SURAU.CO-Di tengah derasnya arus digitalisasi, seorang masinis Muslim menciptakan AI pengingat ibadah sunnah yang viral di kalangan komunitas Islam. Inovasi ini bukan sekadar alat teknologi, tapi cerminan semangat menjaga ibadah sunnah di tengah kesibukan modern. AI ini mengingatkan salat Dhuha, puasa Senin-Kamis, tahajud, hingga zikir harian—semua berjalan otomatis berdasarkan kebiasaan pengguna.
Masinis itu mengembangkan ide ini dari pengalaman pribadinya. Ia sering kesulitan menjaga konsistensi ibadah karena jadwal kerja yang padat dan berubah-ubah. Ketika aplikasi umum tak cukup membantu, ia mulai merancang sistem AI sederhana untuk membantunya. Kini, inovasinya terus berkembang dan membantu ribuan Muslim menjalani ibadah lebih teratur.
Gabungan teknologi Islami dan kecerdasan buatan semakin memperkuat praktik spiritual di era modern. AI ini bukan hanya memberi pengingat waktu ibadah, tapi juga belajar dari pola harian pengguna. Misalnya, jika seseorang rutin bangun pukul 3 pagi untuk tahajud, sistem akan menyesuaikan alarm dan motivasi tanpa perlu pengaturan manual.
AI ini juga menyesuaikan pesan berdasarkan cuaca, lokasi, dan aktivitas pengguna. Dengan pendekatan seperti itu, teknologi ini tak terasa kaku, melainkan hadir seperti sahabat yang peduli.
Banyak orang menganggap profesi masinis jauh dari dunia IT. Namun, pria ini membuktikan sebaliknya. Ia belajar pemrograman secara otodidak sejak pandemi, lalu merancang aplikasi dan model AI berbasis Python. Dengan mengakses API waktu salat global, ia menyempurnakan sistem pengingat yang lebih personal dan adaptif.
Setiap kali kereta yang ia kendalikan melaju antar kota, ia membawa pengalaman batin yang memotivasinya menjaga ibadah. Dalam sebuah wawancara, ia berkata:
“Saya mulai merasa kehilangan ketika berkali-kali tertinggal tahajud. Dari situ, saya berpikir untuk menciptakan alat yang bisa membantu.”
Keunggulan Aplikasi: Dari Zikir Harian hingga Pemantauan Target Ibadah
AI pengingat ibadah sunnah ini menghadirkan fitur-fitur yang tak hanya informatif, tapi juga membangun rutinitas spiritual:
-
Tracking Ibadah: Pengguna menandai ibadah yang sudah dilakukan dan memantau perkembangan mingguannya.
-
Zikir Personal: AI menyarankan zikir berdasarkan kondisi emosional atau momen hidup pengguna.
-
Notifikasi Bersahabat: Sistem menyampaikan pesan semangat dari hadis dan kisah sahabat, bukan sekadar bunyi alarm.
Selain itu, pengguna juga dapat bergabung dalam komunitas virtual. Mereka saling menyemangati dan berbagi jadwal ibadah. Fitur ini menciptakan rasa kebersamaan dalam menjalankan amalan harian.
Inovasi ini tetap relevan kapan pun, karena menyentuh kebutuhan spiritual umat Islam yang ingin menjaga hubungannya dengan Allah. Dalam jangka panjang, aplikasi ini bisa berkembang menjadi pendamping ibadah yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari.
Banyak pengguna menyebut pengalaman ini seperti “disapa teknologi dengan sentuhan iman.” Generasi muda, yang sering merasa susah konsisten, menemukan solusi yang praktis dan inspiratif dalam aplikasi ini.
Pengetahuan Baru: Spiritualitas yang Adaptif di Era Digital
Dari sisi teknologi dan sosiologi, karya ini membuktikan bahwa spiritualitas bisa beradaptasi. Dunia digital bukan musuh iman—justru bisa mempereratnya bila diarahkan dengan benar.
Kisah sang masinis membuktikan bahwa inovasi tak selalu lahir dari laboratorium canggih. Pengalaman hidup yang dalam sering kali melahirkan ide terbaik. Dengan semangat dan niat yang lurus, siapa pun bisa menciptakan teknologi yang bernilai akhirat.
Inovasi AI pengingat ibadah sunnah ini menunjukkan bahwa teknologi bisa memperkuat keimanan. Dari pengalaman sederhana, lahirlah solusi besar bagi umat. Masinis Muslim tersebut membuktikan bahwa siapa pun mampu menciptakan perubahan, asalkan memiliki niat, tekad, dan kepedulian terhadap ibadah dalam kehidupan modern. (Hen)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
