Surau.co – Childfree atau gaya hidup yang secara sadar tidak ingin memiliki anak tengah merebak. Bukan hanya di level global, fenomena ini juga mulai marak terjadi di Indonesia. Sejumlah publik figure seperti artis hingga tokoh nasional juga banyak yang sudah mendeklarasikan prinsip tersebut secara pribadi. Atau bahkan, terjadi juga pada orang-orang di sekitar kita. Khususnya pada Generasi Milenial dan Gen Z.
Secara umum, gaya hidup childfree memang masih minoritas. Sementara kebanyakan pasangan di Indonesia masih menginginkan memiliki momongan. Meski demikian, tren childfree terus meningkat. Setidaknya, asumsi itu yang terpotret pada data Badan Pusat Statistik (BPS).
Penganut Childfree Meningkat
Di tahun 2024, BPS menemukan 71 ribu perempuan berusia 15 hingga 49 tahun di Indonesia mengaku tidak ingin punya anak. Itu artinya, ada satu dari 1000 perempuan di rentang usia tersebut yang berprinsip childfree.
Sementara di level global, angka yang menginginkan childfree jauh lebih tinggi. Khususnya di negara-negara barat yang menganut paham bebas. Di Amerika Serikat misalnya, riset yang dilakukan oleh Pew Research Center (2021) menunjukkan 44 persen orang yang berusia 18–49 mengatakan, sangat kecil kemungkinan untuk ingin punya anak.
Jumlah itu, naik dibandingkan survei 2018 lalu. Di mana saat itu, hanya 37 persen yang mengatakan mereka tidak ingin punya anak. Bayangkan, dalam tiga tahun, terjadi peningkatan sampai 7 persen!.
Childfree Bukan Faktor Tunggal
Ada banyak faktor yang membuat gaya hidup dan kesadaran untuk childfree meningkat. Ada yang memiliki alasan ideologis seperti kekhawatiran akan daya tamping ekologi atau bumi, hingga yang terbentur realitas seperti hambatan ekonomi
Berdasarkan survei United Nations Population Fund (UNFPA), alasan terbesar warga Indonesia adalah keterbatasan finansial (39 persen), keterbatasan perumahan (22 persen) dan ketidakamanan pekerjaan atau pengangguran (20 persen). Selain itu, ada sekitar 14 persen partisipan kekhawatiran tentang situasi politik atau sosial. Sementara 9 persen lainnya menyebutkan perubahan iklim sebagai hambatan untuk memiliki anak.
Harus diakui, di tengah situasi ekonomi yang berat, memiliki anak memang tidak mudah. Apalagi, saat kebutuhan pokok naik, biaya sekolah meroket dan akses memiliki properti juga kian berat. Di sisi lain, alasan ideologis seperti kondisi bumi yang kian over kapasitas juga memang benar adanya.
Lalu, bagaimana Islam memandang fenomena ini?
Islam Memandang Childfree
Hukum dasar tidak memiliki adalah tidak haram. Sebab tidak ada ayat Al-Qur’an ataupun hadits Nabi yang mewajibkan suami dan istri untuk memiliki anak dalam pernikahannya.
Namun demikian, Childfree tidak sejalan dengan semangat ajaran Islam. Dalam Islam, kita dianjurkan untuk memiliki anak sebagai generasi penerus. Tak hanya itu, Allah bahkan mendefinisikan anak sebagai perhiasan dunia.
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia…” (QS. Al-Kahfi ayat 46).
Saking dianjurkannya, Allah bahkan memberikan garansi akan memberikan rizki untuk anak-anak. Janji itu Allah tegaskan dalam Al-Quran.
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu.” (QS. Al-Isra’: 31).
Di samping Al-Quran, anjuran memiliki anak juga sesuai sabda Rasulullah SAW. Bahan, sebagian ulama menyebutnya sebagai sunnah.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban. Lihat Al-Irwa’ no. 1784)
Pada akhirnya, keputusan untuk memiliki anak atau tidak menjadi hak masing-masing. Namun, sebagai seorang muslim, apa yang menjadi anjuran dalam ajaran Islam patut untuk diperhitungkan sebagai rujukan dalam berkehidupan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
