Khazanah
Beranda » Berita » Jangan Ragu: Jika Itu Jalan Allah, Tempuhlah!

Jangan Ragu: Jika Itu Jalan Allah, Tempuhlah!

Jangan ragu

JANGAN RAGU — Jika Itu Jalan Allah, Tempuhlah!

Dalam hidup ini, sering kali kita dihadapkan pada pilihan. Di satu sisi ada kebenaran, di sisi lain ada keraguan. Di satu sisi ada jalan yang Allah ridhai, di sisi lain ada jalan yang memuaskan hawa nafsu. Tapi satu hal yang harus kita yakini: > “Jika itu perintah Allah dan sunnah Rasul-Nya, jangan ragu. Yakinlah, itu adalah jalan terbaik.

Keraguan adalah Senjata Syaitan

Syaitan tak akan pernah berhenti membisikkan keraguan:

“Kalau kamu jujur, nanti kamu rugi.”
“Kalau kamu tinggalkan yang haram, siapa yang akan menyukaimu?”
“Kalau kamu pakai hijab, kamu nggak akan diterima di lingkunganmu.”
“Kalau kamu taat, nanti kamu dijauhi.”

Tapi Allah menjawab semua itu dengan janji-Nya:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

> “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3)

Maka jangan ragu untuk taat, meskipun dunia tak menyukainya. Karena ridha Allah lebih berharga dari pujian manusia.

Jangan Ragu untuk Menjaga Diri

Katakan “tidak” pada ajakan maksiat. Katakan “cukup” pada hubungan yang tidak halal. Katakan “maaf, saya punya prinsip” ketika diminta menyimpang dari syariat.

Karena harga diri dan imanmu terlalu berharga untuk ditukar dengan kesenangan sesaat.

Jangan Ragu untuk Berubah

Hijrah tak harus menunggu sempurna. Tidak ada manusia yang tak punya masa lalu. Tapi Allah mencintai mereka yang berani mengambil langkah ke arah kebaikan.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

> “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Jangan ragu untuk berhijrah. Meski langkah pertama berat, tapi pertolongan Allah selalu dekat.

Jangan Ragu untuk Menjauh Demi Mendekat

Kadang, untuk mendekat pada Allah, kita harus menjauh dari orang-orang tertentu.
Menjauh dari teman yang menggiring kita ke dosa.
Menjauh dari cinta yang tidak halal.
Menjauh dari tempat yang melalaikan.
Karena tidak semua kebersamaan membawa ke surga.
Lebih baik sendiri dalam ketaatan, daripada ramai dalam kemaksiatan.

Allah Tidak Pernah Mengecewakan

Siapa pun yang menyerahkan hidupnya kepada Allah, tak akan rugi. Siapa pun yang memilih taat, pasti akan diberi jalan. Karena Allah berjanji:

> “Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, maka cukuplah Allah menjadi penolongnya.” (QS. At-Talaq: 3)

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Maka…
Jika hatimu sedang bimbang… jangan ragu.
Jika dunia membisikkan keraguan… pilihlah Allah.
Jika kamu merasa sendiri di jalan kebenaran… yakinlah, Allah bersamamu.

Penutup: Jangan ragu untuk menjadi baik. Jangan ragu untuk mengatakan “tidak” pada yang haram. Jangan ragu untuk memilih Allah di atas segalanya.

Karena semua yang kamu tinggalkan demi Allah, akan Allah ganti dengan yang jauh lebih baik.

> “Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.”
(HR. Ahmad)

#JanganRagu #PilihAllah #LangkahHijrah #MuaraIlmuIndonesia #CintaSunnah #CintaTaat

 

 


 

Kapal Penyeberangan: Simbol Harapan dan Konektivitas Antarpulau.

Di negeri maritim seperti Indonesia, kapal bukan sekadar alat transportasi. Ia adalah simbol penghubung antar kehidupan, jembatan harapan antara daratan yang terpisah oleh lautan luas. Gambar ini memperlihatkan sebuah kapal feri yang tengah bersandar di dermaga, siap mengangkut manusia, kendaraan, dan barang untuk melintasi batas-batas geografis yang kerap memisahkan.

Dermaga yang kokoh, meski tampak berkarat dan dimakan usia, tetap berdiri tegar menjalankan tugasnya. Kapal yang bersandar pun menunjukkan tanda-tanda ketahanan dan kesetiaan dalam melayani masyarakat, dari pagi hingga malam, dalam cuaca cerah maupun badai.

Kapal ini bukan hanya alat transportasi. Ia adalah saksi bisu dari berbagai kisah kehidupan. Seorang ibu yang pulang dari menjenguk anaknya di kota, seorang pedagang kecil yang membawa dagangan untuk dijual di seberang, hingga seorang pelajar yang menumpang untuk mengejar cita-citanya di sekolah impian. Setiap penumpang membawa cerita, dan kapal ini menjadi wadah perjalanan mereka menuju masa depan.

Dalam dunia dakwah, kapal penyeberangan ini juga bisa menjadi metafora yang dalam. Ia mencerminkan misi seorang dai atau penyuluh: menjembatani manusia dari ketidaktahuan menuju cahaya ilmu, dari keraguan menuju keyakinan, dari kekacauan menuju tatanan hidup Islami yang penuh rahmat. Seperti kapal yang butuh nahkoda, masyarakat pun butuh pemimpin yang amanah, mampu mengarahkan bahtera kehidupan menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Konektivitas dan Pembangunan

Penyeberangan antarpulau bukan hanya persoalan logistik, melainkan aspek vital dalam pemerataan pembangunan. Ketika jalur darat terputus oleh laut, kapal menjadi penghubung utama. Pemerintah dan swasta yang terlibat dalam penyediaan layanan ini sesungguhnya sedang berkontribusi besar terhadap integrasi bangsa.

Namun, kita juga melihat tantangan yang belum selesai. Infrastruktur pelabuhan yang belum maksimal, pelayanan yang masih harus ditingkatkan, dan keamanan transportasi laut yang terus menjadi perhatian. Di sinilah masyarakat diajak tidak hanya menjadi penikmat layanan, tapi juga penjaga dan pengkritik yang membangun.

Refleksi Spiritual: Lautan dan Perjalanan Hidup

Setiap pelayaran di lautan adalah perjalanan yang sarat makna. Ombak dan angin yang berubah-ubah mengingatkan kita pada fluktuasi kehidupan. Terkadang tenang, terkadang penuh ujian. Tetapi seperti kapal yang terus melaju, kita pun harus tetap melangkah, berlayar dengan keimanan sebagai kompas, dan tawakkal sebagai layar.

Dalam Al-Qur’an, Allah telah berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah kapal-kapal di laut, seperti gunung-gunung.” (QS. Asy-Syura: 32)

Ayat ini mengajarkan bahwa keberadaan kapal di laut adalah bagian dari tanda kekuasaan Allah, pengingat bahwa manusia diberi kemampuan untuk menjelajahi bumi dan mengarungi lautan sebagai bentuk ikhtiar dan tawakkal.

Penutup: kapal bukan sekadar pemandangan biasa. Ia menyiratkan perjalanan, harapan, dan perjuangan. Di balik kapal yang tampak sederhana, tersimpan peran besar dalam kehidupan masyarakat pesisir dan kepulauan. Semoga kita tidak hanya menjadi penumpang dalam hidup, tetapi juga mampu menjadi pengarah arah, penguat semangat, dan penghubung kebaikan seperti kapal yang selalu setia menyeberangkan. (Tengku Iskandar)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement