menjadi saksi.

Kepada Para Mustahik, Kepada mereka yang menerima zakat dengan mata yang berkaca:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

> “Aku bisa beli susu anakku bulan ini.”
“Aku tak lagi meminjam untuk makan besok.”
“Aku bisa lanjut mondok, Ustaz. Tidak berhenti di tengah jalan.”

Kami ingin bilang, “Bukan kami yang membantu kalian. Tapi Allah.”
Kami hanya jembatan kecil di antara dua sungai kebaikan:
Yang satu mengalirkan, yang satu menerima.
Kami hanya tukang dayung yang berhati-hati agar tidak karam dalam amanah.

Di Antara Angka dan Doa

Betul, ini laporan. Maka izinkan kami jujur:

Jumlah zakat yang diterima: Rp 340 juta
Jumlah mustahik yang dibantu: lebih dari 700 jiwa
Jenis bantuan: pendidikan, modal usaha, kesehatan, dakwah

Tapi angka tidak pernah menceritakan seluruh cerita.
Karena berapa nilainya senyum seorang anak yang kembali bisa sekolah?
Berapa nilai dari doa seorang janda malam hari saat memeluk beras dari zakatmu?

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Dan Jika Ada Kekurangan

Kami bukan malaikat.
Kami manusia yang terus belajar menjaga amanah.
Jika ada kekeliruan, kami mohon maaf.
Jika ada kelebihan, itu murni karena Allah menolong.

Penutup dari Relung Jiwa

Zakat bukan hanya menyucikan harta.
Ia menyucikan hati.
Membuat yang kaya ingat bahwa dunia ini fana.
Membuat yang susah tahu bahwa Allah tak pernah meninggalkan.

Jika laporan ini sampai ke tanganmu, maka ketahuilah: Engkau bagian dari kebaikan yang diam-diam menyelamatkan dunia. Terima kasih, Tetaplah menjadi tangan yang memberi, dan jangan lupa berdoa agar tidak menjadi hati yang mengeras.

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, miskin, amil zakat, muallaf, memerdekakan budak, orang berutang, jalan Allah, dan ibnu sabil.” (QS At-Taubah: 60)

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Kalau ini kata hati saya. Terserah engkau mau cetak atau simpan. Tapi semoga bisa dibaca juga oleh hati yang lain.

 

 


 

“Indahnya Pagi: Hadiah dari Allah yang Sering Terlewatkan”

Pagi hari adalah salah satu nikmat Allah yang paling berharga namun kerap disepelekan. Ketika cahaya mentari perlahan mengusir kegelapan malam, ketika embun masih menggantung di ujung dedaunan, dan udara segar belum tercemar oleh hiruk-pikuk dunia, sesungguhnya di situlah letak keindahan dan ketenangan yang sulit tergantikan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Doa ini menunjukkan bahwa pagi adalah waktu yang diberkahi, penuh peluang dan energi positif. Sayangnya, banyak yang melewatinya hanya dengan tidur atau kesibukan duniawi tanpa zikir, tanpa merenungi karunia-Nya.

Apa yang membuat pagi begitu istimewa?

1. Waktu Terbaik untuk Ibadah
Shalat Subuh adalah awal yang paling agung dalam sehari. Ia adalah penjaga iman, penyejuk jiwa, dan simbol ketaatan. Al-Qur’an memuji mereka yang menjaga shalat Subuh dengan khusyuk (QS. Al-Isra: 78).

2. Waktu Diberinya Rezeki dan Ilham
Banyak ulama, pedagang, dan cendekiawan Islam dahulu memulai aktivitasnya selepas Subuh. Mereka yakin bahwa pagi adalah ladang produktivitas, bukan waktu untuk bermalas-malasan.

3. Pagi Mengajarkan Harapan
Setelah malam yang gelap, pagi datang membawa cahaya. Seolah Allah ingin mengajarkan kita bahwa setelah kesulitan, pasti datang kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 5-6)

4. Keindahan yang Menyejukkan Hati
Suara burung berkicau, sinar matahari lembut, udara segar, dan suasana damai—semua ini mengajak kita untuk bersyukur, bukan hanya karena hidup, tapi karena hidup yang masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

Mari Jaga Pagi Kita: Mulailah dengan sholat Subuh berjamaah, Lanjutkan dengan membaca Al-Qur’an, Lalu sempatkan waktu untuk berzikir dan tafakur, Jangan lupa niatkan hari itu untuk amal dan kebaikan.

Pagi bukan sekadar waktu, ia adalah awal dari segala kemungkinan. Jika pagi kita baik, maka hari kita akan baik. Jika pagi kita berkah, maka hidup kita pun akan dipenuhi berkah.

Jangan biarkan pagi berlalu tanpa makna. Karena di setiap fajar, Allah memberi kita kesempatan baru untuk mencintai-Nya lebih dalam dan menjalani hidup lebih baik. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement