Opinion
Beranda » Berita » Prinsip Seorang Muslim: Teguh di Tengah Arus Perubahan

Prinsip Seorang Muslim: Teguh di Tengah Arus Perubahan

Ilustrasi Ketika Muslim Memiliki Prinsip yang Kuat

SURAU.CO – Di era digital, arus informasi bergerak begitu cepat. Akibatnya, setiap hari kita menyaksikan kemunculan berbagai tren dan gaya hidup baru. Sayangnya, banyak Muslim, terutama generasi muda, turut serta dalam tren tersebut. Mereka sering kali melakukannya tanpa pertimbangan yang matang. Oleh karena itu, fenomena ini menegaskan betapa pentingnya seorang Muslim memiliki prinsip hidup yang kokoh. Sebab, Muslim sejati tidak akan mudah goyah oleh zaman karena ia memegang teguh panduan yang jelas.

Al-Quran dan Sunnah sebagai Fondasi Utama

Lalu, dari mana sumber prinsip seorang Muslim? Jawabannya terletak pada dua warisan paling mulia, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Keduanya adalah panduan hidup yang sempurna dan abadi. Dengan kata lain, ketika kita berpegang pada keduanya, kita tidak akan pernah tersesat. Al-Quran dan Sunnah berfungsi laksana filter atau penyaring. Dengan filter ini, kita dapat secara aktif menyaring semua hal baru yang datang. Hasilnya, kita mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Inilah yang membedakan seorang Muslim yang berprinsip.

Waspada Tren Tato: Antara Seni dan Larangan Agama

Salah satu tren populer adalah seni merajah tubuh atau tato. Banyak orang menganggapnya sebagai bentuk karya seni. Mereka menggunakannya sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Meskipun demikian, Islam secara tegas melarang praktik ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli anjing dan jual beli darah, dan melarang orang yang mentato dan yang ditato dan pemakan riba, serta melaknat orang yang menggambar.” (HR. Bukhari)

Hadis ini secara gamblang menunjukkan larangan praktik tato. Larangan ini berlaku baik untuk orang yang membuat tato maupun yang meminta tubuhnya ditato. Karena itu, sebagai Muslim yang taat, kita wajib menolak segala sesuatu yang Allah dan Rasul-Nya larang.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Memahami Batasan Tindik dalam Islam

Selanjutnya, mari kita bahas tentang tindik. Bagi wanita, menindik telinga adalah hal yang wajar sebagai tempat perhiasan. Akan tetapi, Islam melarang pria menindik bagian tubuhnya. Perbuatan ini dianggap menyerupai wanita (tasyabbuh) dan tentu tidak pantas. Ulama Ibnu Abidin menjelaskan:

“Menindik telinga untuk tempat anting adalah perhiasan bagi wanita dan tidak halal bagi laki-laki.” (Raddul Muhtar, 27: 81)

Di sisi lain, tren menindik bagian tubuh yang tidak lazim seperti alis, lidah, atau pusar juga semakin marak. Perilaku ini jelas meniru gaya hidup kaum yang jauh dari nilai agama. Seorang Muslim yang menjaga kehormatannya tentu tidak akan mengikuti jalan mereka.

Menjaga Kehormatan Melalui Pakaian Syar’i

Kemudian, gaya berpakaian juga menjadi perhatian yang sangat serius. Beberapa wanita Muslimah memang sudah memakai jilbab. Sayangnya, mereka masih memilih pakaian ketat yang memperlihatkan lekuk tubuh. Padahal, Islam memerintahkan wanita untuk memakai pakaian yang longgar. Pakaian tersebut harus menutup aurat secara sempurna. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan memberikan peringatan yang sangat keras:

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: … para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya…” (HR. Muslim)

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Tentu saja, hadis ini seharusnya membuat setiap Muslimah waspada. Jangan sampai kita memilih gaya berpakaian yang justru membawa kerugian di akhirat.

Menghindari Kesia-siaan dari Tantangan Viral

Terakhir, media sosial sering kali memunculkan “tantangan” atau challenge viral. Kebanyakan tantangan ini tidak memberikan manfaat apa pun. Bahkan, banyak di antaranya terlihat konyol dan hanya membuang-buang waktu. Demi sebuah eksistensi, banyak orang ikut serta agar terlihat keren. Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihati kita:

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi, shahih)

Waktu kita sangatlah berharga. Oleh sebab itu, jangan sia-siakan untuk kegiatan yang tidak mendatangkan pahala.

Peringatan Tegas Agar Tidak Menjadi Pengekor

Lebih dari itu, Allah Ta’ala secara langsung memperingatkan kita agar tidak sekadar mengikuti kaum lain. Allah berfirman:

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mau mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqarah: 120)

Sejalan dengan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan hal yang sama dalam sabdanya:

“Sesunguhnya kalian akan mengikuti kebiasaan umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sehingga seandainya mereka masuk lubang dhab (sejenis kadal), niscaya akan kalian ikuti.” Maka para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, (maksudmu) orang-orang Yahudi dan Nasrani?” (Jawab Rasulullah), “Siapa lagi?!” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu, seorang Muslim yang cerdas akan selalu waspada dan kembali kepada Al-Quran dan Sunnah sebagai benteng utama.

Membangun Karakter Muslim yang Kuat

Menjadi seorang Muslim berarti kita memilih untuk memiliki identitas yang kuat. Kita membangun identitas ini di atas fondasi iman, ilmu, dan takwa. Jangan biarkan tren sesaat merusak prinsip hidup yang telah kita bangun. Jadilah Muslim yang bangga dengan agamanya. Singkatnya, jadilah pribadi yang berprinsip, bukan sekadar pengekor yang ikut-ikutan tanpa ilmu.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement