Khazanah
Beranda » Berita » Perjanjian Najran: Perdamaian Antara Nabi SAW dengan Umat Kristen

Perjanjian Najran: Perdamaian Antara Nabi SAW dengan Umat Kristen

Perjanjian Najran: Perdamaian Antara Nabi SAW dengan Umat Kristen
Perjanjian Najran: Perdamaian Antara Nabi SAW dengan Umat Kristen

SURAU.CO – Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya pemimpin spiritual umat Islam, tetapi juga sebagai negarawan yang menjunjung tinggi nilai perdamaian dan toleransi. Di tengah  abad ke-7 yang penuh kekerasan dan konflik, beliau hadir membawa pendekatan dialog yang menjunjung hak-hak komunitas lain, termasuk umat Kristen. Sejarah Islam mencatat bahwa Nabi Muhammad ﷺ mengadakan perjanjian penting dengan tiga kelompok Kristen: Najran, Jarba dan Adzruh, serta Ailah. Perjanjian ini tidak sekedar diplomasi politik, tetapi juga mencerminkan visi Islam tentang keadilan, kebebasan beragama, dan kehidupan damai antarumat beragama.

Perjanjian dengan Umat Kristen Najran

Melansir buku Muslim Moderat yang ditulis oleh Ust. Drs. H. Bagenda Ali, MM., begini penjelasan dari kisah perjanjian Najran .

Nabi Muhammad ﷺ mengundang komunitas Kristen Najran—yang berasal dari Jazirah Arab selatan—untuk berdialog di Madinah. Mereka menyambut ajakan tersebut dengan mengirimkan rombongan berjumlah 14 hingga 60 orang. Tiga tokoh utama memimpin utusan ini, yaitu Al-Aqib sebagai pemimpin politik, As-Sayyid sebagai koordinator perjalanan, dan Abul Harits sebagai pemuka agama.

Nabi Muhammad ﷺ menyambut utusan Najran dengan penuh hormat. Beliau memulai dialog yang mencakup isu-isu penting seperti akidah, status Nabi Isa AS,  teologi, politik dan pemerintahan. Dalam perdebatan tersebut, mereka tidak menemukan titik temu. Setelah diskusi panjang, ketika delegasi itu tetap memilih untuk tidak memeluk Islam, Nabi memilih jalan damai agar tidak terjadi konflik.

Sebagaimana firman Allah SWT:

Pentingnya Akhlak Mulia

وَإِن جَنَحُوا۟ لِلسَّلْمِ فَٱجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Artinya: “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkalah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 61)

Perjanjian dengan Kristen Jarba dan Adzruh

Nabi Muhammad ﷺ juga mengadakan perjanjian dengan komunitas Kristen dari Jarba dan Adzruh. Keduanya merupakan kelompok kecil yang tinggal di perbatasan Syam, wilayah yang rawan konflik dan serangan antarkabilah. Banyak kabilah kecil yang menjadi korban kekerasan karena lemahnya posisi mereka secara politik dan militer.

Melihat kondisi itu, Nabi mengajak penduduk Jarba dan Adzruh untuk membuat kesepakatan damai. Beliau menetapkan bahwa mereka cukup membayar jizyah sebesar 100 dinar setiap tahun pada bulan Rajab sebagai bentuk komitmen damai. Sebagai balasannya, Nabi melindungi penuh dari kaum Muslimin terhadap mereka.

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Dalam surat perjanjiannya, Nabi berkata:

“Ini adalah surat dari Muhammad sebagai Nabi kepada penduduk Adzruh bahwa mereka akan aman dengan keamanan dari Allah dan Muhammad, dan mereka harus membayar 100 dinar setiap bulan Rajab sebagai pemenuhan yang baik. Allah lah yang menjadi penanggung mereka dengan kejujuran dan perbuatan baik bagi kaum Muslimin.”

Nabi dengan bijak menyeimbangkan kekuatan politiknya dengan tanggung jawab moral. Masyarakat Jarba dan Adzruh tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk memperoleh keamanan yang terjamin. Nabi tidak merusak mereka, melainkan menawarkan bentuk perlindungan yang adil dan menguntungkan.

Perjanjian dengan Warga Kristen Ailah

Kisah yang tak kalah penting terjadi di Ailah, sebuah kota pesisir Laut Merah. Raja Ailah, Yuhannah bin Rub’ah, suatu hari datang menemui Nabi Muhammad ﷺ dengan mengenakan salib. Simbol keagamaan itu tidak Nabi tolak secara frontal. Sebaliknya, Nabi menerima kedatangan Yuhannah dan membuka ruang dialog.

Setelah berdiskusi, Nabi Muhammad ﷺ mengadakan perjanjian damai dengan Raja Ailah. Dalam perjanjian tersebut, beliau menjamin keselamatan seluruh warga Ailah, baik di darat maupun di laut. Nabi memahami bahwa sebagian besar penduduk Ailah bekerja sebagai nelayan, sehingga keamanan wilayah laut sangat penting bagi mereka.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Dalam isi perjanjian itu, Nabi menyatakan:

“Kapal-kapal laut mereka dan kendaraan-kendaraan mereka di darat dan di laut mendapatkan perlindungan dari Allah dan Muhammad an-Nabi.”

Nabi juga menjamin akses mereka terhadap air bersih dan jalur perdagangan, baik jalur darat maupun laut. Beliau bahkan menegaskan bahwa umat Islam akan melawan siapa pun yang mencoba merampas hak-hak itu. Perjanjian ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ tidak hanya memperhatikan dimensi spiritual masyarakat, tetapi juga menjaga kesejahteraan sosial dan ekonomi mereka.

Nabi Muhammad Mewariskan Diplomasi dan Toleransi

Perjanjian  yang damai ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ lebih mengutamakan dialog dan kerja sama dibandingkan konfrontasi bersenjata. Beliau tidak menggunakan kekuatan militer sebagai pilihan utama dalam berinteraksi dengan kelompok lain. Sebaliknya, beliau mengedepankan sikap lembut, perlindungan, dan penghormatan terhadap keberagaman.

Melalui tindakan-tindakan ini, Nabi Muhammad ﷺ memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam di masa kini. Di tengah dunia yang sarat konflik dan perpecahan identitas, umat Islam seharusnya mengikuti teladan Nabi dengan lebih mengedepankan jalan damai. Nabi telah menunjukkan bahwa Islam mampu mewujudkan keharmonisan dengan masyarakat lain tanpa mengorbankan prinsip-prinsip keimanan.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement