Berita
Beranda » Berita » Peringatan Hari Anak Nasional: Muhasabah Pola Asuh Mendidik Anak

Peringatan Hari Anak Nasional: Muhasabah Pola Asuh Mendidik Anak

Hari Anak Nasional 2025
Hari Anak Nasional

SURAU.CO – Peringatan Hari Anak Nasional 2025 yang mengusung tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Emas 2045” bukan sekadar seremoni tahunan. Sebaliknya, ini adalah panggilan untuk kita semua, terutama para orang tua untuk merenungkan, bermuhasabah, dan memperbaiki cara mendidik anak-anak yang Allah titipkan kepada kita.

Sebenarnya, anak bukan sekedar buah hati, melainkan amanah dan ladang pahala. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…
(QS. At-Tahrim: 6)

Namun demikian, dalam semangat mendidik dan menyayangi, tidak sedikit orang tua yang terjebak dalam pola asuh yang salah. Kesalahan ini sering bermula dari cinta, namun sayangnya cinta yang tidak dibarengi dengan ilmu. Oleh karena itu, mari kita kenali 8 kesalahan umum dalam mendidik anak, agar kita bisa segera memperbaikinya demi masa depan mereka—baik di dunia maupun di akhirat.

1. Terlalu Sering Mengkritik

Sering kali, orang tua lebih banyak mengkritik, namun lupa menyelipkan pujian. Jika kebiasaan ini terus dibiarkan, anak bisa merasa tidak dihargai dan akhirnya memilih untuk menjauh.

Peduli Sumatera: Saat Saudara Kita Menjerit, Hati Kita Harus Bangkit

Padahal, Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam berbicara dengan lembut, bahkan kepada anak-anak. Beliau tidak memarahi, apalagi mempermalukan di depan umum. Maka dari itu, mari kita belajar menyampaikan nasihat dengan kasih sayang dan kelembutan.

2. Suka Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Selanjutnya, sebagian orang tua tanpa sadar sering membandingkan anaknya dengan anak orang lain. Niatnya agar anak termotivasi, namun yang terjadi justru: anak merasa gagal dan tidak percaya diri.

Padahal, Allah menciptakan manusia dengan keunikannya masing-masing. Setiap anak memiliki waktunya sendiri untuk bersinar. Makanya, jangan bandingkan bulan dengan matahari—keduanya punya cahaya pada waktunya.

3. Membentak Anak dengan Keras

Selain itu, saat orang tua membentak, anak tidak hanya merasa takut, tetapi juga merasa tidak aman. Bentakan bisa mengganggu perkembangan emosional dan bahkan merusak bagian otak anak yang mengatur rasa percaya dan stabilitas emosi.

Oleh karena itu, sebaiknya orang tua menyampaikan teguran dengan tenang dan memberikan penjelasan yang masuk akal. Suasana yang kondusif akan membantu anak memahami kesalahan dan memperbaikinya dengan lebih baik.

Asosiasi Ma’had Aly Dorong PenguatanDirektorat Jenderal Pesantren

4. Kurang Memberikan Perhatian

Di tengah kesibukan zaman sekarang, perhatian orang tua terhadap anak sering kali berkurang. Padahal, kurangnya perhatian bisa berdampak pada kondisi emosional dan perilaku anak.

Akibatnya, anak yang merasa diabaikan cenderung tumbuh dengan rasa percaya diri yang rendah dan kesulitan membangun hubungan sosial. Dalam jangka panjang, mereka juga bisa mengalami kecemasan, depresi, bahkan prestasi belajar yang menurun.

5. Memanjakan Anak Berlebihan

Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal. Sayang itu perlu, tapi jangan sampai kebablasan. Ketika orang tua selalu menuruti keinginan anak, maka anak akan sulit belajar mandiri dan menyelesaikan masalah sendiri.

Kebiasaan ini bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang manja, egois, dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar karena selalu mendapatkan apa yang diinginkan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Hikayat yang Menggetarkan: Menyelami Kitab Al-Mawa’idhul Ushfuriyah

Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka.” (HR. Ibnu Majah)

6. Terlalu Otoriter dan Mengekang

Tak jarang pula, orang tua terlalu banyak mengatur dan membatasi tanpa memberi ruang dialog. Anak tidak diberi pilihan, hanya perintah. Padahal dalam Islam, kita diajarkan untuk mendidik dengan hikmah dan musyawarah.

Maka dari itu, berikanlah batasan yang sehat, bukan penjara yang menyakitkan. Anak perlu diarahkan, tidak ditekan.

7. Memiliki Ekspektasi Berlebihan

Tentu, setiap orang tua berharap anak menjadi yang terbaik. Namun, jika harapan itu tidak realistis dan tidak sesuai dengan kemampuan anak, maka tekanan justru bisa menghancurkan semangatnya.

Sebagai orang tua, kita wajib mengenali bakat dan kekuatan anak. Jangan memaksakan mimpi kita ke pundak mereka. Sebaliknya, bimbinglah mereka untuk menemukan jalan hidupnya sendiri, dengan ridha dan doa.

8. Tidak Mendengarkan Anak

Terakhir, kadang-kadang anak tidak membutuhkan nasihat yang panjang. Mereka hanya ingin didengarkan. Namun sayangnya, banyak orang tua yang terlalu sibuk atau terlalu cepat menghakimi, sehingga anak merasa suaranya tidak penting.

Padahal, mendengarkan anak adalah bentuk kasih sayang yang sederhana namun sangat bermakna. Dengan mendengar, kita menciptakan jembatan hati yang kokoh antara orang tua dan anak.

Sebagai penutup, Hari Anak Nasional 2025 menjadi pengingat bahwa setiap orang tua memegang kunci masa depan anak-anak mereka. Kesalahan dalam pola asuh bisa diperbaiki jika ada kesadaran dan kemauan belajar.

Semoga Allah SWT senantiasa memberi kita kekuatan, kesabaran, dan kebijaksanaan dalam mendidik generasi yang shalih dan shalihah. Aamiin.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement