Ibadah Khazanah
Beranda » Berita » Adab-Adab Mandi dalam Bidayatul Hidayah Karya Imam Al-Ghazali

Adab-Adab Mandi dalam Bidayatul Hidayah Karya Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali
belajar Islam abad pertengahan yang tenteram menampilkan Imam Al-Ghazali menulis "Bidayatul Hidayah" di ruangan yang diterangi lilin

SURAU.COAbu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Thusi (w. 505 H) adalah seorang ulama besar kelahiran Thus, Persia. Ia dijuluki sebagai Hujjatul Islam, sang pembela Islam. Gelar ini disematkan karena kedalaman ilmunya dan kemampuannya menjembatani syariat, filsafat, dan tasawuf.

Kitab Bidayatul Hidayah yang berarti Permulaan Jalan Petunjuk disusun untuk para penuntut ilmu dan pencari jalan Allah. Isinya memang sederhana, tetapi maknanya sangat dalam. Kitab ini membahas adab harian seperti bangun tidur, berpakaian, hingga bersuci. Oleh karena itu, kitab ini bukan sekadar buku fikih. Ia menjadi panduan hidup yang menanamkan kehalusan budi dan keikhlasan hati.

Dalam khazanah Islam, Bidayatul Hidayah sering dijadikan kitab pembuka sebelum seseorang mendalami Ihya’ Ulumuddin. Kitab ini seperti mata air kecil yang tenang, namun menghidupkan.


Mandi sebagai Jalan Tunduk dan Berserah kepada Allah

Imam Al-Ghazali memulai bab tentang mandi dengan mengingatkan bahwa bersuci bertujuan menyempurnakan hubungan dengan Allah. Ia menulis:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

إِذَا أَرَدْتَ الْغُسْلَ فَابْدَأْ بِغَسْلِ يَدَيْكَ، ثُمَّ أَزِلِ الْأَذَى، ثُمَّ تَوَضَّأْ كَوُضُوئِكَ لِلصَّلاَةِ

“Jika engkau hendak mandi, mulailah dengan membasuh kedua tanganmu, lalu bersihkan najis, kemudian berwudhulah sebagaimana wudhu untuk salat.”

Petunjuk ini terlihat teknis. Akan tetapi, bagi Al-Ghazali, adab mandi mengandung makna spiritual. Ia menjadi simbol ketundukan kepada aturan Ilahi. Di samping itu, adab ini juga menjadi wujud rasa syukur atas tubuh dan anugerah kehidupan.

Saya teringat pengalaman masa kecil. Setiap kali mandi besar, ibu saya selalu mengingatkan, “Niatkan bersuci, bukan cuma membersihkan badan.” Dulu saya menganggap itu nasihat biasa. Tetapi sekarang saya paham, mandi ternyata bisa menjadi ibadah. Kuncinya: niat dan adab.

Doa Mandi Membersihkan Jiwa

Imam Al-Ghazali menyarankan agar saat menyiram tubuh, seorang Muslim membaca doa berikut:

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ، وَغَسِّلْ خَطَايَايَ بِمَاءِ الثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

“Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan, dan cucilah dosaku dengan air, salju, dan embun.”

Doa ini menghadirkan kesadaran bahwa bersuci bukan hanya untuk tubuh. Setiap tetes air seharusnya menjadi perantara bagi kita dalam membersihkan hati. Oleh sebab itu, mandi bisa menjadi latihan menyegarkan batin.

Kita bisa melatihnya. Misalnya, saat menyiram kepala, bayangkan kita sedang menyingkirkan pikiran buruk. Saat menyiram dada, niatkan untuk menghapus iri, dengki, dan putus asa. Dengan cara ini, mandi berubah menjadi momen kontemplatif dan mendalam.

Menjaga Aurat Sebagai Martabat dan Rasa Malu

Selain urusan teknis, Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya menjaga aurat saat mandi:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

وَاسْتَتِرْ بِشَيْءٍ يَسْتُرُكَ مِنَ الْأَبْصَارِ وَلَا تَغْتَسِلْ فِي مَوْضِعٍ يُرَى فِيهِ عَوْرَتُكَ

“Tutuplah tubuhmu dari pandangan orang lain, dan jangan mandi di tempat yang bisa terlihat auratmu.”

Nilai ini sangat relevan. Di zaman yang serba terbuka ini, kita semakin akrab dengan tayangan, unggahan, dan gaya hidup yang mengikis rasa malu. Padahal, rasa malu adalah bagian dari iman. Menjaga aurat saat mandi adalah bentuk menjaga kehormatan diri.

Ketika mandi di tempat umum, misalnya, adakah kita tetap menjaga batasan ini? Atau justru mengikuti arus tren yang melupakan adab?

Doa Air ke Hati- Mandi Sebagai Jalan Kesadaran

Mandi sering dianggap sepele. Namun, Al-Ghazali mengajarkan bahwa mandi adalah momentum spiritual. Di dalamnya, terkandung kesempatan untuk membersihkan tidak hanya tubuh, melainkan juga jiwa. Setiap gerakan, setiap siraman air, bisa menjadi dzikir diam-diam menuju Tuhan.

Sudahkah kita mandi dengan adab dan kesadaran seperti yang diajarkan Imam Al-Ghazali?

Mulailah dari hal kecil. Ubah rutinitas harian menjadi ibadah yang bermakna. Ketika kita mampu menghadirkan makna dalam mandi, maka kita akan lebih mudah menghadirkan makna dalam salat, puasa, dan ibadah lainnya.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ، وَطَهِّرْ قُلُوبَنَا كَمَا طَهَّرْتَ أَبْدَانَنَا

“Ya Allah, jadikanlah kami bagian dari orang-orang yang menyucikan diri, dan sucikanlah hati kami sebagaimana Engkau telah menyucikan tubuh kami.”

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement