Opinion
Beranda » Berita » Mengukir Ada Dalam Iba: Makna Kehadiran di Tengah Luka dan Kepedihan

Mengukir Ada Dalam Iba: Makna Kehadiran di Tengah Luka dan Kepedihan

Kehadiran di Tengah Luka dan Kepedihan

MENGUKIR ADA DALAM IBA: Merenungi Makna Kehadiran di Tengah Luka dan Kepedihan.

 

“Dan Allah menciptakan manusia dalam kesusahan.” (QS. Al-Balad: 4)

Ada satu bentuk kehadiran yang tidak terdengar, tapi terasa. Ia tak hadir dengan tepuk tangan atau sorakan, tapi dengan iba dan kepedulian. Di saat manusia lain berlalu acuh, ada satu jiwa yang hadir diam-diam — mengulurkan hati, bukan hanya tangan. Di situlah, “ada” diukir dalam “iba”.

Apa Makna “Mengukir Ada dalam Iba”?

Kalimat ini adalah refleksi dari eksistensi yang berarti: bahwa kehadiran seseorang bukan dilihat dari seberapa keras suaranya, tapi dari seberapa dalam empatinya.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Mengukir ada berarti:

Hadir bukan hanya fisik, tapi juga hati.

Meninggalkan bekas bukan karena kata-kata, tapi karena rasa peduli yang nyata.

Memberi ruang bagi luka orang lain untuk sembuh.

Iba bukan kasihan merendahkan, tapi bentuk kemanusiaan yang paling luhur: merasa, peduli, dan mau ikut memikul beban walau sedikit.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Iba: Rasa yang Mulia, Tapi Sering Diremehkan

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh kompetisi, “iba” sering dianggap lemah. Tapi justru di situlah letak kekuatannya. Orang yang mampu beriba, berarti:

Tidak mati rasa, Tidak tertutup oleh ego, dan Tidak sibuk mengejar dunia hingga lupa ada orang lain yang terluka.

Nabi Muhammad ﷺ adalah sosok yang paling pandai mengukir kehadiran lewat iba.
Beliau menangis melihat kesedihan anak yatim.
Beliau duduk di tanah untuk mendengar keluhan budak.
Beliau memeluk orang-orang yang ditolak masyarakat.

Senyap tapi dalam. Tidak riuh, tapi membekas.

Bagaimana Cara “Mengukir Ada dalam Iba”?

a. Mendengarkan Tanpa Menghakimi
Kadang orang tak butuh solusi. Mereka hanya butuh didengar — tanpa disela, tanpa dikritik. Di situlah kehadiranmu terukir.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

b. Tulus Bertanya: “Kamu butuh apa?” bukan “Kenapa sih kamu lemah?”
Pertanyaan kecil bisa membuka ruang besar untuk sembuh.

c. Hadir saat orang lain pergi
Kehadiran paling bermakna adalah saat orang ditinggal semua orang. Saat dunia menjauh, satu tangan yang tetap tinggal bisa mengubah segalanya.

d. Jangan Remehkan Air Mata Orang Lain
Air mata adalah bahasa terdalam dari hati. Kalau tidak bisa menghapusnya, jangan menambah lukanya.

Mengapa Ini Penting?

Karena dunia ini penuh luka.
Ada anak-anak yang lapar bukan hanya karena tak punya makanan, tapi juga kasih sayang.
Ada orang tua yang sunyi bukan karena tak ada suara, tapi tak ada pelukan.
Ada sahabat yang tertawa, tapi hatinya retak.

Jika kamu bisa hadir — walau sebentar — dan membiarkan mereka merasa “ada yang peduli,” maka kamu telah mengukir makna hidupmu di lembaran jiwa orang lain.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)

Iba yang Menghidupkan

Iba membuatmu lebih manusia.

Iba menumbuhkan welas asih yang menghidupkan hati.

Iba adalah jalan sunyi menuju ridha Allah, karena Dia Maha Penyayang dan menyukai hamba-hamba yang menyayangi sesamanya.

> “Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penutup: Jadilah Ada, Walau Hanya Lewat Iba

Tak semua orang bisa menjadi pahlawan besar. Tapi semua orang bisa hadir untuk sesamanya, menjadi pelipur, menjadi sandaran, menjadi pelita kecil di tengah malam orang lain.

Dan saat hidupmu usai, mungkin orang tak mengingat kata-katamu atau hartamu, tapi mereka akan mengenang iba dan kasih yang kau beri saat mereka butuh.

Maka ukirlah “ada” di hati orang lain — bukan dengan kebisingan, tapi dengan ketulusan dan kelembutan jiwa. Perenung Jiwa – Penenun Empati (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement