Ibadah Khazanah
Beranda » Berita » Adab Hari Jumat dalam Bidayatul Hidayah Karya Imam Al-Ghazali

Adab Hari Jumat dalam Bidayatul Hidayah Karya Imam Al-Ghazali

Mencari Ilmu
Seorang penuntut ilmu yang sederhana duduk bersila di bawah pohon, mengenakan pakaian santri tradisional, membaca kitab kuning yang bersinar lembut

SURAU.COBidayatul Hidayah adalah mahakarya  sebagai langkah awal pembuka jalan spiritual, ditulis oleh Imam Abu Hamid Al-Ghazali (w. 505 H), seorang pemikir besar, ahli fikih, filsuf, sekaligus sufi terkemuka dari abad ke-5 Hijriyah. Ia lahir di kota Tus, Persia (sekarang Iran), dan dikenal sebagai Hujjatul Islam karena perannya dalam menyatukan syariat dan tasawuf.

Lebih lanjut, Kitab ini ditulis khusus untuk para pemula dalam dunia spiritual mereka yang ingin memperbaiki amal lahir sekaligus menyucikan hati. Bidayatul Hidayah adalah jalan masuk menuju karya besarnya, Ihya’ Ulumuddin. Posisi kitab ini sangat vital dalam pendidikan Islam klasik,  kitab ini  ringan namun menghunjam, singkat tapi menyeluruh, mengajarkan adab harian dari pagi hingga malam, dari wudu hingga salat, dari tidur hingga muamalah.

1. Menyambut Jumat: Jangan Biarkan Berlalu Biasa

Imam Al-Ghazali membuka nasihatnya tentang hari Jumat dengan ketegasan bahwa hari itu bukan hari biasa. Dalam Bidayatul Hidayah, beliau menulis:

وَاجْتَهِدْ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِي أَعْمَالِ الْآخِرَةِ، وَهُوَ سَيِّدُ الْأَيَّامِ، وَفَضْلُهُ عَظِيمٌ، وَفِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا خَيْرًا إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ

“Bersungguh-sungguhlah di hari Jumat dalam amal akhirat. Ia adalah penghulu segala hari, dan keutamaannya sangat agung. Di dalamnya ada satu waktu yang tidaklah bertepatan dengan doa seorang hamba muslim kecuali Allah akan mengabulkannya.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Betapa sering kita melewatkan Jumat seperti hari Senin atau Kamis, rutinitas yang hambar. Padahal di dalamnya terkandung limpahan rahmat, jika kita tahu cara menyambutnya.

2. Adab Sebelum Berangkat, Mandi, Wangi-Wangian, dan Pakaian Terbaik

Salah satu bagian paling mendalam dalam kitab ini adalah perintah bersuci lahir dan batin sebelum ke masjid.

وَاغْتَسِلْ وَتَطَيَّبْ وَالْبَسْ أَطْيَبَ ثِيَابِكَ، وَامْشِ إِلَى الْجُمُعَةِ وَقَارًا، وَلاَ تَتَكَلَّمْ فِي طَرِيقِكَ إِلاَّ بِذِكْرِ اللَّهِ

“Mandilah, gunakan wewangian, dan kenakan pakaian terbaikmu. Berangkatlah ke masjid dengan penuh kewibawaan, dan janganlah banyak berbicara dalam perjalanan kecuali untuk berdzikir kepada Allah.”

Gambaran ini bukan sekadar ritual. Ia adalah bentuk penghormatan total baik tubuh, pikiran, maupun hati terhadap waktu yang Allah muliakan. Lihatlah bagaimana ajaran klasik ini sejalan dengan nilai-nilai kesopanan dan kebersihan modern dengan tampil rapi, tidak gaduh, dan fokus pada spiritualitas.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

3. Saat Khutbah dan Salat,  Diamlah dengan Hati Terjaga

Imam Al-Ghazali sangat menekankan pentingnya mendengarkan khutbah Jumat secara utuh dan khusyuk. Beliau mengutip:

فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ فَاجْلِسْ بِوَقَارٍ، وَلاَ تَتَشَاغَلْ بِشَيْءٍ، وَإِذَا بَدَأَ الْخَطِيبُ فَأَنْصِتْ وَلاَ تَتَكَلَّمْ وَلَوْ بِالسَّلاَمِ

“Jika imam telah keluar (untuk khutbah), maka duduklah dengan tenang. Jangan menyibukkan dirimu dengan apa pun. Jika khatib mulai berkhutbah, maka diamlah dan jangan berbicara, meski hanya menjawab salam.”

Betapa pentingnya mendengar khutbah dengan hati yang terbuka. Di zaman sekarang, kita mudah tergoda membuka ponsel, mengecek notifikasi, bahkan mengobrol di sela khutbah. Al-Ghazali seakan berbisik dari masa lalu: “Kau datang bukan hanya untuk sujud, tapi untuk mendengar seruan-Nya.”

Menghidupkan Jumat, Menghidupkan Jiwa

Hari Jumat bukan sekadar hari ganjil dalam kalender, tetapi ruang suci tempat ruh kita diberi kesempatan untuk dibasuh. Imam Al-Ghazali melalui Bidayatul Hidayah mengingatkan kita untuk tidak menjadikan hari ini sebagai rutinitas tanpa rasa, tetapi sebagai momentum pulang ke Allah.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Apakah kita masih menganggap hari Jumat biasa saja?
Atau, mulai Jumat ini, kita bersihkan pakaian lahir dan batin, dan berjalan menuju masjid bukan sekadar untuk menggugurkan kewajiban, tapi meraih cinta-Nya?

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عُبَّادِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ، وَارْزُقْنَا فِيهِ النُّورَ وَالْقُرْبَ وَالْفَتْحَ، آمِين.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement