Opinion
Beranda » Berita » Ketika Adat dan Syariat Berpadu: Menciptakan Harmoni Sosial di Nusantara

Ketika Adat dan Syariat Berpadu: Menciptakan Harmoni Sosial di Nusantara

Ilustrasi Keberagaman adat dan syariat di masyarakat

SURAU.CO – Indonesia berdiri di atas fondasi keberagaman yang kaya. Salah satu dinamika paling menarik adalah pertemuan antara adat dan syariat. Banyak orang seringkali membenturkan keduanya. Padahal, sejarah membuktikan keduanya mampu berjalan beriringan. Keduanya bahkan saling menguatkan dalam tatanan sosial masyarakat. Harmoni adat dan syariat bukanlah sebuah utopia. Ia adalah realitas yang hidup hingga kini.

Selanjutnya, kita perlu memahami esensi keduanya secara terpisah. Adat merupakan warisan leluhur yang tak ternilai. Ia mencakup sistem nilai, norma, dan hukum tidak tertulis. Tradisi ini mengatur kehidupan komunal masyarakat sejak lama. Di sisi lain, syariat Islam hadir sebagai pedoman hidup. Sumber utamanya adalah Al-Quran dan Hadis. Syariat memberikan kerangka moral, spiritual, dan hukum bagi umat Muslim.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana keduanya bisa bertemu dalam satu titik? Jawabannya terletak pada proses akulturasi yang cerdas. Para pendahulu kita tidak menolak budaya lokal secara mentah-mentah. Sebaliknya, mereka menyaring dan memadukan nilai-nilai Islam ke dalam tradisi yang sudah ada. Proses ini melahirkan sebuah sintesis budaya yang unik. Nilai-nilai universal dalam Islam, seperti keadilan, gotong royong, dan musyawarah, ternyata selaras dengan banyak kearifan lokal.

Cerminan Harmoni dalam Filosofi Hidup

Contoh paling ikonik dari harmoni ini adalah filosofi masyarakat Minangkabau. Mereka memegang teguh prinsip “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”. Ungkapan ini berarti adat bersendi pada syariat, dan syariat bersendi pada Al-Quran. Filosofi ini menegaskan bahwa adat tidak boleh bertentangan dengan ajaran pokok Islam. Justru, syariat menjadi landasan spiritual yang memperkokoh pelaksanaan adat.

Seorang tokoh masyarakat adat menjelaskan pandangannya.

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

“Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Syariat memberikan landasan spiritual dan moral yang kokoh. Sementara itu, adat menyediakan wadah implementasinya dalam konteks sosial budaya kami,” ujar seorang pemuka adat di Sumatra Barat.

Kutipan tersebut menunjukkan adanya kesadaran kolektif. Masyarakat melihat adat sebagai cara praktis untuk menjalankan nilai-nilai luhur syariat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keduanya saling melengkapi, bukan saling meniadakan.

Contoh Nyata dalam Tradisi Masyarakat

Harmoni adat dan syariat tidak hanya berhenti pada tataran filosofi. Ia terwujud dalam berbagai praktik budaya di seluruh Nusantara.

  • Di Jawa: Tradisi seperti Sekaten atau Grebeg Maulud adalah bukti nyata. Perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW ini dikemas dalam nuansa kebudayaan keraton yang kental. Substansinya adalah syiar Islam. Namun, prosesinya menggunakan medium budaya lokal agar mudah diterima masyarakat.

  • Di Aceh: Wilayah ini dikenal dengan penerapan syariat Islamnya. Akan tetapi, banyak Qanun (peraturan daerah) yang dirumuskan dengan mempertimbangkan adat istiadat setempat. Proses musyawarah selalu melibatkan ulama dan tokoh adat.

    Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

  • Di Bugis-Makassar: Konsep Siri’ na Pacce (harga diri dan solidaritas sosial) hidup berdampingan dengan ajaran Islam. Nilai-nilai keberanian, kesetiaan, dan menjaga kehormatan keluarga dipandang sejalan dengan semangat Islam dalam menjaga martabat individu dan komunal.

Peran Vital Tokoh Masyarakat

Terciptanya harmoni ini tentu tidak terjadi secara otomatis. Ada peran besar dari para tokoh kunci di masyarakat. Para ulama dan tokoh adat secara aktif membangun dialog. Mereka mencari titik temu melalui musyawarah. Ketika muncul potensi gesekan, mereka duduk bersama untuk mencari solusi yang bijaksana.

Dialog inilah yang menjaga keseimbangan. Para ulama memberikan pemahaman syariat yang kontekstual. Di sisi lain, para tokoh adat memastikan nilai-nilai luhur warisan leluhur tidak hilang ditelan zaman. Kolaborasi ini menjadi benteng pertahanan dari pemahaman ekstrem yang sering membenturkan keduanya.

Sebagai hasilnya, masyarakat mampu menjalankan identitas gandanya. Mereka adalah Muslim yang taat sekaligus penjaga tradisi yang bangga. Identitas ini tidak saling bertentangan. Sebaliknya, ia menjadi sumber kekuatan sosial yang luar biasa.

Dengan demikian, harmoni adat dan syariat adalah kekayaan sejati bangsa Indonesia. Ia menunjukkan keluhuran budi para pendahulu dalam merawat perbedaan. Tugas kita sekarang adalah terus menjaga dan merawat warisan berharga ini. Sebab, di dalam harmoni itulah, persatuan dan kedamaian sosial dapat terus kita nikmati bersama.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement