SURAU.CO – Setiap penuntut ilmu mesti terus bergerak. Berhenti berarti kehilangan cahaya. Imam Al-Zarnuji melalui Ta’limul Muta’allim mengajak para pelajar untuk tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang telah dimiliki. Menambah pengetahuan menjadi ciri utama dari hati yang hidup dan akal yang sadar.
Imam Burhanuddin Al-Zarnuji hidup di abad ke-6 Hijriyah di wilayah Zarnuj, kawasan Transoxiana. Lingkungan keilmuannya sangat kuat, dengan banyak ulama dan madrasah besar tumbuh subur di sana. Al-Zarnuji berguru kepada banyak ulama besar seperti Najmuddin al-Kubra dan Syekh Burhanuddin.
Beliau menulis Ta’limul Muta’allim Tariq at-Ta’allum untuk membimbing para pelajar agar memahami adab dan etika dalam menuntut ilmu. Kitab ini menyajikan panduan yang tidak hanya teoritis, melainkan juga praktis dan spiritual. Sampai hari ini, pesantren-pesantren di Nusantara masih menjadikannya sebagai kitab wajib dalam pembinaan akhlak santri.
Menambah Ilmu sebagaiTanda Kesungguhan dan Takwa
Imam Al-Zarnuji menyampaikan:
فَإِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ وَالِاجْتِهَادَ فِي التَّزْيِيدِ مِنْهُ دَأْبُ أُولِي النُّهَى، وَخُلُقُ أُولِي التُّقَى.
“Sesungguhnya mencari ilmu dan bersungguh-sungguh menambahnya adalah kebiasaan orang-orang berakal dan akhlaknya orang-orang bertakwa.”
Zarnuji menyebutkan bahwa mencari tambahan ilmu menunjukkan akal yang sehat dan ketakwaan yang mendalam. Para pencari ilmu sejati tidak merasa puas dengan hafalan semata. Mereka terus bertanya, berdiskusi, membaca, dan merenung.
Hari ini, sebagian orang merasa cukup hanya dengan gelar. Padahal, kehidupan terus berubah. Ilmu harus bertambah agar hikmah semakin terang. Ilmu yang stagnan mudah menjadi beban. Tetapi ilmu yang terus tumbuh akan menjadi cahaya.
Mengamalkan Ilmu Agar Tidak Menjadi Musuh Diri Sendiri
Zarnuji mengingatkan:
وَالْعِلْمُ مَا كَانَ مَعَ الْعَمَلِ، وَإِلَّا فَهُوَ حُجَّةٌ عَلَيْكَ.
“Ilmu itu adalah yang disertai dengan amal. Jika tidak, maka ia menjadi hujjah atasmu.”
Seseorang seharusnya tidak hanya sibuk membaca dan mencatat. Ia mesti menjadikan ilmu sebagai dasar amal. Tanpa amal, ilmu tidak memberi manfaat. Bahkan bisa menjerumuskan.
Banyak orang tahu bahwa dusta itu dosa, tetapi tetap berdusta. Banyak pula yang paham pentingnya amanah, namun masih mengkhianati janji. Zarnuji mengingatkan agar setiap ilmu yang kita pelajari menjadi pembentuk akhlak, bukan sekadar isi kepala.
Berguru Kepada Ulama
Imam Zarnuji berkata:
فَإِنَّ أَخْذَ الْعِلْمِ مِنَ الْمَشَايِخِ أَبْلَغُ فِي التَّبْرِيكِ، وَأَنْفَعُ فِي التَّعَلُّمِ.
“Mengambil ilmu dari para masyaikh lebih membawa keberkahan dan lebih bermanfaat dalam belajar.”
Zarnuji tidak memisahkan ilmu dari adab. Ia meyakini bahwa ilmu paling bermanfaat didapatkan melalui pertemuan dengan guru. Guru tidak hanya menyampaikan isi kitab, tetapi juga membentuk karakter murid.
Di masa sekarang, banyak orang mengandalkan internet untuk belajar. Namun, Zarnuji menekankan bahwa ilmu sejati membutuhkan sentuhan ruhani. Berguru secara langsung membuat ilmu mengalir bukan hanya ke kepala, tetapi juga ke hati.
Ilmu Tambahan, Jiwa Tambahan
Ilmu seharusnya menumbuhkan rasa rendah hati dan kesiapan untuk berubah. Setiap ilmu baru membawa tanggung jawab baru. Imam Zarnuji mengajak kita untuk terus menambah ilmu bukan demi pujian, tetapi demi perbaikan diri.
Mari kita renungkan:
Apakah ilmu yang kita cari semakin membuat kita dekat kepada Allah, atau justru menumpuk beban di hari akhir?
Doa singkat:
اللهم اجعل علمنا علماً نافعاً، ووفقنا للعمل بما علمتنا، وزدنا علماً وهُدىً وتقى.
“Ya Allah, jadikanlah ilmu kami bermanfaat, tuntun kami untuk mengamalkannya, dan tambahkan kepada kami ilmu, petunjuk, dan ketakwaan.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
