SURAU.CO – Setiap nabi membawa misi suci dari Allah SWT untuk meluruskan akidah dan memperbaiki akhlak umatnya. Di antara para utusan mulia tersebut, ada satu nabi yang dianugerahi kemampuan berbicara luar biasa, yaitu Nabi Syuaib ‘Alaihissalam. Allah SWT secara khusus mengutusnya kepada kaum Madyan, sebuah bangsa yang terkenal dengan praktik kecurangan dalam perniagaan. Oleh karena itu, kisah mereka menjadi pelajaran abadi tentang pentingnya kejujuran.
Secara silsilah, Nabi Syuaib memiliki garis keturunan yang mulia. Beliau merupakan cicit dari Nabi Ibrahim AS. Karena kefasihan dan kebijaksanaannya, Allah menganugerahinya gelar Khatibul Anbiya, yang berarti “Juru Bicara Para Nabi”. Gaya bicaranya sangat runtut, jelas, dan mudah dipahami oleh siapa pun yang mendengarnya.
Potret Buram Kaum Madyan: Ahli Curang dan Penipu Ulung
Nabi Syuaib diutus kepada Kaum Madyan yang mendiami sebuah kota bernama Madyan. Lokasi kota ini berada di dekat Ma’an, di pinggiran negeri Syam. Sebenarnya, Allah telah melimpahkan banyak kenikmatan kepada mereka. Tanah mereka sangat subur, sehingga hasil pertanian dan peternakan pun melimpah. Selain itu, posisi geografis mereka yang strategis menjadikan Madyan sebagai jalur perdagangan yang ramai.
Akan tetapi, kemakmuran tersebut tidak membuat mereka bersyukur. Sebaliknya, mereka justru menjadi kaum yang ingkar dan serakah. Selain menyembah berhala berupa pohon besar yang disebut Al-Aikah, mereka juga memiliki dosa sosial yang besar. Mereka secara sistematis merusak tatanan ekonomi dengan praktik kecurangan. Misalnya, saat membeli barang, mereka meminta takaran yang dilebihkan. Namun, saat menjual, mereka sengaja mengurangi timbangan dan takaran. Akibatnya, praktik ini merugikan banyak orang dan menciptakan ketidakadilan yang merajalela.
Dakwah Nabi Syuaib: Ajakan Lembut Menuju Kejujuran
Melihat kerusakan moral ini, Allah pun mengutus Nabi Syuaib. Dengan penuh kesabaran dan kelembutan, beliau mengajak kaumnya untuk kembali ke jalan yang lurus. Pertama-tama, beliau menasihati mereka untuk menyembah Allah semata. Selanjutnya, beliau menyerukan agar mereka meninggalkan praktik culas dalam berdagang.
Allah mengabadikan seruan Nabi Syuaib di dalam Al-Qur’an:
Dan kepada (penduduk) Mad-yan, (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf: 85).
Lebih lanjut, Nabi Syuaib mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang melimpah. Beliau juga meminta mereka untuk tidak menghalangi orang dari jalan Allah dan memperingatkan tentang azab yang telah menimpa kaum-kaum terdahulu yang ingkar.
Penolakan Sombong dari Kaum Madyan
Sayangnya, ajakan yang penuh hikmah itu mereka tolak mentah-mentah. Para pemuka kaum Madyan merasa dakwah Nabi Syuaib mengancam keuntungan haram mereka. Sebagai respons, mereka melontarkan ejekan dan cemoohan. Mereka bahkan menuduh sholat yang diajarkan Nabi Syuaib sebagai biang keladi larangan berbuat curang.
Allah SWT merekam dialog mereka dalam firman-Nya:
Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.” (QS. Hud: 87).
Ketika ejekan tak mempan, mereka pun mulai melayangkan ancaman. Mereka berencana mengusir Nabi Syuaib beserta para pengikutnya. Kesombongan telah membutakan mata hati mereka hingga berani menantang Nabi Syuaib untuk segera mendatangkan azab.
Turunnya Azab yang Membinasakan
Setelah penolakan yang begitu nyata, Nabi Syuaib akhirnya berdoa kepada Allah. Beliau memohon agar Allah memberikan keputusan yang adil antara dirinya dan kaumnya yang durhaka. Tak lama kemudian, Allah pun menunjukkan kuasa-Nya. Azab yang dijanjikan akhirnya datang menimpa kaum Madyan dengan sangat mengerikan.
Mula-mula, Allah mengirimkan hawa yang luar biasa panas. Udara terasa begitu menyesakkan dan tidak ada sedikit pun angin yang berhembus. Akibatnya, sumur dan mata air mereka menjadi kering kerontang. Mereka berlarian tanpa arah untuk mencari tempat berlindung.
Kemudian, mereka melihat gumpalan awan hitam pekat di langit. Mengira awan itu akan membawa hujan, mereka pun berbondong-bondong berkumpul di bawahnya. Namun, dari awan itu justru keluar percikan api dan petir yang menyambar-nyambar. Pada saat yang bersamaan, Allah mengirimkan suara pekikan yang sangat keras dari langit yang menghancurkan pendengaran mereka.
Sebagai puncaknya, Allah mengguncangkan bumi dengan gempa yang amat dahsyat. Guncangan itu membalikkan tanah tempat mereka berpijak. Dalam sekejap, mereka semua mati bergelimpangan.
Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka. (QS. Al-Ankabut: 37).
Hanya Nabi Syuaib dan orang-orang beriman yang Allah selamatkan. Mereka menjadi saksi atas kengerian yang menimpa kaum penipu itu.
Pelajaran Abadi untuk Umat Manusia
Pada akhirnya, kisah Nabi Syuaib dan kaum Madyan memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita. Pertama, kejujuran dalam berniaga adalah pilar penting dalam masyarakat. Kedua, kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran hanya akan berujung pada kebinasaan. Ketiga, setiap perbuatan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Dengan demikian, kisah ini menjadi pengingat abadi bagi kita untuk selalu berlaku adil, jujur, dan taat kepada perintah Allah SWT.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
