
Surau.co – Cara manusia memandang dan mensikapi yang ada di kehidupan ini bersumber dari berbagai faktor. Faktor itu boleh jadi berasal dari filsafat, kebudayaan, agama maupun kepercayaan.
Cara pandang yang bersumber pada filsafat maupun kebudayaan memiliki spektrum yang terbatas pada bidang-bidang tertentu dalam filsafat dan kebudayaan itu.
Jika berasal dari agama dan kepercayaan akan mencakup hal-hal yang menjadi bagian konsep kepercayaan agama itu.
Keesaan Tuhan
Seorang muslim dalam mensikapi kehidupan ini haruslah bersumber pada nilai-nilai islam.
Menurut al-Mauwdudi cara pandang muslim (worldview) adalah pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah), hal ini berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia.
Pandangan hidup sejatinya merupakan sebuah sistem yang dibangun atas berbagai elemen. Di dalam pandangan hidup Islam.
Elemen-elemen penyusun itu antara lain konsep tentang hakekat Tuhan, konsep realitas, tentang ilmu, tentang wahyu, tentang penciptaan, tentang nilai dan kebajikan, tentang kebahagiaan, dll. (Naquib al-Attas, 1996) Antara satu elemen dengan yang lainnya saling berkaitan.
Islam sebagai din, memilki al-Qur’an sebagai sumber dari ilmu pengetahuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap kali Nabi menerima wahyu, beliau kemudian mengajarkannya kepada para sahabat.
Pengetahuan yang bersumber pada wahyu tersebut, diterima oleh para sahabat dan akan menjadi bagian dari struktur pandangan hidupnya. Oleh karena itu, bangunan pandangan hidup dapat terbentuk melalui ilmu pengetahuan.
Islam juga mengajarkan tentang integrasi antara dunia dan akhirat. Artinya segala yang ada di dunia ini akan mendapatkan pertanggungjawaban di akhirat kelak. Kehidupan dunia tidaklah terpisah dari kehidupan akhirat. Sehingga bagi seorang Muslim, dunia ini merupakan ladang amal sebagai bekal di akhirat.
Pandangan hidup muslim melingkupi baik dunia fisik beserta seluruh isinya serta akhirat yang akan dijalani kemudian. Pandangan hidup ini tidak boleh terpisahkan dan harus meliputi semua aspek secara keseluruhan kaffah (al Baqoroh:208).
Kehidupan tanpa ada cara pandang yang benar akan menggiring kita untuk bersikap menghabiskan sumber daya alam yang ada (konsumerisme), menjadikan kita menilai segala sesuatu hanya sebatas barang atau benda (materialisme).
Padahal dalam pandangan islam, sumber daya alam ini ada batasannya dan akan pada saatnya habis. Manusia pada waktunya akan meninggalkan alam dunia beserta isinya. Manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tiga mentalitas, yakni konsumerisme, materialisme, dan hedonisme sering berjalan beriringan bagaikan tiga serangkai.
Orang-orang yang menganggap bahwa hidup ini hanya untuk kenikmatan (hedonis) mencari-cari barang-barang untuk memuaskan dirinya (materialis) dan mengakibatkan perilaku konsumeristis atau pemborosan.
Maka apa pun bentuk profesinya, sesungguhnya seorang muslim yang memliki pandangan hidup Islam, akan melihat dirinya sebagai hamba Allah. Melalui profesinya, ia mengabdikan dirinya kepada Allah.
Misalnya, seorang guru muslim yang memiliki pandangan hidup Islam akan senantiasa mengajarkan ilmu dengan niat mencari ridha Allah.
Melalui pendidikan, diharapkan mampu menghasilkan generasi penerus perjuangan Islam.
Oleh karenanya, materi-materi ajarnya tidak akan pernah terlepas dari nilai-nilai Islam. Demikian halnya dengan seorang pemimpin atau tokoh masyarakat. Bagi mereka yang memiliki pandangan hidup Islam akan melihat kedudukannya sebagai amanah umat.
Artinya fungsi kedudukan tercapainya kemashlahatan umat. Bukan sebagai peluang untuk meraup keuntungan.
Akan tetapi dengan ikhlas dia akan menginfakkan hartanya untuk perjuangan Islam.
Inilah pandangan hidup Islam yang mendasari kehidupan seorang muslim. Sebuah cara berfikir (framework) yang berlandaskan pada wahyu Ilahi. ***
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
