Opinion
Beranda » Berita » Menjadi Influencer Kebaikan: Raih Pahala Abadi dengan Cara Sederhana

Menjadi Influencer Kebaikan: Raih Pahala Abadi dengan Cara Sederhana

Menjadi Influencer Kebaikan

SURAU.CO – Di era digital yang serba terhubung, banyak orang ingin memiliki pengaruh dan memberikan dampak positif. Islam, sebagai agama yang relevan di setiap zaman, telah menyediakan konsep ini sejak lama. Setiap Muslim didorong untuk menjadi agen perubahan, menjadi penyebar kebaikan di muka bumi. Salah satu amalan yang paling strategis dalam hal ini adalah menunjukkan jalan kebaikan kepada sesama. Ganjaran yang Allah siapkan untuk perbuatan ini sungguh tak ternilai, menjadi sebuah investasi akhirat yang paling menguntungkan.

Pahala Jariyah: Investasi yang Tak Pernah Merugi

Konsep “passive income” sangat populer di dunia modern, namun Islam memiliki konsep yang jauh lebih abadi: pahala jariyah atau pahala yang terus mengalir. Salah satu gerbang utamanya dibuka melalui sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Barangsiapa yang menunjuki kebaikan (kepada orang lain) maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim).

Hadis ini adalah sebuah penegasan tentang kemurahan Allah. Bayangkan, Anda mengajarkan satu ayat Al-Qur’an kepada seseorang. Setiap kali orang itu membacanya, Anda mendapatkan pahala. Kemudian, jika orang itu mengajarkannya lagi kepada orang lain, aliran pahala untuk Anda terus berlanjut tanpa henti. Pahala mereka tidak berkurang, sementara pundi-pundi amal Anda terus bertambah, bahkan setelah Anda meninggal dunia. Oleh karena itu, memahami dan mengamalkan hadis ini adalah langkah cerdas untuk meraih keuntungan abadi.

Platform Kebaikan: Memanfaatkan Setiap Media

Lalu, bagaimana cara praktis untuk menjadi penunjuk kebaikan? Jalannya tidak sempit dan sangat fleksibel. Setiap media bisa menjadi ladang amal.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Pertama, melalui lisan. Ini adalah metode dakwah paling dasar. Bukan hanya sebatas ceramah di atas mimbar, tetapi juga dalam obrolan sehari-hari. Memberikan nasihat yang tulus saat sahabat sedang dirundung masalah, atau mengingatkan dengan lembut ketika melihat kekeliruan, adalah bentuk kebaikan lisan. Mengajarkan doa-doa harian kepada anak atau keponakan juga termasuk di dalamnya.

Selanjutnya, melalui tulisan. Di zaman sekarang, kekuatan tulisan sangat dahsyat. Sebuah utas bermanfaat di media sosial, artikel blog yang mencerahkan, atau bahkan video singkat dengan konten positif dapat menyentuh ribuan orang. Setiap kali tulisan atau konten itu dibagikan dan menginspirasi seseorang, maka pahalanya juga mengalir kepada pembuatnya.

Namun, yang seringkali paling berdampak adalah teladan. Perilaku adalah dakwah tanpa suara (dakwah bil-hal). Menjadi karyawan yang jujur dan berintegritas, menjadi tetangga yang ringan tangan dan suka menolong, atau menjadi pedagang yang adil adalah cerminan ajaran Islam. Teladan ini akan menumbuhkan rasa hormat dan membuat orang lain tertarik untuk meniru akhlak tersebut.

Fondasi Utama: Membangun Kebaikan dari Keluarga

Jangkauan dakwah memang ditujukan untuk seluruh alam. Akan tetapi, Allah memberikan panduan yang sangat jelas mengenai skala prioritas. Titik awal dari semua perbaikan adalah dari unit terkecil masyarakat, yaitu keluarga.

Allah Ta’ala berfirman secara spesifik kepada Nabi-Nya:

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara: 214).

Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab pertama seorang Muslim adalah kepada keluarganya. Memastikan istri, anak, dan orang tua berada di atas jalan yang benar adalah kewajiban individu (fardhu ‘ain). Sebab, keluarga yang kokoh di atas nilai-nilai Islam akan menjadi benteng pertahanan dan sumber kebaikan bagi masyarakat luas. Memperbaiki internal keluarga seringkali lebih menantang, namun buahnya adalah yang paling manis.

Spektrum Kebaikan: Dari Adab Makan hingga Teknologi

Kebaikan yang bisa kita ajarkan sangatlah luas, tidak hanya terbatas pada ritual ibadah semata. Spektrumnya mencakup segala hal yang membawa maslahat bagi urusan dunia dan akhirat.

Tentu saja, ilmu agama adalah porosnya. Mengajarkan cara wudhu yang sempurna, menjelaskan makna bacaan shalat, atau berbagi kisah para nabi yang penuh hikmah adalah fondasi utama. Hal sederhana seperti mengajarkan adab makan sesuai sunnah pun memiliki nilai yang sangat besar, seperti dalam kisah berikut:

“Wahai anak kecil! Ucapkanlah, ‘Bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang terdekat darimu!“ (HR. Bukhari dan Muslim).

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Di sisi lain, menguasai dan membagikan ilmu duniawi dengan niat karena Allah juga merupakan kebaikan yang agung. Seorang Muslim yang menjadi dokter dan mengedukasi masyarakat tentang pola hidup sehat, seorang insinyur yang merancang bangunan ramah lingkungan, atau seorang programmer yang menciptakan aplikasi untuk memudahkan orang belajar adalah wujud nyata dari “menunjukkan kebaikan”.

Ambil Peran Anda Sekarang

Menjadi “influencer kebaikan” bukanlah peran eksklusif. Ini adalah panggilan untuk setiap Muslim, apapun profesi dan latar belakangnya. Setiap nasihat tulus, tulisan bermanfaat, dan teladan yang baik adalah benih pahala yang akan terus tumbuh. Mari ambil peran kita, mulai dari hal terkecil dan dari lingkaran terdekat. Sebarkan inspirasi, karena setiap kebaikan yang Anda tunjukkan akan menjadi jejak amal yang tak akan terhapus.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement