Ibadah Khazanah
Beranda » Berita » Adab Masuk ke Toilet dalam Bidayatul Hidayah Karya Imam Al-Ghazali

Adab Masuk ke Toilet dalam Bidayatul Hidayah Karya Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali
Suasana studi Islam abad pertengahan yang tenteram, menampilkan Imam Al-Ghazali menulis "Bidayatul Hidayah" di ruangan yang diterangi lilin, dikelilingi gulungan dan buku.

SURAU.COImam Abu Hamid Al-Ghazali, ulama besar dari abad ke-5 Hijriyah, lahir di Thus, Persia. Keilmuannya melintasi bidang fikih, filsafat, dan tasawuf. Beliau dikenal bukan hanya sebagai pemikir, tetapi juga sebagai pembimbing jiwa. Dalam karya kecilnya yang monumental, Bidayatul Hidayah, Al-Ghazali menyuguhkan panduan praktis bagi penuntut ilmu yang ingin memperbaiki diri.

Kitab ini ditujukan kepada siapa saja yang menginginkan jalan hidup lurus dan bersih. Ia bukan sekadar buku, tetapi petunjuk awal menuju pencerahan spiritual. Banyak ulama menyebutnya sebagai anak tangga sebelum mendalami Ihya Ulumuddin.

Adab Tandas: Pelajaran dari Hal Terkecil

Sebagian orang menganggap bahwa spiritualitas hanya hadir dalam zikir atau ibadah besar. Namun Al-Ghazali justru mengajarkan kesucian jiwa melalui perkara sehari-hari. Salah satunya: adab masuk ke dalam tandas.

Beliau menulis:

وَادْخُلِ الْخَلَاءَ مُقَدِّمًا رِجْلَكَ الْيُسْرَى، وَقُلْ: بِسْمِ اللهِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Masuklah ke dalam toilet dengan kaki kiri terlebih dahulu, lalu ucapkan: ‘Dengan nama Allah, aku berlindung kepada-Mu dari gangguan jin jantan dan betina.’”

Doa ini mencerminkan kesadaran penuh akan ruang dan waktu. Meski tampak sepele, Al-Ghazali ingin kita memahami bahwa bahaya bisa muncul di tempat yang paling tidak terduga. Oleh karena itu, seseorang diajak untuk selalu sadar dan waspada, bahkan di dalam ruang pribadi seperti kamar mandi.

Di era modern, kamar mandi sering kali dihiasi dengan kecanggihan. Namun, apakah jiwa kita juga semakin bersih? Doa ini mengingatkan kita agar kesucian lahir disertai dengan kesadaran batin.

Latihan Kerendahan Hati di Tempat yang Sunyi

Imam Al-Ghazali melanjutkan:

وَلَا تَذْكُرِ اللهَ تَعَالَى عَلَى لِسَانِكَ فِي الْخَلَاءِ

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“Jangan menyebut nama Allah dengan lisanmu di dalam toilet.”

Larangan ini bukan bentuk pengabaian. Justru, ini adalah wujud adab. Kita sedang berada di tempat yang tidak layak untuk menyebut nama-Nya. Hati tetap bisa ingat, meski lisan diam. Adab seperti ini menanamkan rasa hormat dan ketundukan dalam situasi apa pun.

Saya teringat kiai sepuh di kampung yang selalu melepas pecinya sebelum masuk kamar mandi. Katanya, “Peci ini saksi aku ngaji. Tidak pantas dibawa masuk.” Sebuah pelajaran tentang kehormatan dan adab yang lahir dari kesadaran hati.

Bersyukur Setelah Buang Hajat

Setelah keluar dari tandas, Imam Al-Ghazali menyarankan membaca doa:

غُفْرَانَكَ، الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الْأَذَى وَعَافَانِي

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

“Aku mohon ampunan-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan gangguan dariku dan menyembuhkanku.”

Doa ini adalah bentuk syukur atas nikmat yang sering dilupakan. Kita bisa buang hajat, karena Allah mengizinkan tubuh berfungsi dengan baik. Tidak semua orang diberi kemudahan seperti ini. Mereka yang pernah sakit atau menjalani operasi pencernaan akan sangat memahami makna dari doa ini.

Dalam perspektif tasawuf, segala sesuatu adalah tempat berzikir dan bersyukur, bahkan aktivitas paling dasar sekalipun.

Dari Tandas Menuju Kesadaran Diri

Adab masuk tandas mungkin terdengar sederhana. Namun bagi Imam Al-Ghazali, inilah awal dari pelatihan spiritual. Jika kita mampu menjaga adab dalam ruang tersembunyi, maka kita akan lebih berhati-hati dalam ruang sosial.

Mari renungkan:
Sudahkah kita menjaga adab dalam urusan paling pribadi?
Sudahkah kita menyucikan hati, sebagaimana kita menyucikan tubuh?

Semoga dari ruang yang sunyi itu, kita keluar sebagai manusia yang lebih sadar, lebih bersih, dan lebih rendah hati.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement