SURAU.CO-Di tengah zaman yang serba cepat dan kompetitif, banyak orang justru menggenggam erat hartanya. Mereka menganggap memberi bisa mengurangi, sementara menumpuk harta terasa lebih aman. Padahal, Islam mengajarkan logika yang berbeda: memberi justru membuka pintu rezeki dengan cara yang ajaib.
Ajaran sedekah dalam Islam tidak hanya mengandung nilai sosial, tetapi juga menghadirkan dimensi spiritual yang mendalam. Salah satu kitab yang menguraikan ajaran ini adalah Durraatun Nāṣiḥīn, sebuah karya klasik yang sangat populer di kalangan pesantren.
Syaikh ‘Uṡmān bin Ḥasan bin Aḥmad asy-Syākir al-Khūbāwī menyusun kitab ini sebagai kumpulan nasihat berdasarkan hadis Nabi. Ia menulisnya dengan tujuan agar masyarakat awam bisa memahami ajaran Islam secara praktis dan menyentuh hati.
Belakangan, Dr. KH. Ahmad Luthfi Fathullah, Lc., M.A.—seorang pakar hadis asal Indonesia yang menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo—melakukan takhrīj atas kitab ini. Ia menelusuri sumber setiap hadis, mengkaji sanad dan matannya, lalu menambahkan catatan-catatan penting untuk memperkuat otoritas teks. Upaya ini memberi napas baru bagi Durraatun Nāṣiḥīn, menjadikannya bukan hanya menggugah secara spiritual, tetapi juga sahih untuk dijadikan rujukan ilmiah.
Sedekah Sebagai Penolak Murka dan Musibah
Salah satu hadis dalam Durraatun Nāṣiḥīn yang menggetarkan hati adalah sebagai berikut:
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
اَلصَّدَقَةُ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوْءِ.
Qāla Rasūlullāh ﷺ:
“Aṣ-ṣadaqatu ṭuṭfi’u ghaḍabar-Rabb, wa tadfa’u mītatas-sū’.”
(Ḥadīs ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqī)
Artinya:
“Sedekah itu memadamkan kemurkaan Allah dan menolak kematian yang buruk.”
Hadis ini menegaskan bahwa sedekah membawa dampak tidak hanya secara sosial, tetapi juga secara metafisis. Sedekah meredakan kemurkaan Allah yang mungkin muncul akibat dosa atau kelalaian kita, serta melindungi kita dari musibah buruk, termasuk sakaratul maut yang menyakitkan.
Banyak orang menceritakan kisah tentang keselamatan mereka dari kecelakaan atau penyakit berat, setelah mereka mengikhlaskan sebagian harta untuk membantu sesama. Mungkin itulah buah dari sabda Nabi yang mereka amalkan.
Harta Tidak Akan Berkurang karena Sedekah
Dalam satu riwayat lain yang juga dikutip dalam kitab ini:
مَا نَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ، بَلْ تَزْدَادُ، بَلْ تَزْدَادُ، بَلْ تَزْدَادُ
“Mā naqaṣa mālun min ṣadaqah, bal tazdādu, bal tazdādu, bal tazdādu.”
(HR. Muslim)
Artinya:
“Tidak akan berkurang harta karena sedekah. Bahkan akan bertambah, bertambah, dan terus bertambah.”
Ini bukan sekadar janji, melainkan jaminan langsung dari Rasulullah. Ajaibnya, banyak orang telah membuktikannya dalam kehidupan nyata. Mereka yang rutin bersedekah justru merasakan kecukupan, bahkan menerima rezeki dari arah yang tak mereka duga.
Seorang petani pernah berkata dengan lirih, “Panen saya tak pernah melimpah, tapi selalu cukup. Sejak muda, saya selalu menyisihkan sebagian hasil untuk tetangga dan masjid.” Itulah keberkahan yang tak bisa kita ukur dengan kalkulator dunia.
Sedekah Senantiasa Menyambung Hati, Mengokohkan Masyarakat
Islam menempatkan sedekah bukan hanya sebagai amal individual, tetapi juga sebagai pilar sosial. Sedekah menyambung kasih sayang antara mereka yang mampu dengan mereka yang membutuhkan, menjaga rasa kesetaraan, dan menenangkan jiwa di tengah dunia yang penuh persaingan.
Nabi ﷺ bersabda:
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Tabassumuka fī wajhi akhīka laka ṣadaqah.”
(HR. at-Tirmiżī)
Artinya:
“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
Hadis ini memperluas makna sedekah—bukan hanya berupa harta, tetapi juga waktu, perhatian, bahkan senyum yang tulus bisa bernilai ibadah.
Di zaman media sosial, kita lebih sering menyebarkan amarah daripada menyebarkan senyum. Padahal, satu senyum tulus kepada tetangga, rekan kerja, atau sopir ojek mungkin mampu menyelamatkan hati mereka dari keputusasaan. Allah bisa menjadikan sedekah sekecil itu sebagai amal besar di sisi-Nya.
Sedekah tidak kita ukur dari besar atau kecilnya nominal, tetapi dari keikhlasan dan keberanian untuk memberi. Kita menunjukkan cinta kepada Allah dan sesama melalui tindakan sederhana ini. Dengan demikian, sedekah juga bisa menjadi sarana untuk melatih jiwa agar tidak dikuasai oleh harta atau angka semata.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَصَدِّقِيْنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَرْزَاقِنَا، وَافْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ الْخَيْرِ مِنْ حَيْثُ لَا نَحْتَسِبُ. آمِينَ.
“Yā Allāh, jadikan kami termasuk orang-orang yang gemar bersedekah, berkahilah rezeki kami, dan bukakanlah pintu-pintu kebaikan dari arah yang tak kami sangka. Āmīn.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
