SURAU.CO – Masjidil Aqsa berdiri megah di jantung Kota Lama Yerusalem, Palestina. Umat Islam menghormatinya sebagai tempat suci ketiga setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Salah satu keistimewaannya terletak pada fungsinya sebagai kiblat pertama umat Islam sebelum mereka menghadap ke Kakbah.
Selain itu, Masjidil Aqsa menyimpan berbagai kisah sejarah yang melibatkan tiga agama besar—Islam, Kristen, dan Yahudi. Letaknya yang strategis di antara situs-situs suci menjadi titik sentral dari beragam peristiwa penting sepanjang zaman. Oleh karena itu, berbagai bangsa terus memperebutkannya, termasuk dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.
Lebih jauh lagi, umat Islam mengenang Masjidil Aqsa sebagai tempat Nabi Muhammad SAW menjalani peristiwa agung: Isra Miraj.
Siapa yang Pertama Mendirikan Masjidil Aqsa?
Para ulama menyampaikan berbagai pendapat mengenai siapa yang pertama kali membangun Masjidil Aqsa. Beberapa ahli tafsir ternama seperti Ibnu Katsir, Ath-Thabari, dan Al-Qurtubi meyakini bahwa para malaikat membangun masjid ini pertama kali. Sementara itu, sebagian ulama lain menyebut Nabi Ibrahim AS sebagai pendiri awalnya, lalu para nabi setelahnya terus merenovasinya. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa Nabi Adam AS telah membangunnya sejak awal penciptaan manusia.
Di sisi lain, umat Yahudi berpendapat bahwa Nabi Daud memulai pembangunan tempat ibadah di lokasi tersebut, lalu Nabi Sulaiman menyelesaikannya. Namun, pada abad ke-6 SM, Nebukadnezar II dari Babilonia datang dan menghancurkan bangunan tersebut. Ia juga mengasingkan bangsa Yahudi ke Babilonia.
Setelah Persia berhasil menduduki Babilonia, bangsa Yahudi kembali ke Yerusalem dan membangun Haykal Sulaiman dalam bentuk yang lebih sederhana. Kemudian, Herodes Agung—yang hidup pada masa Nabi Isa AS—mendirikan Kuil Kedua yang megah. Namun, pada tahun 70 Masehi, Titus dari Roma menghancurkan bangunan itu kembali.
Dari seluruh kompleks itu, hanya Tembok Barat yang tetap berdiri. Kini, umat Yahudi menjulukinya sebagai Tembok Ratapan dan menggunakannya sebagai tempat suci.
Masjidil Aqsa dan Peristiwa Isra Miraj
Al-Qur’an mengabadikan Masjidil Aqsa dalam Surah Al-Isra ayat 1, yang menggambarkan peristiwa Isra Miraj. Atas izin Allah, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem. Dari sana, beliau naik ke Sidratul Muntaha untuk menerima perintah salat lima waktu.
Beliau menempuh perjalanan itu dengan menaiki Buraq, hewan tunggangan yang sangat cepat. Dalam satu malam, Nabi Muhammad menempuh jarak yang biasanya memakan waktu berhari-hari.
Menariknya, umat Islam menyebut Tembok Barat sebagai Tembok Buraq karena mereka meyakini bahwa Nabi Muhammad menambatkan Buraq di tempat itu. Di Masjidil Aqsa pula, Nabi Muhammad memimpin salat bersama roh para nabi terdahulu sebelum menjalani perjalanan Miraj.
Setelah peristiwa tersebut, umat Islam menjadikan Masjidil Aqsa sebagai kiblat pertama. Namun, pada tahun kedua Hijriah, Allah menggantinya ke arah Kakbah di Mekkah.
Awal Kemuliaan Masjidil Aqsa
Kemuliaan Masjidil Aqsa kembali bersinar ketika Khalifah Umar bin Khattab menduduki Yerusalem pada tahun 637 M. Sebelumnya, Bizantium menguasai wilayah ini dan mengubah area Masjidil Aqsa menjadi tempat pembuangan sampah, serta melarang umat Yahudi masuk.
Namun Umar bin Khattab hadir membawa keadilan dan ketegasan. Ia menjamin keselamatan seluruh umat, baik Yahudi maupun Kristen. Terlebih lagi, ia menolak salat di dalam gereja agar umat Islam tidak berubah menjadi masjid suatu hari nanti.
Beberapa ulama berpendapat bahwa Umar membangun masjid sederhana di lokasi itu. Namun, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah yang memulai pembangunan masjid permanen antara tahun 685–705 M. Putranya, Al-Walid bin Abdul Malik, kemudian menyempurnakan pembangunan tersebut dengan lebih megah.
Masjidil Aqsa Diperebutkan
Selama lebih dari empat abad setelah penaklukan Umar, umat Islam, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan di Yerusalem. Meski begitu, gempa bumi dan peperangan terus merusak kompleks Masjidil Aqsa. Dinasti Abbasiyah dan Fatimiyah pun berupaya keras merawat dan memperindah tempat suci ini.
Namun, pada masa Perang Salib I (1096–1102), pasukan Kristen merebut Yerusalem dan mengubah Masjidil Aqsa menjadi markas ordo Ksatria Templar. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 1187, ketika Salahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan kota tersebut dan mengembalikan Masjidil Aqsa sebagai rumah ibadah umat Islam.
Berabad-abad kemudian, Kesultanan Turki Usmani terus melakukan perbaikan dan perawatan menyeluruh terhadap Masjidil Aqsa. Akan tetapi, setelah runtuhnya kekuasaan Ottoman di awal abad ke-20, ketegangan kembali muncul. Konflik panjang antara Israel dan Palestina menjadikan Masjidil Aqsa bukan hanya sebagai pusat perebutan fisik, tetapi juga simbolik.
Masjidil Aqsa Hari Ini
Hari ini, Masjidil Aqsa tetap tegak sebagai simbol perlawanan dan harapan umat Islam di seluruh dunia. Setiap jengkal tanahnya menyimpan jejak sejarah yang dalam. Masjid ini menjadi saksi bisu perjuangan para nabi, khalifah, dan umat manusia dalam mencari kedamaian dan keadilan.
Meski konflik dan ketidakadilan terus membayangi, Masjidil Aqsa tetap bersinar. Ia bukan sekedar bangunan, melainkan cahaya spiritual yang tak pernah padam—menyala dalam hati setiap Muslim yang merindukan keadilan dan kedamaian hakiki.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
