SURAU.CO– Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Thusi adalah ulama besar abad ke-5 Hijriyah. Ia dikenal sebagai pembaharu ilmu tasawuf, ahli fikih, dan pemikir yang menjembatani antara syariat dan hakikat. Lahir di Thus, Persia, Al-Ghazali telah menorehkan jejak ilmiah mendalam melalui karya-karyanya yang berlimpah hikmah.
Salah satu karyanya yang ringkas namun bermakna adalah Bidayatul Hidayah. Kitab ini disusun sebagai bimbingan awal bagi penuntut ilmu dan pencari jalan kebaikan. Al-Ghazali menyusun panduan adab dan akhlak dari hal-hal yang paling sederhana dalam kehidupan harian. Bukan semata adab lahir, tetapi juga rambu-rambu menuju penyucian jiwa. Bidayatul Hidayah menjadi semacam “buku pegangan” bagi siapa pun yang ingin memulai perjalanan spiritual dengan penuh kesadaran.
Wudhu: Bersuci Tak Hanya dari Kotoran, Tapi Juga dari Kekacauan Jiwa
Imam Al-Ghazali menulis:
فَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَتَوَضَّأَ فَتَقَدَّمْ إِلَى الْمَاءِ وَقُلْ: بِسْمِ اللهِ، وَالْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ الْمَاءَ طَهُورًا وَلَمْ يَجْعَلْهُ نَجِسًا
“Apabila kamu hendak berwudhu, hampirilah air dan ucapkanlah: ‘Bismillah, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air sebagai alat penyuci dan tidak menjadikannya najis.’”
Doa ini tampak sederhana. Namun, di baliknya tersimpan kesadaran bahwa air bukan hanya unsur fisik, melainkan simbol rahmat yang menyucikan. Saat kita membasuh wajah, tangan, dan kaki, kita sejatinya tengah meluruhkan kegelapan dalam jiwa. Al-Ghazali ingin kita menghayati setiap gerakan wudhu sebagai ibadah batiniah.
Saya teringat masa kecil di rumah nenek. Ia selalu mengajarkan kami berwudhu sambil membaca doa untuk setiap basuhan. Bukan hanya agar hafal, tapi agar hati ikut terlibat. Wudhu tak sekadar ritual bersih-bersih, melainkan pintu masuk menuju ketenangan spiritual.
Setiap Basuhan Mengandung Doa dan Harapan
Dalam Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali memandu kita agar membaca doa setiap kali membasuh anggota wudhu. Misalnya:
عِنْدَ غَسْلِ الْوَجْهِ قُلْ: اللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِي بِنُورِكَ يَوْمَ تَسْوَدُّ وُجُوهُ الْمُنَافِقِينَ
“Saat membasuh wajah, ucapkan: Ya Allah, putihkanlah wajahku dengan cahaya-Mu di hari wajah orang-orang munafik menjadi hitam.”
Setiap basuhan bukan hanya menyucikan fisik, tetapi juga menyinari batin. Ketika membasuh tangan, kita memohon agar amal kita diterima. Saat membasuh kaki, kita berdoa agar langkah kita menuju jalan yang benar. Semua itu menunjukkan bahwa ibadah dalam Islam selalu melibatkan tubuh dan jiwa secara bersamaan.
Betapa sering kita terburu-buru saat wudhu, lupa merenung dan menyadari maknanya. Padahal, di balik tiap gerakan terselip harapan dan permohonan. Al-Ghazali mengajak kita memperlambat ritme, mengisi wudhu dengan dzikir dan doa, hingga basuhan air menjadi pancaran rahmat.
Menyempurnakan Wudhu adalah Menyempurnakan Hubungan dengan Allah
Wudhu bukan sekadar syarat sah salat. Ia adalah latihan kecil untuk menyambut hadirat Tuhan. Dalam penutup bab ini, Al-Ghazali mengingatkan:
وَأَكْمِلِ الْوُضُوءَ كَمَا أَمَرَكَ اللَّهُ تَعَالَى وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسْبِغُ الْوُضُوءَ
“Sempurnakanlah wudhumu sebagaimana Allah memerintahkan, karena Nabi ﷺ menyempurnakan wudhunya.”
Kesempurnaan wudhu mencerminkan sikap hati. Jika kita serius dalam perkara kecil seperti wudhu, maka besar kemungkinan kita akan serius pula dalam ibadah yang lebih besar. Karena itu, memperhatikan adab wudhu adalah bentuk cinta kepada Allah dan keteladanan terhadap Rasulullah.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, adab ini terasa usang bagi sebagian orang. Namun sesungguhnya, justru dalam kesibukan itu kita butuh ruang tenang dan wudhu bisa menjadi titik hening itu. Di tengah tekanan hidup, wudhu adalah waktu sejenak menyentuh ketenangan Ilahi.
Wudhu, Gerakan Suci Menuju Cahaya
Kita tak pernah tahu, bisa jadi air yang membasuh wajah hari ini adalah yang menyelamatkan wajah kita kelak di Hari Kiamat. Imam Al-Ghazali telah membuka mata kita bahwa ibadah dimulai dari kesadaran kecil, dari cara kita menyentuh air, hingga niat hati saat membasuh anggota tubuh.
Sudahkah kita berwudhu dengan penuh cinta dan kesadaran? Ataukah selama ini hanya rutinitas semata?
Mari jadikan setiap wudhu sebagai momen menyucikan hati, bukan hanya membasahi kulit. Sebab dari basuhan kecil, bisa lahir jiwa besar yang bercahaya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
