Sosok
Beranda » Berita » Nasehat Kiai Said Untuk Santri Tentang Globlalisasi

Nasehat Kiai Said Untuk Santri Tentang Globlalisasi

Kiai Said menilai santri harus mampu menjawab tantangan globalisasi
KH Said Aqil Siroj meminta santri menghadapi tantangan global dengan ilmu agama yang relevan dan pentingnya aktualisasi kitab kuning.

SURAU.CO.  Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan pesan tegas pada  kalangan santri terkaiyt tantangan global. Menurutnya santri harus siap menghadapi  era disrupsi teknologi dan digitalisasi  yang menuntut respon yang cepat dan tepat.Menurutnya, generasi sekarang berada di tengah zaman yang penuh ujian. Cobaan yang dihadapi bersifat luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Kiai Said menggambarkan kondisi dunia saat ini dengan sangat jelas. Menurutnya, generasi sekarang berada di tengah zaman yang penuh ujian. Cobaan yang dihadapi bersifat luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. Beliau membandingkan tantangan ini dengan era para tokoh besar terdahulu. Tokoh seperti Gus Dur dan Nurcholis Majid tidak mengalami badai gangguan seperti sekarang.

“Ketahuilah, sadarlah, kita sedang berada di tengah-tengah tsunami mihnah dan fitnah, ujian dan cobaan luar biasa. Gus Dur, Pak Nurcholis Majid, alhamdulillah sudah wafat, mereka tidak mengalami zaman seperti ini. Saya yang mengalami, dan kalian nanti akan menghadapi tantangan yang lebih berat lagi,” ungkapnya dalam acara silaturahmi Arus Informasi Santri Nusantara (AISNU). Pernyataan ini menjadi pengingat bagi para santri. Tantangan di masa depan akan semakin kompleks. Oleh karena itu, persiapan mental dan intelektual menjadi suatu keharusan.

Aktualisasi Khazanah Kitab Kuning

Dalam forum yang berlangsung di Pesantren Tsaqafah, Jakarta Selatan, pada Ahad (27/7) tersebut, Kiai Said melontarkan pertanyaan mendasar. Kemudian Kiai Said mengajak para santri untuk merefleksikan bekal keilmuan yang dimiliki. “Apakah khazanah keilmuan tradisional yang dipelajari di pesantren sudah cukup?,” tanya Kiai Said.  Pertanyaan selanjutnya, mampukah kita melawan tantangan ini hanya dengan khazanah kitab kuning yang kita miliki? Dengan ushul fiqh, tafsir, hadis, ilmu kalam, tarikh, tajwid?.

Kemudian Kiai Said menegaskan bahwa ilmu-ilmu tersebut adalah fondasi yang sangat kokoh. Namun, memperkuat fondasi saja tidak akan cukup untuk membangun peradaban. Perlu ada langkah lebih lanjut untuk menjawab tantangan zaman. Kiai Said pentingnya aktualisasi dan kontekstualisasi ilmu. Khazanah klasik harus mampu diolah dan disajikan secara relevan. Tapi kalau kita bisa mengaktualisasikan, dengan keberanian, khazanah kita sudah cukup, tinggal bagaimana kita mengemas dan memanfaatkannya,” tegas Kiai Said.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

KH Said Aqil Siroj menyampaikan rasa bangganya. Ia bangga atas kehadiran para pegiat media santri dari AISNU. Menurutnya, kehadiran mereka bukan sekadar kunjungan biasa. Kehadiran tersebut menandakan adanya suatu kesadaran kolektif. Gerakan dan organisasi seperti AISNU adalah ikhtiar penting. Ini merupakan upaya nyata untuk memperkuat kesiapan santri. Dengan berorganisasi, para santri dapat saling mendukung dan bertukar pikiran. Mereka bisa bersama-sama merumuskan cara terbaik dalam menghadapi zaman. “Kedatangan kalian ke sini sangat mengecewakan saya. Bukan hanya karena datang ke Tsaqafah, tapi karena harakah atau tanzhim ini merupakan upaya agar kita lebih siap menghadapi tantangan,” tutup Kiai Said

Menyebarkan Nilai Nilai Islam

Pesan mendalam ini muncul dari sosok ulama yang berpengaruh. KH Said Aqil Siroj memiliki rekam jejak panjang dalam dakwah dan kepemimpinan. Beliau lahir di Cirebon pada tanggal 3 Juli 1953. Sebagian besar hidupnya ia dedikasikan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat. Latar belakang pendidikannya sangat kaya. Beliau menimba ilmu di berbagai pesantren ternama seperti Pondok Pesantren Kempek Cirebon, Lirboyo Kediri, dan Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Pendidikan formalnya ia lanjutkan di Timur Tengah. Beliau meraih gelar Doktor bidang Aqidah dan Filsafat Islam dari Universitas Umm al-Qura, Arab Saudi.

Kombinasi pendidikan pesantren dan universitas modern membentuk pemikirannya. Kiprahnya sebagai Ketua Umum PBNU periode 2010-2021 memperkuat peran NU dalam berbagai bidang. Di bawah kepemimpinannya, NU aktif dalam pendidikan, kesehatan, dan dialog antaragama. Pemikiran dakwahnya menjadi sangat relevan. Beliau menawarkan perspektif Islam yang toleran yang masyarakat Indonesia membutuhkan dalam era modern yang penuh tantangan ini.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement