Opinion
Beranda » Berita » Membangun Surga di Dunia: Panduan Lengkap Adab Bertetangga dalam Islam

Membangun Surga di Dunia: Panduan Lengkap Adab Bertetangga dalam Islam

Ilustrasi Kerukunan Bertetangga dalam Islam

SURAU.CO – Setiap orang mendambakan lingkungan yang damai. Sebuah tempat tinggal yang nyaman dan tenteram. Namun, kedamaian itu tidak datang dengan sendirinya. Ia perlu kita bangun bersama. Salah satu fondasi utamanya adalah hubungan baik dengan tetangga. Islam, sebagai agama yang paripurna, memberikan panduan yang sangat jelas. Panduan ini dikenal sebagai adab bertetangga dalam Islam.

Adab ini bukan sekadar anjuran biasa. Ia adalah cerminan iman seorang Muslim. Hubungan dengan tetangga memiliki kedudukan yang sangat mulia. Saking mulianya, Malaikat Jibril berulang kali mengingatkan Rasulullah SAW tentang hak-hak tetangga. Rasulullah SAW bersabda:

“Jibril senantiasa berwasiat kepadaku tentang tetangga, hingga aku mengira tetangga itu akan mendapat bagian harta waris.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya posisi tetangga. Mereka layaknya kerabat terdekat. Oleh karena itu, menjaga hubungan baik dengan mereka adalah sebuah keharusan. Mari kita selami lebih dalam adab-adab mulia ini.

1. Menjamin Rasa Aman dan Tidak Mengganggu

Adab paling dasar adalah tidak menyakiti tetangga. Baik dengan lisan maupun perbuatan. Seorang Muslim sejati tidak akan membuat tetangganya merasa was-was. Ia justru menjadi sumber ketenangan. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW:

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

“Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (HR. Bukhari)

Gangguan ini bisa bermacam-macam bentuknya. Misalnya, menyalakan musik terlalu keras di malam hari. Atau, memarkir kendaraan di depan pagar rumah tetangga. Bahkan, menyebarkan gosip tentang mereka juga termasuk perbuatan yang menyakiti. Dengan demikian, menjaga privasi dan kenyamanan tetangga adalah bukti keimanan kita.

2. Menebar Kebaikan dengan Saling Memberi

Selanjutnya, Islam mendorong kita untuk aktif berbuat baik. Salah satu caranya adalah dengan saling berbagi. Berbagi tidak harus menunggu kita memiliki banyak harta. Sedikit makanan yang kita berikan bisa menjadi perekat hubungan yang luar biasa. Rasulullah SAW memberikan contoh yang sangat sederhana.

Beliau menasihati Abu Dzar:

“Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya dan berilah tetanggamu.” (HR. Muslim)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Pesan ini sangat mendalam. Bahkan hanya “kuah” pun dianjurkan untuk dibagikan. Ini mengajarkan kita bahwa niat tulus untuk berbagi jauh lebih penting daripada nilai materinya. Hadiah kecil atau sepiring masakan dapat meluluhkan hati dan menumbuhkan rasa kasih sayang.

3. Menunjukkan Empati dan Kepedulian

Kehidupan bertetangga penuh dengan dinamika. Ada kalanya tetangga kita merasakan kebahagiaan. Di waktu lain, mereka mungkin ditimpa musibah. Di sinilah adab kepedulian berperan penting.

Kita dianjurkan untuk ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Misalnya, menjenguk mereka ketika sakit. Hal ini akan meringankan beban mereka. Selain itu, kita bisa mengucapkan selamat atas pencapaian mereka. Sebaliknya, kita juga perlu menyampaikan belasungkawa saat mereka berduka. Sikap empati ini membuat tetangga merasa dihargai. Mereka tahu bahwa ada orang di dekatnya yang peduli.

4. Menjaga Komunikasi yang Baik

Komunikasi adalah kunci dari semua hubungan. Tanpa komunikasi, kesalahpahaman mudah terjadi. Adab bertetangga dalam Islam menekankan pentingnya interaksi positif. Hal ini dapat dimulai dari hal-hal yang sangat mudah.

Misalnya, selalu menebar senyum saat bertemu. Kemudian, ucapkan salam sebagai doa kebaikan. Jangan ragu untuk menyapa dan menanyakan kabar. Percakapan ringan dapat mencairkan suasana. Komunikasi yang sehat akan mencegah prasangka buruk. Ia juga membuka pintu untuk saling tolong-menolong di kemudian hari.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

5. Bersabar Atas Kekurangan Tetangga

Tidak ada manusia yang sempurna. Tetangga kita pun demikian. Mungkin sesekali mereka melakukan hal yang tidak kita sukai. Bisa jadi anak mereka terlalu berisik saat bermain. Atau mungkin ada kebiasaan lain yang mengganggu.

Dalam situasi seperti ini, kesabaran adalah kuncinya. Islam mengajarkan kita untuk menahan amarah dan memaafkan. Jika gangguan itu perlu dibicarakan, sampaikan dengan cara yang baik dan sopan. Jangan langsung menghakimi. Sikap sabar ini akan menjaga keharmonisan jangka panjang.

Kesimpulan: Menyemai Damai Mulai dari Rumah

Pada akhirnya, adab bertetangga dalam Islam adalah resep untuk menciptakan lingkungan yang damai dan suportif. Ia bukan hanya tentang tidak mengganggu. Lebih dari itu, ia adalah tentang proaktif menebar kebaikan, kepedulian, dan kasih sayang. Dengan memuliakan tetangga, kita sebenarnya sedang menyempurnakan iman kita sendiri.

Mari kita mulai dari diri sendiri. Terapkan adab-adab mulia ini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita tidak hanya membangun hubungan baik dengan sesama manusia, tetapi juga menanam benih-benih kedamaian yang akan kita tuai bersama di lingkungan sekitar.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement