Surau.co. Qiyamul Lail secara bahasa berarti “berdiri di malam hari”.Qiyamul lail secara bahasa berarti “berdiri di malam hari”. Dalam konteks ibadah, qiyamul lail merujuk pada ibadah yang dilakukan di malam hari, seperti shalat tahajud, tarawih, witir, dan amalan lainnya seperti membaca Al-Quran atau berdzikir,
Namun, pemaknaan Qiyamul Lail tidak terbatas pada sholat Tahajud semata. Sebab dalam Al-Qur’an, Qiyamul Lail lebih luas mencakup kegiatan membaca dan mentaddaburi Al-Qur’an pada malam hari, bukan hanya ibadah fisik seperti sujud dan rukuk.
Perintah Taddabur dalam Al-Qur’an
Surat Al-Muzzammil menjadi landasan utama dalam memahami Qiyamul Lail. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya).”
(QS. Al-Muzzammil: 1-2)
Ayat ini menekankan pentingnya menghidupkan malam, bukan sekadar melakukan sholat semata.
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.”
(QS. Al-Muzzammil: 5)
Perkataan yang berat dalam ayat ini ditafsirkan agar kita dapat mentaddabur Al Qur’an dengan membacanya dan mempelajarinya terutama pada malam hari. Waktu malam memiliki keistimewaan spiritual. Dalam QS. Al-Muzzammil: 6 Allah berfirman:
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih kuat (untuk khusyuk) dan bacaan (di waktu itu) lebih berkesan.”
Malam hari adalah waktu tenang dan sunyi. Pikiran tidak terganggu oleh hiruk-pikuk dunia. Dalam suasana demikian, taddabur dan pemahaman terhadap makna ayat menjadi lebih mendalam. Qiyamul Lail menjadi sarana terbaik untuk mencapainya.
Dalam QS. Al-Muzzammil ayat 20, Allah SWT memberikan keringanan:
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam… Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an…”
Ayat Ini menunjukkan bahwa Qiyamul Lail adalah ibadah berbasis pemahaman, bukan rutinitas ritualistik semata. sehingga perlu kondisi tengah malam untuk mempelajarinya.
Taddabur Qur’an sebagai Inti Qiyamul Lail
Qiyamul Lail sejatinya adalah momen interaksi spiritual yang mendalam dengan mentaddabur Al-Qur’an. Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk bangun di malam hari bukan hanya untuk sholat, melainkan agar bisa menerima dan memahami wahyu secara mendalam.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa perintah Qiyamul Lail adalah bentuk persiapan ruhani Rasulullah untuk menerima wahyu yang berat. Tafsir Al-Maraghi juga menegaskan bahwa malam adalah waktu paling cocok untuk merenung dan memahami isi Al-Qur’an secara mendalam.
Dengan demikian, taddabur Qur’an menjadi pusat dari Qiyamul Lail, sedangkan sholat Tahajud adalah sarana pendukungnya, bukan tujuan utama.
Perbedaan Qiyamul Lail dan Sholat Tahajud
Banyak umat Islam hari ini menyempitkan makna Qiyamul Lail hanya sebatas sholat malam. Padahal jika kita kembali ke konteks wahyu awal, Qiyamul Lail adalah pilar pembinaan ruhani yang berpusat pada pemahaman wahyu.
Qiyamul Lail mencakup segala bentuk ibadah malam, termasuk membaca Al-Qur’an, merenung, berdzikir, dan berdoa. Sedangkan Sholat Tahajud adalah sholat sunnah yang dilakukan pada saat bangun tengah malam.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menulis bahwa keutamaan malam bukan hanya karena waktu sholat, tetapi karena di dalamnya tersedia ruang hening untuk bercengkerama dengan Allah melalui ayat-ayat-Nya.
Urgensi Pemaknaan Qiyamul Lail
Kesalahan memahami Qiyamul Lail hanya sebagai Tahajud membuat banyak orang fokus pada jumlah rakaat, bukan kualitas pemahaman terhadap Al-Qur’an. Padahal yang Allah perintahkan adalah “iqra’” dan “taddabur”, bukan semata berdiri dan rukuk.
Qiyamul Lail bukanlah sekadar sholat Tahajud, melainkan perintah langsung dari Allah kepada Rasul-Nya untuk menghidupkan malam dengan Al-Qur’an.
Dengan demikian, marilah kita memahami kembali Qiyamul Lail sebagai sarana mendekat kepada Allah melalui Al-Qur’an, bukan hanya rutinitas ibadah fisik. *TeddyNS
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
