Sosok
Beranda » Berita » Lembaga Pesantren Menurut Kiai Kafabihi Mahrus

Lembaga Pesantren Menurut Kiai Kafabihi Mahrus

Kiai kafabihi mahrus bicara tentang pesantren
Kiai Kafabihi Mahrus menyebut pesantren adalah kunci bangsa yang baik. Pesantren berfungsi sebagai pabrik karakter dan moral. 

SURAU.CO.Kiai Kafabihi Mahrus menyebut bahwa  tujuan utama pesantren adalah untuk perbaikan umat. Kehadiran pesantren diharapkan membawa kebaikan bagi semua lapisan.Beliau menekankan bahwa pesantren tidak sekadar mencetak santri berilmu. Lebih dari itu, pesantren berfungsi sebagai pabrik karakter dan moral.  Tujuannya untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan secara lebih merata di seluruh nusantara.

“Tujuan didirikannya pesantren adalah agar masyarakatnya baik, pejabatnya baik, dan negaranya akan menjadi baik,” ujar Kiai Kafa. Hal tersebut  Kiai Kafabihi tekankan saat peresmian cabang Pondok Pesantren Lirboyo ke 17 di Kabupaten Tegal menjadi momentum penting. dalam acara yang berlangsung pada Kamis, 17 Juli lalu itu kiai Kafabihi Mahrus menegaskan kembali peran fundamental pesantren bagi bangsa. Visi besarnya adalah membentuk masyarakat yang berakhlak mulia.

Mengenal Sosok KH Ahmad Kafabihi Mahrus

Visi besar Kiai Kafa tidak lahir dari ruang hampa. Beliau adalah penerus trah ulama besar pendiri Pesantren Lirboyo. Nama lengkapnya adalah Abdullah Kafabihi Mahrus. pria kelahiran Kediri pada 2 September 1960 ini merupakan putra ke-12 dari pasangan KH. Mahrus Aly dan Ny. Hj. Zainab. Kiai Kafa juga cucu langsung dari KH. Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo.

Masa kecilnya terbilang cukup unik. Beliau sempat lebih tertarik pada pendidikan umum. Namun, sang ayah, KH. Mahrus Aly, mengarahkannya dengan bijak. Suatu hari, ayahnya menunjukkan sebuah buku aljabar. Beliau bertanya, “Ini pelajaran apa? Untuk apa belajar seperti ini?” Momen itu menyentuh hati Kiai Kafa. Sejak saat itu, ia memfokuskan diri mendalami ilmu agama.

Pendidikannya ditempuh di Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo. Setelah lulus, beliau melanjutkan belajar ke Ponpes Al-Fadllu, Kaliwungu. Di sana, ia berguru kepada ulama kharismatik, KH. Dimyathi Ro’is.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Penerus Perjuangan dan Tokoh Organisasi

Pada usia 25 tahun, Kiai Kafa mengemban amanat besar. Ia meneruskan perjuangan ayahnya mengasuh pondok pesantren. KH. Mahrus Aly juga memilihkan jodoh untuknya. Beliau menikah dengan Ny. Hj. Azzah Nur Laila dari Cirebon pada 30 September 1985.

Kiprahnya juga tercatat di berbagai organisasi besar. Beliau pernah menjadi pengurus PCNU Kota Kediri selama dua periode. Kemudian, ia menjabat sebagai Katib Syuriah PBNU Pusat (2010-2015). Hingga kini, beliau juga menjabat Ketua MUI Kota Kediri.

Di bidang akademik, Kiai Kafa adalah Rektor Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri. Ia meneruskan amanah yang sebelumnya dipegang ayah dan kakaknya. Sebagai rektor, ia memiliki satu ciri khas unik. Beliau tidak pernah terlihat mengenakan celana dalam acara apa pun. “Walaupun kapasitas saya sebagai Rektor, tapi saya terikat dengan Pon-Pes Lirboyo, karena Pon-Pes itu selalu identik dengan Sarungan,” jelas beliau.

Bagi Kiai Kafa, menjadi “sarungan” adalah identitas dan komitmennya pada dunia pesantren. Ia ingin mahasiswa IAIT menjadi ulama intelektual. Mereka harus mampu menjawab tantangan zaman. Pesan utamanya adalah agar mahasiswa menguasai ilmu agama sebagai fondasi. Sebab, manusia pandai tanpa akhlak yang baik sangatlah berbahaya.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement