Khazanah
Beranda » Berita » Kasur Rasulullah Terbuat dari Ijuk dan Sabut: Teladan Kesederhanaan Sang Nabi

Kasur Rasulullah Terbuat dari Ijuk dan Sabut: Teladan Kesederhanaan Sang Nabi

Kasur Rasulullah Terbuat dari Ijuk dan Sabut: Teladan Kesederhanaan Sang Nabi
Kasur Rasulullah Terbuat dari Ijuk dan Sabut: Teladan Kesederhanaan Sang Nabi

SURAU.CO – Di tengah dunia yang kian materialistis, ketika kenyamanan hidup sering kali menjadi ukuran keberhasilan, Rasulullah Muhammad ﷺ justru tampil sebagai teladan abadi dalam kesederhanaan. Salah satu potret paling menyentuh dari kehidupan beliau adalah tempat beliau beristirahat: bukan kasur busa yang empuk, bukan pula kasur berhias sutra mahal, melainkan kasur yang terbuat dari ijuk dan sabut kurma —bahan-bahan sederhana yang biasa digunakan masyarakat Arab kala itu.

Potret Kesahajaan Seorang Nabi

Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Rasulullah ﷺ, menuturkan bahwa Rasulullah tidur hanya di atas tikar yang terbuat dari pelepah kurma. Dalam riwayat lain, Umar bin Khattab menangis ketika melihat punggung Rasulullah yang penuh bekas tikar kasar.

Umar berkata dengan pilu, “Wahai Rasulullah, Kisra (Raja Persia) dan Kaisar (Raja Romawi) tidur di atas kasur mewah, sedangkan engkau hanya tidur di atas tikar seperti ini.”

Rasulullah ﷺ pun menjawab dengan penuh keyakinan, “Tidakkah engkau ridha bahwa mereka mendapatkan dunia, sementara kita mendapatkan akhirat?”

Selain itu, Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah tidur di atas tikar ijuk hingga punggung beliau berbekas. Beliau hanya menggunakan sabut kurma yang dibaringkan di atas kulit kambing sebagai alas tidurnya. Dalam kehidupan rumah tangganya, beliau juga tidak pernah memaksakan hal secara berlebihan kepada istri-istrinya. Bahkan, rumah beliau di Madinah lebih menyerupai gubuk sederhana daripada istana.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kesederhanaan yang Bukan Keterpaksaan

Menariknya, Rasulullah tidak memilih hidup sederhana karena kekurangan atau kemiskinan. Beliau merupakan seorang kepala negara, panglima perang, dan tokoh yang sangat dicintai umatnya. Jika beliau menghendaki kemewahan, para sahabat pasti berlomba-lomba memenuhi permintaan beliau. Namun, Rasulullah justru memilih jalan zuhud. Beliau menolak gemerlap dunia karena menyadari bahwa kehidupan dunia hanya bersifat sementara.

Dengan cara itu, Rasulullah menunjukkan bahwa keagungan mencerminkan kekuatan jiwa. Beliau ingin mengajarkan bahwa kemuliaan seseorang tidak bergantung pada tempat tidur mewah, pakaian mahal, atau kekayaan yang berlimpah, tetapi terletak pada ketakwaan dan amal shaleh yang ia lakukan.

Nilai yang Terkandung di Balik Ijuk dan Sabut

Kasur Rasulullah yang terbuat dari ijuk dan sabut menyimpan pelajaran mendalam. Kita dapat memahami bahwa hidup yang cukup justru menghadirkan ketenteraman hati. Rasulullah mengajarkan bahwa tidur yang nyenyak tidak bergantung pada kasur mewah, melainkan pada hati yang bersih dan pikiran yang tenang.

Dalam konteks zaman itu, ijuk dan sabut mencerminkan kehidupan masyarakat kebanyakan. Rasulullah memilih bahan sederhana itu karena beliau ingin menunjukkan kedekatan kepada umat, menyampaikan empati kepada kaum miskin, dan menolak gaya hidup elitis yang hanya mengejar kenikmatan sesaat. Dengan itu, beliau meneguhkan bahwa pemimpin sejati justru hadir bersama rakyat, bukan di atas kemewahan.

Relevansi di Zaman Modern

Kini, banyak orang yang mengejar kemewahan tanpa henti hingga melupakan hakikat hidup. Banyak orang yang menilai kesuksesan dari kasur bermerek, rumah megah, dan gaya hidup mewah. Namun, pertanyaannya: apakah semua itu benar-benar memberi ketenangan batin?

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kisah Rasulullah dan kasur sabutnya mengajak kita merenung. Apakah kebahagiaan yang kita kejar sungguh berasal dari benda-benda itu, ataukah kita hanya memenuhi ekspektasi sosial semata? Hidup sederhana bukan berarti hidup miskin, melainkan pilihan untuk memerdekakan diri dari dunia yang melelahkan.

Langkah Nyata Meneladani Kesederhanaan Rasulullah

Meneladani Rasulullah bukan berarti meninggalkan seluruh kenyamanan hidup. Namun, kita bisa memulai dengan langkah-langkah kecil dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Kita bisa belajar untuk tidak berlebihan dalam membeli barang.
  2. Kita bisa mengutamakan fungsi daripada sekadar mengejar merek.
  3. Kita bisa membiasakan diri bersyukur atas apa yang sudah kita miliki.
  4. Kita bisa menerapkan gaya hidup sederhana di rumah, termasuk dalam urusan tidur, makan, dan berpakaian.
  5. Terpenting, kita harus menjaga hati agar tetap bersih dari sifat tamak, iri, dan cinta dunia yang berlebihan.

Dengan langkah-langkah ini, kita tidak hanya meniru gaya hidup Nabi, tetapi juga menyerap nilai-nilai spiritual yang beliau wariskan.

Mungkin bagi sebagian orang, kasur dari ijuk dan sabut terasa keras dan tidak nyaman. Namun bagi Rasulullah, kasur itulah yang paling menenangkan—karena ia menjadi saksi doa-doa malam yang khusyuk, tempat beliau meneteskan air mata di hadapan Allah, dan menjadi tempat istirahat seorang manusia pilihan yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk umat.

Dari kasur yang sangat sederhana itu, Rasulullah melahirkan keputusan-keputusan besar yang mengubah dunia. Dari tempat rehat yang keras itu, beliau membangun kekuatan spiritual yang tidak tergoyahkan. Maka, mari kita warisi semangat kesederhanaan itu dalam hidup kita. Biarlah tidur kita tak sekedar melepas lelah fisik, tapi juga menjadi jalan menuju ketenangan ruhani dan kedekatan kepada Allah.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

 

Referensi:

  • Al-Bukhari dan Muslim, Shahih Hadis tentang kehidupan Rasulullah ﷺ
  • Syekh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Raheeq al-Makhtum

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement