Khazanah Pendidikan
Beranda » Berita » Niat dalam Mencari Ilmu – Kitab Akhlak Ta’limul Muta’allim

Niat dalam Mencari Ilmu – Kitab Akhlak Ta’limul Muta’allim

Mencari Ilmu
Seorang penuntut ilmu yang sederhana duduk bersila di bawah pohon, mengenakan pakaian santri tradisional, membaca kitab kuning yang bersinar lembut

SURAU.CO – “Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tak akan diberikan kepada hati yang gelap.” Demikian ungkapan yang sering digaungkan para guru di pesantren. Namun, cahaya itu tidak serta-merta datang kepada siapa saja. Ia datang kepada mereka yang membersihkan niatnya. Di sinilah pentingnya mengawali segala pencarian ilmu dengan niat yang tulus dan benar. Dalam Ta’limul Muta’allim, Imam Al-Zarnuji mengawali petunjuknya dengan sesuatu yang sangat mendasar namun krusialyaitu niat.

Imam Burhān al-Islām az-Zarnūjī hidup pada abad ke-6 hingga awal abad ke-7 Hijriyah (sekitar abad ke-12 M). Ia berasal dari Zarnuj, wilayah di sekitar Transoxiana (sekarang Uzbekistan), yang merupakan pusat intelektual Islam klasik kala itu. Ia merupakan murid dari para ulama besar seperti Al-Kasani (penulis Bada’i as-Sana’i), dan sangat concern terhadap persoalan moralitas dalam dunia pendidikan.

Kitab Ta’limul Muta’allim Ṭarīq at-Ta’allum (Panduan Murid dalam Menuntut Ilmu) ditulis untuk para pelajar, terutama mereka yang belajar di lingkungan pesantren dan madrasah. Tujuannya bukan semata-mata akademik, tapi lebih pada bimbingan ruhani, etika, dan strategi hidup agar ilmu yang didapat membawa berkah dunia dan akhirat.

Kitab ini menjadi rujukan penting dalam khazanah pendidikan Islam tradisional, karena mengajarkan bukan hanya “apa yang harus dipelajari”, tapi juga “bagaimana dan untuk apa belajar itu dilakukan”.

Niat Sebagai Pondasi yang Menentukan Arah Ilmu

Dalam awal kitabnya, Imam Al-Zarnuji menuliskan:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

اعلم أن النية في طلب العلم لازمة في كل حال
“Ketahuilah bahwa niat dalam mencari ilmu itu wajib dalam setiap keadaan.”

Ini bukan pernyataan biasa. Niat adalah pondasi segala amal. Tanpa niat yang lurus, ilmu bisa jadi petaka. Betapa banyak orang pandai yang ilmunya justru melahirkan kesombongan, penindasan, bahkan kejahatan.

Di zaman digital sekarang, banyak orang mengejar ilmu demi konten, demi prestise, atau demi debat kusir di media sosial. Imam Zarnuji mengingatkan kita untuk mengembalikan niat kepada tujuan awal: mencari ridha Allah, memperbaiki diri, dan memberi manfaat bagi sesama.

Tiga Tingkatan Niat, Mana yang Kita Pilih?

Imam Zarnuji menukil pernyataan Imam Al-Ghazali tentang tiga golongan pencari ilmu:

  1. Orang yang belajar untuk bersaing dan mencari popularitas.
    Mereka inilah yang paling jauh dari keberkahan.
  2. Orang yang belajar demi keuntungan duniawi, tapi sadar dan berharap rahmat Allah.
    Mereka ini dalam fase tengah, punya potensi menuju kebaikan.
  3. Orang yang belajar karena Allah semata, mencari hidayah dan kebenaran.
    Mereka inilah yang dijanjikan cahaya ilmu dan keberkahan dunia-akhirat.

Kita bisa merenung: di mana posisi kita sekarang? Jujur saja, tidak mudah menjaga niat tetap murni. Bahkan seorang santri yang tampak khusyuk pun bisa tergelincir jika niatnya goyah.

Sebab Kerusakan Anak Wanita

 Niat yang Ikhlas Menjadikan Ilmu Hidup

Imam Zarnuji memberi contoh bahwa dengan niat yang benar, satu ilmu kecil bisa membuka pintu hikmah yang luas. Sebaliknya, ilmu sebanyak lautan tak berarti apa-apa jika hatinya kering.

من طلب العلم لله فسيعيش به، ومن طلبه لغير الله سيموت معه
Barangsiapa mencari ilmu karena Allah, maka ia akan hidup bersamanya. Barangsiapa mencarinya bukan karena Allah, maka ilmu itu akan mati bersamanya.

Saya teringat kisah pribadi dari seorang guru ngaji di desa. Beliau tak pernah sekolah tinggi, tapi tiap malam mengajarkan anak-anak membaca Al-Qur’an dengan penuh kasih. Wajahnya bersinar meski bajunya lusuh. Ketika saya tanya, “Mengapa terus mengajar meski tak dibayar?” Ia menjawab, “Karena saya ingin ilmu ini jadi amal jariyah.” Inilah contoh nyata niat yang hidup.

Mari Meluruskan Langkah

Imam Zarnuji mengajarkan kita bahwa belajar bukan hanya soal mendapatkan jawaban, tapi juga soal memperbaiki tujuan. Niat adalah navigator jiwa. Salah niat, salah arah.

Hari ini, saat banyak orang mengejar popularitas lewat ilmu, mari kita kembali ke pelajaran lama tapi abadi: ikhlaskan hati dalam mencari ilmu, karena dari situlah segalanya bermula.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

اللهم ارزقنا نية صالحة في طلب العلم، واجعل علمنا نورًا لا نقمة، وعلّمه لنا كما علّمت أنبياءك وأولياءك. آمين.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement